BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Ali Rohmad, Pengelolaan Kelas Bekal Calon Guru Berkelas, Kaukaba, Yogyakarta, 2015, hlm.5.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Mazro atul Huda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setiya, 2011, hlm. 71. Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usana Offset Printing: Surabaya, 1981, hlm

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm Ibid, hlm. 16

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2004, Hlm 3. 2 T. Syafaria, Interpersonal Intellegense, Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Kukaba, Yogyakarta, 2012, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Kompetensi profesional guru dalam penguasaan materi pembelajaran. untuk meningkatkan minat belajar Al-Qur an Hadits siswa di MTs

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: PT. Fajar Interpratama, 2011). Hal Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Abdurrahmabn Mas ud.et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, Hlm Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, AR-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga pendidik/ tenaga pengajar yang tugas utamanya adalah mengajar. 1

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Media Wacana Press, Yogayakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan menerapkan model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 30.

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm. 417

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas hasil belajar anak didik yang diperoleh melalui jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Kelembagaan Agama Islam: Jakarta, 1995, hlm. 48.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. yang tak terbantahkan. Aktivitas pendidikan sendiri telah mulai dikenal

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, Semarang, 2005, hlm. 1 3 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen atau pengelolaan kelas merupakan berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di kelas. 1 Manajemen kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar meliputi penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada. Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar baik yang bersifat instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apabila dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik. Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang merugikan, dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas. Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan efektif apabila diketahui secara tepat faktor faktor mana sajakah yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar, mengenali masalah masalah apa sajakah yang diperkirakan dan biasanya timbul serta dapat merusak iklim belajar mengajar, penguasaan berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas serta kapan penggunaan pendekatan yang tepat. 1 Muhammad Ali Rohmad, Pengelolaan Kelas Bekal Calon Guru Berkelas, Kaukaba, Yogyakarta, 2015, hlm.5. 1

2 Sejalan dengan pendidikan sekolah diperlukan kegiatan utama dalam sistem belajar mengajar yang sifatnya klasikal (bersama-sama dalam satu kelas), guru berusaha agar proses belajar mengajar mencerminkan komunikasi dua arah. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa tersebut merupakan akibat dari tindak mendidik atau kegiatan mengajar. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran. Ditinjau dari acara pembelajaran, maka dampak pengajaran tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran. 2 Salah satu tugas guru yang harus dilaksanakan oleh guru disekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah itu. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, budaya, maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebagai seorang guru. 3 Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa. 4 Tugas guru adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidup siswanya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa. Salah satu perilaku guru yang kurang menarik adalah menganggap dirinya paling pandai. Dimana gambaran guru yang merasa pandai ialah murid tidak boleh membantah, serta harus patuh dan tunduk dengan sesuatu yang disampaikan 2Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineke Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 38 3 Oemar Malik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2009, hlm. 33 4 Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, Sinar Baru, Bandung, 2003, hlm. 35

3 oleh sang guru. 5 Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdaya dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. 6 Akan tetapi, dalam menangani tugasnya, guru guru sering menghadapi permasalahan dengan kegiatan kegiatan didalam kelasnya. Baik itu yang menyangkut pengajaran atau pun yang menyangkut pengelolaan kelas misalnya berupa masalah individual siswa dan masalah sosial atau kelompok. Karena seperti halnya dokter, untuk menemukan obat dari suatu penyakit, maka dokter tersebut harus mengetahui apa penyakit yang diderita pasiennya. Begitu juga dengan guru, untuk menciptakan kondisi kelas yang kondusif maka guru juga perlu mengetahui permasalahan permasalahan yang ada dalam kelas sehingga dapat memberikan solusi yang tepat serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 7 Secara institusional, guru memegang peranan yang cukup penting, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Guru adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Dengan demikian, guru juga berperan melakukan evaluasi dan penyempurnaan kurikulum 8 Dalam Islam, istilah guru atau pendidik disebut dengan beberapa istilah seperti muaddib, murabbi dan mu allim. Walaupun ketiga istilah itu masih terbedakan karena masing-masing memiliki konotasi dan penekanan makna yang agak berbeda, namun dalam sejarah pendidikan Islam ketiganya selalu digunakan secara bergantian. Salah satu surat kelompok Madaniyah yakni ar-rahman ayat 1-4 secara eksplisit disebutkan bahwa Ar-Rahman (Allah SWT) sebagai pendidik utama, 5 Masykur Arif Rahman, kesalahan-kesalahan guru saat mengajar, Laksana, Jogjakarta, 2013, hlm.48 6 Op.Cit.,hlm. 35 7 Muhammad Ali Rohmad, Pengelolaan Kelas Bekal Calon Guru Berkelas, Kaukaba, Op.Cit., hlm. 3 8 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Cet. Ke-9, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm.3

4 yang telah mengajarkan al-quran dan kepandaian berbicara kepada Muhammad SAW. Dalam al-qur`an disebutkan: ) الرمن )4-1: Artinya: 1. (Tuhan) Yang Maha Pemurah, 2. Yang telah mengajarkan Al- Qur an, 3. Dia menciptakan Manusia, 5. Mengajarkannya pandai berbicara. Dari surat Ar-Rahman ayat 1-4 kita dapat mengetahui beberapa nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, yaitu dikatakan bahwa Allah telah mengajarkan Al-Qur an kepada manusia, sehingga manusia tersebut menjadi pandai dalam berbicara, maksudnya, ayat-ayat Al-Qur an yang diturunkan oleh Allah kepada manusia itu bertujuan untuk memberi pedoman kepada manusia agar manusia itu dapat memahami isi serta maknanya, sehingga manusia dapat bertingkah laku yang sesuai dengan pedomannya yaitu Al- Qur an. Dalam kegiatan pembelajaran kita dapat mengartikan seorang guru yang mengajarkan suatu ilmu kepada muridnya agar dapat dipahami apa yang diberikan oleh gurunya tersebut. Sehingga ketika seorang guru memberikan evaluasi kepada muridnya tentang pelajaran yang telah diberikan tersebut, maka muridnyapun akan dapat menjawab dan mengerjakannya dengan baik dan benar. Sehingga murid tersebut menjadi pandai dengan ilmu yang telah diberikan oleh gurunya. Seorang guru memiliki peranan dan tugas yang sangat penting di dalam suatu proses pendidikan, selain harus mengajar dan mendidik peserta didik guru juga harus menunjukkan kewibawaannya kepada peserta didiknya karena guru tidak hanya dijadikan contoh ketika berada didalam ruang, tetapi segala yang dilakukan guru diluar itu merupakan gambaran dari kewibawaan dan ilmu yang di miliki seorang guru. Sehingga, menjadi seorang guru harus memiliki kesadaran terhadap posisi di dalam lingkup pendidikan maupun

5 masyarakat karena pada umumnya guru selalu dijadikan sorotan dalam lingkup manapun 9 Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik adalah dengan memperhatikan gaya mengajar yang tepat pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Ada berbagai macam gaya mengajar dalam proses pembelajaran salah satu contohnya adalah gaya mengajar klasik. Gaya mengajar klasik adalah gaya mengajar yang berpusat pada guru, guru yang lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran dimana gaya pembelajaran ini dapat digunakan secara baik manakala kelas dalam keadaan pasif sehingga dengan gaya mengajar seperti ini diharapkan siswa mampu menjadi bersemangat lagi dalam belajar. Contoh dari gaya mengajar klasik adalah seorang guru menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah. Metode ini adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengkuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk penyampaian informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan buku dan alat bantu peraga. Metode ini bersifat terpusat, sehingga menghasilkan komunikasi yang searah, yaitu proses penyampaian informasi dari pengajar kepada peserta didik, sementara proses belajar yang baik adalah adanya interaksi dalam melakukan suatu kegiatan, sehingga terjadi proses belajar yang efektif dan menyenangkan, serta tujuan pembelajaran pun dapat tercapai dengan baik. Tujuan dari setiap belajar mengajar adalah untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Kegiatan ini akan tercapai jika guru berperan dalam menciptakan situasi yang aman dan nyaman dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung agar siswa dapat belajar secara efektif. Selain itu siswa sebagai subjek terlibat secara aktif baik fisik maupun emosional dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar tersebut antara lain kemampuan 9 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan. Cetakan II, Bumi Aksara, Bandung, 1999, hlm. 91

6 pemahaman konsep siswa, penalaran komunikasi serta kemampuan memecahkan masalah siswa. Terkait dengan permasalahan tersebut, salah satu guru pendidikan agama islam di MTs Mazro atul Huda Karanganyar Demak khususnya mata pelajaran fiqih beliau menggunakan gaya mengajar klasik untuk mengkomandoi siswa supaya menjadi tertata dan mudah dikondisikan dalam pembelajaran fiqih. MTs Mazro atul Huda Karanganyar Demak merupakan sekolah tingkat lanjutan yang ternama di demak, madrasah ini mempunyai total 13 kelas dengan rincian kelas VII ada 5 lokal, kelas VII 4 lokal dan kelas IX 4 lokal. Dengan adanya guru yang menerapkan gaya mengajar klasik tersebut, dan berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul skripsi Gaya Mengajar Klasik Guru Dalam Pembelajaran Fiqih Di Mts Mazro atul Huda Karanganyar Tahun Pelajaran 2017/2018 B. Fokus Penelitian Sesuai dengan latar belakang, yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pelaksanaan gaya mengajar klasik dalam pembelajaran fiqih di Mts Mazro atul Huda Karanganyar Demak. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pemilihan judul diatas maka penulis dapat merumuskan maslahsebagai berikut: 1. Bagaimana gaya mengajar dalam pembelajaran fikih di MTs. Mazro atul Huda Karanganyar Tahun pelajaran 2017/2018? 2. Apa saja masaalah dan solusi dalam pembelajaran fikih di MTs. Mazro atul Huda Karanganyar Tahun pelajaran 2017/2018?

7 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gaya mengajar klasik guru dalam pembelajaran fikih di MTs. Mazro atul Huda Karanganyar Tahun pelajaran 2017/2018? 2. Untuk mengetahui masaalah dan solusi dalam pembelajaran fikih di MTs. Mazro atul Huda Karanganyar Tahun pelajaran 2017/2018? E. Manfaat Penelitian Setelah mengetahui masalah dan arah (target dan tujuan) penelitian di atas, selanjutnya peneliti ini diharapakan agar bisa memberikan nilai guna (manfaat) bagi khazanah keilmuan, diantara manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumbangsih bagi khazanah terutama keilmuan dibidang pendidikan. Di samping itu, juga bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut dalam penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penerapan gaya mengajar klasik pada mata pelajaran fikih yang diterapkan oleh pendidik b. Menambah kontribusi pemikiran dalam rangka mengembangkan pembelajaran fikih 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa 1) Meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari fikih 2) Meningkatkan kemampuan bersosialisasi siswa dengan guru 3) Meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan soal fikih 4) Siswa mampu memperoleh hasil belajar yang lebih maksimal dan memuaskan

8 b. Bagi guru 1) Memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas dengan baik 2) Memberi motivasi kepada guru untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dan berkesempatan melakukan gaya mengajar sehingga diharapkan tidak mengalami kesulitan saat mengimplementasi pembelajaran di kelas agar tetap kondusif c. Bagi madrasah 1) Meningkatkan pelayanan pendidikan khususnya dalam pembelajaran fikih 2) Memberikanmasukan kepada pihak-pihak terkait tentang manfaat gaya mengajar klasik 3) Meningkatkan kualitas pembelajaran fikih sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengatasi masalah siswa di sekolah khususnya dalam bidang fikih d. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengalaman, dan pemahaman mengenai pengelolaan kelas dan mengembangkan sikap kreatif dan inovatif bagi peningkatan kualitas pembelajaran fikih