ANALISIS KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI SISWA PADA MATERI REDOKS DI SMA

KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI PADA MATERI REDOKS DI SMAN 16 BANDAR LAMPUNG.

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING.

KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN DAN MENGANALISIS ARGUMEN PADA MATERI KOLOID DENGAN INKUIRI TERBIMBING

THE ANALYZING ABILITY OF DRAWING CONCLUSIONS AND APPLYING CONCEPTS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING

ANALISIS KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI PADA MATERI KOLOID MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR FLEKSIBEL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju dengan

ANALISIS KETERAMPILAN MENJAWAB PERTANYAAN DAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini pengambilan subyek didasarkan pada pertimbangan kelas yang

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI ASAM-BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING.

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

I. PENDAHULUAN. kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan

PENINGKATAN KETERAMPILAN PREDIKSI DAN MERUMUSKAN HIPOTESIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

INKURI TERBIMBING PADA LARUTAN ELEKTROLIT NON- ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN

THE ENHANCEMENT OF FORMULATING HYPOTHESES AND INFERRING SKILLS IN COLLOIDAL CONCEPT BY PROBLEM SOLVING LEARNING MODEL

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM DASAR KIMIA MELALUI INKUIRI TERBIMBING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan subyek penelitian didasarkan pada pertimbangan kelas yang memiliki

I. PENDAHULUAN. dapat belajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru diharapkan mengupayakan

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan subyek penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan kelas yang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I )

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

I. PENDAHULUAN. pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan

METODOLOGI PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Swadhipa Natar Lampung

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung yang berjumlah 38 siswa. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disebut juga sains merupakan ilmu yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan subyek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA YP Unila Bandar Lampung dengan kelas XI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kelas XI IPA tahun ajaran 2012/2013 di MAN 1 Bandar Lampung terdapat 4 kelas.

III. METODOLOGI PENELITIAN. memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dipilih teknik purposive sampling

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

Ria Septiana, Ila Rosilawati, Tasviri Efkar, Noor Fadiawati, Nina Kadaritna Pendidikan Kimia, Universitas Lampung

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Metro dengan kelas X yang berjumlah 8

I. PENDAHULUAN. tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

I. PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa

METODOLOGI PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XIA 4 SMA Negeri 3 Bandar Lampung

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung yang terdiri dari 28 siswa. Penelitian ini dimulai sejak bulan Maret

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 6 Bandar

I. PENDAHULUAN. dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Metro dengan kelas X yang berjumlah 8

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan

EFEKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan Ilmu

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan konsep yang dimilikinya. Penguasaan konsep menunjukkan. keberhasilan siswa dalam mempelajari sebuah konsep.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

EFEKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan pada umumnya identik dengan tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan subyek didasarkan pada pertimbangan tertentu, yaitu kelas yang

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NONELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR.

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

Transkripsi:

ANALISIS KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Maria Dwi Natalia, Ila Rosilawati, Tasviri Efkar,Ratu Betta Rudibyani, Pendidikan Kimia, Universitas Lampung natalia92900@gmail.com Abstract: This research aimed to describe the skills of communicate and draw conclusions on the colloid matery by using guided inquiry models learning for high, intermediate and low groups of student. The subjects were students of class XI IPA 5 SMA Perintis 1 Bandar Lampung. This research used the preexperimental method, a one-shot case study design, and descriptive research. The results showed that the skill of communicate in high level group 70% were excellent, and 30% were good; in the intermediate level group, 45% were excellent, 41,67% were good, and 12,50% were enough; in the low level group, 16,67% were excellent, 33,33% were good and 50% were enough. The skill of draw conclusions in high level group 80% were excellent, and 20% were good; in the intermediate level group 66,67% were excellent, and 33,33% were good; in the low level group 33,33% were excellent, and 66,67% were good. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi koloid menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 5 SMAPerintis 1 Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen, desain one shot case study, dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan mengkomunikasikan pada kelompok tinggi 70% sangat baik, dan 30% baik; kelompok sedang, 45% sangat baik, 41,67% baik, dan 12,50% cukup; kelompok rendah, 16,67% sangat baik, 33,33% baik, dan 50% cukup. Keterampilan menyimpulkan pada kelompok tinggi 80% sangat baik, dan 20% baik; kelompok sedang 66,67% sangat baik, dan 33,33% baik; kelompok rendah 33,33% sangat baik, dan 66,67% baik. Kata kunci: inkuiri terbimbing, mengkomunikasikan, menyimpulkan. 1

PENDAHULUAN Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan sains tersebut.hakikat sains yakni sains sabagai proses dan produk, sains sebagai produk berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori, sedangkan proses berupa tahaptahap kerja ilmiah (BSNP. 2006). Untuk dapat mempelajari hakikat sains siswa harus memiliki kemampuan keterampilan proses sains (KPS). KPS adalah kegiatan dalam mengajarkan sains yang berhubungan dengan mengamati, mengklasifikasikan, menyimpulkan, prediksi dan mengkomunikasikan yang merupakan bagian dari pengajaran sains Ilmu kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan seharihari. Pendidikan ilmu kimia merupakan wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya, yang menekankan pada pem-berian pengalaman langsung, sehingga siswa perlu dibantu mengembangkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan keterampilan berdampak pada kegiatan pembelajaran untuk siswa sehingga lebih aktif, kreatif, dan inovatif, terutama dalam mengembangkanketerampilan berfikirnya. Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah diperoleh siswa hanya sebagai produksaja, tanpa memperhatikan bagaimanaproses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut, akibatnya tidak tumbuh keterampilan proses sains dalam diri siswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran kimia menjadi mata pelajaran yang kurang diminati siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA Perintis 1 Bandar Lampung didapatkan informasi bahwa saat proses pembelajaran kimia guru yang menjadi pusat pembelajaran (Teacher Center Learning), siswa tidak dibimbing membangun konsep, dan belum pernah dilakukan evaluasi 2

KPS.Guru perlu melatihkan KPS untuk dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalahnya serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu standar kompetensi pada materi koloid adalah mengidentifikasi sifatsifatkoloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: penghamburan cahaya oleh sinar mobil pada malam hari, berkas sinar matahari melalui celah daun pohonpohon pada pagi hari yang berkabut, koloid pada hairspray, dan lain-lain. Berdasarkan contoh diatas siswa dilatih untuk mengamati fenomena yang terjadi. Pada pembelajaran koloid dapat dikembangkan KPS, hal ini telah diteliti oleh Suprini (2012)yang berjudul Analisis keterampilan proses sains siswa kelas XI pada pembelajaran sifat-sifat koloid menggunakan metode discoveryinquiry. Hasil penelitian-nya yaitu penggunaan metode discoveryinquiry pada pembelajaransifat-sifat koloid dapat mengembang-kan KPS dengan baik. Salah satu cara untuk melatih keterampilan proses sainsdiperlukan model pembelajaran yang berfilosofi konstruktivisme salah satunya yaknimodel pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini didukung hasil penelitian Riyanto (2012) yaitu tentang efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dalam meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep; mengungkapkan bahwa pembelajaran kimia dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa pada materi laju reaksi. Model pembelajaran inkuiri terbimbingdengan langkah-langkah yaitu mengajukan masalah oleh guru, merumuskan hipotesis, megumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan. Melalui kegiatan praktikum dan diskusi kelompok, serta LKS konstruktif, siswa dilatih untuk dapat memahami konsep koloid dengan menggunakan kemampuan sains yang telah dimiliki oleh siswa itu sendiri sehingga pengetahuan itu akan lebih mudah untuk diingatnya. 3

Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membentuk dan mengembangkan Self-Concept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri (Roestiyah, 1998). KPS meliputi keterampilan intelektual atau kemampuan berpikir siswa. Kemampuan yang melibatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual atau berpikir siswa adalah kemampuan kognitif (Winarni, 2006). Kemampuan kognitif dikelompokan menjadi tiga yaitu kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa berkemampuan kognitif tinggi, cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi dibandingkan kemampuan kognitif sedang dan rendah (Nasution, 2000). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Analisis Keterampilan Mengkomunikasikan dan Menyimpulkan pada Materi Koloid Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Penelitian ini bertujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterampilan mengkomunikasikandan menyimpulkan pada materi sistem koloid model pembelajaraninkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang, rendah? METODOLOGI PENELITIAN Subyek penelitian iniyaitu siswa kelas XI IPA 5 SMA Perintis 1 Bandar LampungTahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah 40 siswa. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pre-eksperimen dengan desain one-shot case study. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) data tes sebelum pembelajaran (pretest) yang bertujuan untuk mengelompokkan siswa sesuai kelompok kognitif, (2) data kinerja guru, (3) data aktivitas siswa, (4) data hasil tes (posttest), (5) data keterlak- 4

% Siswa Rata-rata % Siswa sanaan proses pembelajaran inkuiri terbimbing. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus dan RPP materi koloid,lembar Kerja Siswa (LKS) koloid, perangkat tes tertulisberupa pretest dan posttest, lembar observasi kinerja guru, dan lembar aktivitas siswa, sertaangket keterlaksanaan proses pembelajaran. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rata-rata nilai setiap kelompok kognitif pada keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan yang disajikan pada Gambar 1. 100 80 60 40 20 0 87 94 88.33 81.25 Tinggi Sedang Rendah Kelompok Kognitif Siswa mengkomunikasikan menyimpulkan Gambar 1. Rata-rata nilai siswa dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan Gambar 1menunjukkan bahwa keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada kelompok tinggi memiliki rata-rata 70 83.33 nilai lebih tinggi dibandingkan kelompok sedang dan rendah. Persentase siswa setiap kriteria tingkat keterampilan pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah yang disajikan pada Gambar 2 dan3. 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Tinggi Sedang Rendah Sangat Kelompok kognitif siswa Baik Baik Gambar 2. Persentase siswa pada keterampilan mengkomunikasikan pada masing-masing tingkat kemampuan untuk setiap kelompok siswa 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 80 20 70 Tinggi 66,67 30 33,33 33,33 45,83 41,67 66,67 Sedang Rendah Kelompok Kognitif Siswa 12,50 16,67 33,33 Sangat Baik Baik Cukup Gambar 3. Persentase siswa pada keterampilan menyimpulkan untuk masing-masing tingkat kemampuan setiap kelompok siswa 50 Cukup 5

Berdasarkan gambar 2 dan 3, terdapat 45,83% siswa kelompok sedang berkriteria sangat baik dan pada siswa kelompok rendah 16,67% berkriteria sangat baik dan 33,33% siswa berkriteria baik pada keterampilan mengkomunikasikan; 66,67% siswa kelompok sedang berkriteria sangat baik serta pada kelompok rendah terdapat 33,33% siswa berkriteria sangat baik dan 66,67% siswa berkriteria baik pada keterampilan menyimpulkan. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi kemampuan kognitif siswa,maka akan semakin tinggi pula kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan dan menyimpulkan. Lembar observasi aktivitas siswa membuktikan bahwa siswa-siswa tersebut aktif selama pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi hal ini, diantaranya, yaitu pengelompokkan siswa secara heterogen dapat membantu siswa berkemampuan rendah untuk meningkatkan prestasi belajar. Dalam kegiatan diskusi siswa kelompok tinggi memberi penjelasan kepada siswa kelompok kognitif rendah, penjelasan oleh teman sebaya terhadap temannya akan lebih lebih efektif daripada penjelasan guru. Faktor lain yang mempengaruhi ialah, soal pretest yang tidak diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya, sehingga soal tersebut tidak dapat mengukur kemampuan kognitif siswa yang sebenarnya. Terdapat kemungkinan siswa yang berkemampuan kognitif tinggi, namun dimasukkan ke dalam kelompok sedang atau rendah. Model pembelajaran inkuiri terbimbing Setiap siswa yang telah berkelompok diberikan LKS berbasis inkuiri terbimbing. Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 tahapan diantaranya yaitu merumuskan masalah, menuliskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data serta menarik kesimpulan. Tahap 1. Merumuskan masalah. Pada pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. Kemudian guru mengkondisikan siswa untuk duduk susuai dengan kelompoknya masingmasing. Setelah itusiswa diberikan fakta-fakta untuk memunculkan masalah dalam kehidupan sehari-hari 6

yang berhubungan dengan sistem koloid sehingga siswa tidak kesulitan dalam memecahkan masalah tersebut. Selanjutnya siswa di minta menentukan permasalahan yang timbul dari fakta-fakta yang diberikan.dalam hal ini guru membimbing siswa untuk menemukan masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Pada pertemuan kedua, siswa telah mengenal 2 jenis campuran yakni suspensi dan larutan. Diperkenalkan kepada siswa jenis campuran yang lain yaitu koloid. Guru memberikan salah satu contoh koloid, yaitu susu. Guru memancing siswa agar muncul rasa ingin tahu terhadap koloid, bagaimana perbedaannya dengan larutan dan suspensi? Salah satu siswa menjawab: larutan terdiri dari 1 fase, suspensi terdiri dari 2 fase, dan koloid terdiri dari 2 fase, siswa lain menjawab larutan tidak meninggalkan residu, suspensi meninggalkan residu, dan koloid tidak meninggalkan residu. Dalam tahapan ini keterampilan menyimpulkan dilatihkan kepada siswa. Siswa diharapkan terampil menyimpulkan perbedaan antara larutan, suspensi dan koloid yang mereka ketahui. Pada pertemuan ketiga guru memberikan fakta bahwa koloid terdiri dari fase terdis-persi dan medium pendispersi. Fase terdispersi merupakan zat dalam sistem koloid yang jumlahnya lebih sedikit sedangkan medium pendispersi merupakan zat yang jumlahnya lebih banyak. Setelah itu guru menunjukkan beberapa contoh koloid seperti gelas berwana, asap pembakaran, agar-agar, susu, hair spray, dan batu apung. Dari contoh-contoh koloid tersebut siswa diminta untuk menentukan fasa terdispersi dan medium pendispersinya?salah satu siswa menjawab: pada gelas berwarna fase terdispersi padat sedangkan medium pendispersinya padat, pada batu apung fase terdispersinya gas sedangkan medium pendispersinya padat.hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa terlibat dalam pemecahan masalah dengan kemampuan dasar yang mereka miliki. Pada pertemuan keempat dan kelima, siswa diberikan masalah tentang sifat dari koloid yakni ketika sinar matahari melalui sebuah celah, maka akan terlihat jelas. Fenomena tersebut merupakan salah satu sifat 7

koloid yaitu dapat menghamburkan cahaya atau efek tyndall. Apakah efek tyndall itu?siswa menjawab: suatu penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Pertanyaan seperti ini sangat membantu siswa dalam mengaitkan konsep materi dengan fenomena sehari-hari, sehingga siswa terbantu dalam mengembangkan pengetahuannya karena mereka telah mengalami fenomena tersebut. Pertemuan keenam mengenai pembuatan koloid. Guru mengingatkan kembali bahwa sifat koloid yaitu berada diantara larutan dan suspensi. Bagaimana membuat suatu koloid dari larutan,dan koloid dari suspensi? Pertanyaan yang guru berikan dalam pertemuan tersebut bertujuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah tesebut. Siswa awalnya mengalami kesulitan pada tahap ini. Hampir seluruh siswa dengan persentase 90% belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan diskusi kelompok. Selain itu seluruh siswa belum terbiasa menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing. Setelah dibimbing oleh guru, pada pertemuan berikutnya siswa lebih mudah untuk menentukan permasalahan dari fenomena yang dihadirkan. Tahap 2. Menuliskan hipotesis. Pada tahap merumuskan hipotesis, guru terlebih dahulu menjelaskan tentang makna hipotesis. Hal ini disebabkan karena sebagian siswa belum mengerti hipotesis. Setelah siswa memahami makna hipotesis, kemudian membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. Dalam merumuskan hipotesis, siswa diberi kesempatan untuk menuangkan pendapatnya berdasarkan pengetahuan mereka sendiri. Banyak siswa dari tiap-tiap kelompok yang bertanya atau meminta pendapat dari guru tentang hipotesis yang mereka tulis. Hal ini disebabkan siswa kurang percaya diri dengan hipotesis yang mereka tulis. Melalui proses pembimbingan yang dilakukan guru, siswa sudah lebih baik dalam merumuskan hipotesis. Setiap siswa sudah aktif dalam berdiskusi dengan teman sekelompoknya. 8

Tahap 3. Mengumpulkan data Pada tahap pengumpulan data dilakukan dengan melakukan percobaan dan telaah literatur (data hasil percobaan). Sebelum melaksanakan percobaan, guru menjelaskan alat dan bahan yang digunakan serta prosedur kerja yang harus dilakukan. Setelah guru menjelaskan prosedur kerja, kemudian siswa melaksanakan percobaan sesuai dengan prosedur percobaan pada LKS. Saat melakukan praktikum, guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan, dan meminta siswa untuk menulis hasil pengamatan. Dari hasil pengamatan tersebut, siswa diminta untuk membuat tabel hasil pengamatan sesuai dengan hasil pengamatan. Sebagian besar siswa belum terampil dalam membuat tabel hasil pengamatan. Dalam hal ini guru membimbing siswa dalam membuat tabel hasil pengamatan. Setelah itu siswa diminta untuk menjelaskan hasil pengamatan secara lisan kepada teman-teman lainnya. Awalnya siswa malu untuk menyampaikan hasil pengamatan kepada teman-temannya. Namun ada beberapa siswa yang berani menyampaikan hasil pengamatan kepada teman yang lain. Pada pertemuan berikutnya siswa sudah berani menyampaikan hasil pengamatan kepada teman-temannya. Pada tahap inilah keterampilan mengkomunikasikan banyak dilatihkan kepada siswa selain diskusi dalam kelompok. Membuat tabel hasil pengamatan dan menjelaskan hasil pengamatan merupakan bagian dari indikator keterampilan mengkomunikasikan. Siswa diharapkan terampil dalam membuat tabel hasil pengamatan dan terampil dalam menjelaskan atau mengkomunikasikan hasil pengamatan kepada temantemannya yang lain. Tahap 4. Analisis data Pada tahap ini guru membimbing siswa menganalis data hasil percobaan yang telah dilakukan, siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang terdapat pada LKS. Pertanyaan-pertnyaan ini disusun secara konstruktif untuk memudahkan siswa dalam menemukan jawaban. Setelah memperoleh tabel hasil pengamatan, siswa dalam kelompok diarahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait informasi dalam tabel tersebut. 9

Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan agar siswa memikirkan tentang kelayakan hipotesis dan metode pemecahan masalah serta kualitas informasi yang telah mereka kumpulkan. Guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil analisis data kelompoknya secara lisan kepada teman-teman lainnya. Guru bersama siswa dalam kelompok saling mengoreksi pekerjaan kelompoknya, dan apabila ada pekerjaan kelompok yang salah, maka siswa dapat langsung memperbaikinya. Pada tahap ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa berpikir rasional bahwa kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan Tahap 5. Menarik kesimpulan. Pada tahap ini guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis data yang telah dilakukan. Setelah siswa selesai menulis kesimpulan, guru mempersilahkan perwakilan kelompok untuk menyampaikan kesimpulan yang mereka buat dalam kelompoknya. Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, siswa dapat melihat kesesuaian hipotesis dengan kesimpulan akhir materi melalui proses-proses inkuiri yang telah dilakukan. Pada tahap ini, guru bersama siswa membuat kesimpulan akhir yang paling tepat, agar siswa tidak merasa kebingungan. Tahap-tahap yang siswa lalui dalam pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan siswa dapat memahami materi koloid dengan baik. Hampir seluruh siswa (97,5%) menyatakan bahwa pembelajaran dengan diskusi kelompok, mengunakan LKS, dan melakukan praktikum sebelum membahas teori membuat siswa lebih tertarik dengan pelajaran kimia. Seluruh siswa menyatakan setuju apabila pada pembelajaran materi kimia yang lain dilakukan dengan cara diskusi kelompok, menggunakan LKS, dan melakukan praktikum sebelum membahas teori. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan dari penelitian ini adalah: 1.Keterampilan mengkomunikasikan, untuk kelompok tinggi terdapat (a) 70% siswa berkriteria sangat 10

baik, dan 30% siswa berkriteria baik. (b) Pada kelompoksedang terdapat 45,83% siswa berkriteria sangat baik; 41,67% siswa berkriteria baik; dan 12,50% siswa berkriteria cukup. (c) Pada kelompok rendah terdapat 16,67% siswa berkriteria sangat baik; 33,33% siswa berkriteria baik; dan 50% siswa berkriteria cukup. 2.Keterampilan menyimpulkan, untuk kelompok tinggi terdapat (a) 80% siswa berkriteria sangat baik, dan 20% siswa berkriteria baik.(b) Pada kelompok sedang terdapat 66,67% siswa berkriteria sangat baik; dan 33,33% siswa berkriteria baik. (c) Pada kelompok rendah terdapat 33,33% siswa berkriteria sangat baik; dan 66,67% siswa berkriteria baik. Disarankan bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian sejenis agar melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada subjek penelitian, sehingga pada saat awal pelaksanaan penelitian subjek tidak bingung mengikuti alur pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta. Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Riyanto, E. 2012.Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep.(skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung. Suprini. 2012. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI Pada Sub Pokok Bahasan Sifat-Sifat Koloid Menggunakan Metode Discoverry-Inquiri. Skripsi. Diakses tanggal21 Juni 2013 dari http://repository.upi.edu/operator /upload/s_kim_0808741_chapter 1.pdf Winarni, E.W. 2006. Inovasi dalam Pembelajaran IPA. FKIP Press. Bengkulu. 11