INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK-PETUNJUK PENGARAHAN BAGI DELEGASI REPUBLIK INDONEESIA KE KOPERENSI KEPENDUDUKAN DUNIA DI BUKHAREST

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1977

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1972 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1978 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK-PETUNJUK PENGARAHAN BAGI DELEGASI REPUBLIK INDONESIA KE KONFERENSI TINGKAT TINGGI ISLAM DI LAHORE

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1973 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1979 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1969 TENTANG KONVENSI INTERNATIONAL TELECOMUNICATION UNION DI MONTREUX 1965

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

AGENDA SIDANG THE 26 TH EXCOM MEETING

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 10 TAHUN 1969 (10/1969) Tanggal: 1 AGUSTUS 1969 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KEGIATAN DESK REGIONAL BADAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN (Januari - Desember 2013)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH REPUBLIK INDONESIA UNTUK FEDERASI RUSIA MERANGKAP REPUBLIK BELARUS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

Assalamu alaikum Wr.Wb.

Macam-macam Organisasi Internasional

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1985 Tentang ORGANISASI KEMASYARAKATAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

Undang Undang No. 8 Tahun 1985 Tentang : Organisasi Kemasyarakatan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 -

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1961 TENTANG PEMBUATAN PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

Tentang: PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA REPUBLIK INDONESIA MALAYSIA. PERJANJIAN PERSAHABATAN.

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2001 TENTANG

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1969 TENTANG KONVENSI INTERNATIONAL TELECOMMUNICATION UNION DI MONTREUX 1965

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

STIE DEWANTARA Lembaga Keuangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

Distr.: Terbatas 15 Oktober Asli: Bahasa Inggris

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

A. Latar Belakang Masalah

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 6 TAHUN 1988 TENTANG KOORDINASI KEGIATAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

PEREMPUAN DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Agustus 2016; disetujui: 14 Oktober 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POLITIK LUAR NEGERI. By design Drs. Muid

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN FISIKA MEDIK DAN BIOFISIKA INDONESIA (HFMBI) BAB I UMUM. Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ECONOMIC COOPERATION XXI TAHUN 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

Transkripsi:

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dipandang perlu untuk memberikan petunjuk-petunjuk pengarahan bagi Delegasi Pemerintah Republik Indonesia ke Konperensi Tahun Wanita Internasional di Mexico City, Mexico, pada tanggal 19 Juni hingga 2 Juli 1975. Mengingat : Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945. M E N G I N S T R U K S I K A N : Kepada : Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat/Ketua Delegasi Pemerintah Republik Indonesia. Untuk : PERTAMA : Menggunakan Petunjuk-petunjuk Pengarahan sebagaimana terlampir pada Instruksi Presiden ini sebagai landasan dan pedoman dalam menghadapi masalah-masalah yang dibahas pada Konperensi Tahun Wanita Internasional di Mexico City, Mexico, pada tanggal 19 Juni hingga 2 Juli 1975. KEDUA : Memberikan laporan kepada Presiden tentang perkembangan Konperensi selama berlangsungnya Konperensi tersebut. KETIGA : Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada presiden. KEEMPAT : Instruksi Presiden ini berlaku selama Delegasi Pemerintah Republik Indonesia menghadiri Konperensi Tahun Wanita Internasional di Mexico City, Mexico, pada tanggal 19 Juni hingga 2 Juli 1975. Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 17 Juni 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd.

S O E H A R T O JENDERAL TN I RI 1975. Lampiran Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun PETUNJUK-PETUNJUK PENGARAHAN BAGI DELEGASI REPUBLIK INDONESIA KE KONPERENSI TAHUN WANITA INTERNASIONAL DI MEXICO, TANGGAL 19 JUNI - 2 JULI 1975. I. LANDASAN : Keikutsertaan Indonesia dalam Konperensi-konperensi Internasional berlandaskan pada : 1. Dasar-dasar politik luar negeri Republik Indonesia yang bebas dan aktif. 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. IV/MPR/1973, yang antara lain menetapkan bahwa politik luar negeri Indonesia harus diabdikan pada kepentingan nasional, khususnya untuk menunjang pembangunan ekonomi dan sosial. 3. Usaha-usaha memupuk kerjasama internasional dan regional sejalan dengan nilai-nilai yang tinggi serta tujuan-tujuan yang luhur yang terkandung dalam falsafah negara kita Pancasila. II. PETUNJUK-PETUNJUK PELAKSANAAN : 1. Umum. a. Kenyataan menunjukkan bahwa persamaan hak antara wanita dan pria masih belum terwujud sepenuhnya di dunia dewasa ini, dan bahwa sebagai akibatnya potensi wanita di bidang pembangunan dan pemeliharaan perdamaian belum

dapat sepenuhnya dimanfaatkan. Kenyataan ini membangkitkan kesadaran pada kita bahwa masalah perbaikan kedudukan wanita dan bersamaan dengan itu, pengikutsertaan kaum wanita dalam usaha pembangunan dan pengakuan akan pentingnya peranan wanita dalam usaha memelihara perdamaian dunia, perlu ditanggulangi bersama oleh seluruh pemerintah dan bangsa-bangsa di dunia. b. Dalam rangka ini Pemerintah Indonesia berpendapat bahwa Konperensi Tahun Wanita Internasional yang akan diadakan di Mexico dapat memberikan sumbangan ke arah tercapainya kerjasama internasional di bidang usaha-usaha tersebut. c. Dalam memperjuangkan kepentingan Indonesia dan memberikan sumbangannya dalam Konperensi, Delegasi Republik Indonesia hendaknya memperhatikan prioritas-prioritas dalam pembangunan nasional Indonesia serta hasil-hasil yang telah dicapai di forum internasional lainnya di bidang yang ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi. d. Mengenai substansi permasalahan yang dihadapi oleh Konperensi, Delegasi Republik Indonesia berpegang pada pendirian bahwa masalah perbaikan kedudukan wanita seperti juga masalah-masalah kewanitaan lainnya pada hakekatnya tidaklah berdiri sendiri melainkan merupakan kesatuan masalah yang kait mengait dan tidak terlepas dari masalah sosial budaya dan ekonomi pada umumnya. Lain dari itu, masalah-masalah kewanitaan pada umumnya tidak dapat dilihat terpisah dari pembangunan ekonomi dan sosial negaranegara di dunia secara keseluruhan. Oleh karenanya, Delegasi hendaknya dapat meyakinkan Konperensi bahwa program di bidang kewanitaan harus merupakan bagian integral dari kebijaksanaan dan program pemerintah negara-negara di dunia, terutama dalam program pembangunan ekonomi dan sosial secara keseluruhan. 2. Petunjuk mengenai beberapa masalah politik/yang bersifat politik. a. Kebijaksanaan Delegasi Republik Indonesia berlandaskan pada kebijaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia, yang dalam pelaksanaannya bertujuan untuk meningkatkan stabilitas politik dan ekonomi bagi kepentingan pembangunan nasional dalam rangka tahap-tahap Rencana Pembangunan Lima Tahun Republik Indonesia yang telah digariskan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam Garis-garis Besar Haluan Negara. b. Delegasi Republik Indonesia sedapat-dapatnya menghindarkan diri dari masalah-masalah yang kontroversiil yang tidak langsung menyangkut kepentingan Republik Indonesia yang dapat mengganggu kelancaran jalannya sidang. c. Delegasi Republik Indonesia hendaknya mengusahakan kerjasama dan saling pengertian yang sebaik mungkin dengan Delegasi-delegasi dari negara-negara

sesama anggota ASEAN. d. Mengenai hubungan dengan delegasi RRC dalam rangka Konperensi, Delegasi Republik Indonesia supaya berpegang pada "Pedoman Mengenai Sikap Republik Indonesia terhadap RRC dalam Konperensi Internasional" yang digariskan oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia tertanggal 18 April 1972. e. Jika timbul masalah yang berhubungan dengan sengketa Arab-Israel, Delegasi Republik Indonesia sejauh mungkin membantu pihak negara-negara Arab. f. Jika timbul masalah mengundang wakil-wakil dari gerakan-gerakan pembebasan yang diakui oleh Organisasi Persatuan Afrika atau oleh Liga Arab, Delegasi Republik Indonesia memberikan suara setuju. 3. Petunjuk mengenai beberapa "items" dalam "provisional agenda" (dokumen E/CONF. 66/1). "Item"1"Opening of the Conference and election of the President". a. Semua anggota Delegasi Republik Indonesia supaya menghadiri dan mengikuti upacara pembukaan Konperensi. b. Sesuai kebiasaan Konperensi-konperensi Internasional, maka calon Presiden/Ketua Sidang biasanya dari "host country. Delegasi Republik Indonesia memberikan suaranya kepada calon Mexico sebagai Ketua/Presiden. "Item"2"Adoption of the rules of procedure". a. Delegasi Republik Indonesia dapat menyetujui "Rules of Procedure" yang biasa dipakai dalam Konperensi-konperensi Internasional. b. Delegasi Republik Indonesia dapat menerima "Provisional Rules of Procedure" tercantum dalam dokumen E/CONF. 66/2. "Item" 3: "Adoption of the Agenda". a. Delegasi Republik Indonesia pada prinsipnya dapat menyetujui "draft" agenda tercantum dalam dokumen E/ CONF. 66/1. b. Sekiranya timbul persoalan penambahan mata acara, maka prinsip yang dianut oleh Delegasi Republik Indonesia ialah bahwa pada dasarnya tidak menolak suatu mata acara jika negara yang bersangkutan menganggap perlu. c. Delegasi Republik Indonesia supaya mengikuti perkembangan "Adoption of the Agenda" ini dalam "General Committee", serta melaporkan ke Pusat sekiranya ada perubahan-perubahan yang bersifat prinsipiil.

"Item"4"Establishment of Committees and organization of work". Delegasi Republik Indonesia pada dasarnya dapat menyetujui pembentukan Komite-komite seperti tercantum dalam "Provisional Rules of Procedure of the Conference" (dokumen E/CONF. 66,/2). Dalam hal lain, maka Delegasi Republik Indonesia diberi wewenang untuk menentukan sikap sendiri dengan memperhatikan kepentingan Indonesia. "Item"5"Election of officers other than the President". a. Delegasi Republik Indonesia memberikan suaranya kepada calon-calon yang didukung oleh kelompok-kelompok regional masing-masing. Bila ternyata tidak ada persetujuan di dalam masing-masing kelompok regional tersebut, Delegasi Republik Indonesia diberi keleluasaan untuk memutuskan sendiri, dengan pegangan memilih calon dari delegasi yang sejalan pandangan politiknya dengan Pemerintah Republik Indonesia dan atas asas timbal balik bagi pencalonan Republik Indonesia pegangan selanjutnya adalah : (1) Mendahulukan dukungan terhadap negara-negara yang mempunyai hubungan baik dan yang minta sokongan Republik Indonesia. (2) Menyokong calon-calon yang didukung oleh sebagian besar negara kelompok wilayahnya. (3) Memperhatikan rekomendasi "General Committee" nanti. (4) Peranan negara/calon bersangkutan dalam kegiatan Konperensi Tahun Wanita Internasional, terutama dilihat dari segi kepentingan negara-negara berkembang. b. Atas dasar kerjasama ASEAN, Delegasi Republik Indonesia mengutamakan mendukung calon-calon dari negaranegara sesama anggota ASEAN. "Item"6"Credentials of Representatives to the Conference". a."appointment of the Credentials Committee". b. "Report of the Credentials Committee". (1) Pada dasarnya Delegasi Republik Indonesia menyetujui susunan "Credentials Committee" yang sama dengan susunan "Credentials Committee" dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-29 seperti tersebut dalam "Provisional Rules of Procedure ot the Conference", dokumen E/CONF, 66/2. (2) Delegasi Republik Indonesia menyetujui hadirnya Pemerintah Kerajaan Persatuan Nasional Kemboja dan Pemerintah Revolusioner Sementara Vietnam Selatan sesuai keputusan sidang ke-58 "Economic and Social Council" di New York, bulan April 1975. (3) Jika dipersoalkan masalah "credentials" negara-negara anggota, pada

prinsipnya Delegasi Republik Indonesia mengakui syah semua wakil-wakil dari Pemerintah-pemerintah yang telah diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan berusaha agar Delegasi dari negara-negara ASEAN lainnya bersikap sama. (4) Delegasi Republik Indonesia dapat mendukung sikap negara-negara Afrika yang menolak "credentials" wakil-wakil Republik Afrika Selatan, jika berdasarkan alasan-alasan politik diskriminasi rasial. (5) Jika masalah "credentials" wakil-wakil Korea Selatan dipersoalkan, Delegasi Republik Indonesia memberikan pengakuan syah, tanpa ikut serta dalam perdebatan yang mungkin timbul. (6) Jika masalah "credentials" wakil-wakil Chile dipersoalkan, Delegasi Republik Indonesia memberikan pengakuan syah, tanpa ikut serta dalam perdebatan yang mungkin timbul. "Item"7"The objective and goals of International Women`s Year present policies and programmes". a. Masalah perbaikan kedudukan wanita kait mengait dan tidak dapat dilepaskan dari masalah pembangunan secara keseluruhan. b. Hendaknya Delegasi Indonesia menyokong segala usaha kearah tercapainya perbaikan kedudukan wanita khususnya dibidang pendidikan dan latihan, tingkat penghidupan termasuk peningkatan produksi pangan dan gizi, kesempatan bekerja, kesehatan ibu dan anak/keluarga berencana. c. Hendaknya Delegasi Indonesia tetap memberikan dukungannya terhadap program-program PBB dan Badan-badan bawahannya yang bersangkutan, atas program-program yang bermanfaat bagi perbaikan kedudukan wanita, dengan menyadari sepenuhnya bahwa kebijaksanaan ini hanya akan berhasil jika program ini merupakan bagian integral dari kebijaksanaan pembangunan ekonomi, sosial dan kultural secara keseluruhan. "Item"8" The involvement of women in strengthening international peace and eliminating racism and racial discriminationt. a. Indonesia sebagai negara yang berasaskan Pancasila, menganut prinsip cinta damai dan kemerdekaan setiap bangsa di dunia, tanpa perbedaan ras, agama, maupun suku bangsa. b. Delegasi Republik Indonesia diberi kebebasan menyatakan pendapatnya atas dasar pandangan Pemerintah Indonesia yang telah dikenal mengenai "peaceful settlement of dispute, sovereign equality of States" dan peranan-peranan PBB.

"Item"9"Current trends and changes in the status and roles of women and men, and major obstacles to be overcome in the achievement of equal rights, opportunities and responsibilities ", a. Undang-undang Dasar Republik Indonesia secara tegas mengakui persamaan hak dan kedudukan pria dan wanita. b. Dalam hubungan ini hendaknya Delegasi Indonesia menyokong usaha-usaha perbaikan kedudukan wanita melalui kesempatan pendidikan, kesempatan kerja dan kesempatan untuk menggunakan hak sipil dan politik baik wanita di kota-kota maupun di desa, wanita petani, pekerja wanita di daerah industri, khususnya usaha/program demi tercapainya pendidikan yang merata dikalangan masyarakat wanita di daerah-daerah yang terpencil sekalipun, "Item"10"The integration of women in the development process as equal partners with men". a. Pemerintah Republik Indonesia dalam kebijaksanaan pembangunan pada prinsipnya mengikut sertakan potensi tenaga wanita serta poteinsi lainnya dalam masyarakat. Pembangunan ekonomi, sosial, kebudayaan terutama dalam bidang pendidikan, program keluarga berencana, transmigrasi, peningkatan gizi dan kesehatan diharapkan berhasil untuk perbaikan tingkat hidup masyarakat pada umumnya dan perbaikan kehidupan wanita pada khususnya. b. Hendaknya Delegasi Republik Indonesia mengamankan program-program PBB maupun program-program internasional lainnya yang bermanfaat bagi peningkatan program/usaha dalam bidang-bidang tersebut di atas. "Item"11"The World Plan of Action ". a. Delegasi Indonesia menyetujui program-program yang bermanfaat bagi perbaikan kedudukan wanita, khususnya program-program yang bermanfaat bagi perbaikan kedudukan wanita di Indonesia. b. Delegasi Indonesia hendaknya berusaha untuk mendapatkan manfaat sepenuhnya dalam pembicaraan mengenai masalah ini, demi kepentingan perbaikan kedudukan wanita di lndonesia, sejalan dengan rencana-rencana yang telah dibuat oleh ESCAP (Ekonomic and Social Commission for Asia and the Pacific) tercantum dalam dokumen E.CONF. 66/BP/72. "Regional Consultation for Asia and The Far East on Integration of Women in Development with Special Reference to Population Sector". c. Dalam masalah ini Delegasi Indonesia hendaknya selalu mengadakan kontak dengan Delegasi dari negara anggota ASEAN. 4. Hal-hal lain :

a. Delegasi Republik Indonesia hendaknya ikut serta secara aktif dalam setiap Komite dan "working group" yang dibentuk selama Konperensi. b. Mengenai soal-soal politik yang tidak bersifat prinsipiil yang tidak tercakup dalam Petunjuk ini, Delegasi Republik Indonesia diberi wewenang menentukan sikap sendiri dengan berkonsultasi erat dengan Saudara Duta Besar Republik Indonesia di Mexico. c. Mengenai hal-hal yang bersifat prinsipiil yang tidak tercakup dalam petunjuk ini, Delegasi Republik Indonesia dimana perlu dapat minta petunjuk tambahan dari Jakarta. III. KHUSUS Dalam menghadapi beberapa masalah khusus yang akan dibicarakan dan yang mungkin akan timbul dalam Konperensi, Delegasi Republik Indonesia hendaknya berpedoman pada petunjuk-petunjuk seperti termuat dalam lampiran pada Petunjuk-petunjuk Pengarahan ini. Jakarta, 17 Juni 1975.