KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1985 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1989 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 111 TAHUN 2000 (111/2000) TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 1983 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa berita rahasia negara yang dikirim melalui sarana komunikasi perlu dilindungi dari kebocoran;

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2006 TENTANG BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPPRES 6/1992, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.110,2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Neg

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171 TAHUN 1999 TENTANG BADAN PENANAMAN MODAL DAN PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2006 TENTANG BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PEMBINA BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PRESIDEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2006 TENTANG BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PUSAT STATISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TAHUN 1995 TENTANG BADAN URUSAN LOGISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1991 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN EKONOMI KREATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1992 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNANORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1990 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 7 TAHUN 2001 TENTANG


Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN, Menimbang : bahwa dengan semakin meningkatnya beban tugas dan pesatnya perkembangan penanaman modal yang ditangani oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan dalam rangka kelancaran pelaksanaannya dipandang perlu untuk menyempurnakan organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 1985 jo. Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 1987; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentag Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818), jo. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943); 3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2853), jo. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Nomor 6 TAhun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944);

- 2 - MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 Badan Koordinasi Penanaman Modal, selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disingkat BKPM, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Pasal 2 BKPM mempunyai tugas pokok membantu dalam menetapkan kebijakan di bidang penanaman modal, memberikan persetujuan dan perizinan penanaman modal serta melakukan pengawasan atas pelaksanaannya. Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, BKPM menyelenggarakan fungsi: a. merumuskan kebijakan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan; b. melakukan koordinasi perencanaan penanaman modal baik sektoral maupun regional serta mengadakan sinkronisasi rencana tersebut ke dalam suatu rencana terpadu dalam rangka Undang-undang Nomor 1

- 3 - Tahun 1967 dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 maupun yang diatur di luar Undang-undang Penanaman Modal; c. menyusun daftar bidang usaha penanaman modal secara berkala sebagai pedoman pembangunan sektor-sektor penanaman modal, dengan memperhatikan pandangan dan bahan-bahan yang disampaikan oleh Departemen/Instansi yang terkait dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah; d. mengajukan daftar bidang usaha penanaman modal tersebut huruf c kepada Presiden untuk mendapatkan penetapan dengan Keputusan Presiden; e. mengarahkan penyebaran kegiatan penanaman modal tersebut di daerah-daerah sesuai dengan kebijakan pembangunan; f. menyelenggarakan kegiatan pengkajian dan pengembangan dalam rangka menyediakan informasi seluas-luasnya mengenai proyek-proyek penanaman modal; g. menyelenggarakan komunikasi, promosi, dan penerangan yang efektif dengan para penanam modal khususnya dan dunia usaha pada umumnya; h. menilai/mengevaluasi permohonan penanaman modal sesuai dengan kebijakan dan ketentuan-ketentuan penanaman modal yang berlaku; i. mengajukan hasil penelitian/penilaian permohonan penanaman modal asing kepada Presiden untuk memperoleh keputusan; j. memberikan persetujuan permohonan penanaman modal dalam negeri dan perubahan penanaman modal asing atas Pemerintan Republik Indonesia;

- 4 - k. atas nama Menteri yang membina nidang usaha penanaman modal yang bersangkutan, dalam rangka Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967, dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 menerbitkan izin dan keputusan pelaksanaan penanaman modal sesuai pelimpahan wewenang dari Menteri yang bersangkutan; l. menyelenggarakan pembinaan dan penyuluhan serta memberi petunjuk untuk pemecahan masalah agar pelaksanaan proyek-proyek penanaman modal berjalan dengan lancar; m.menyelenggarakan pengawasan pelaksanaan proyek penanaman modal yang telah disetujui Pemerintah bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) dan Departemen/Lembaga Pemerintah yang terkait, agar sejalan dengan perizinan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mengenakan sanksi bila terjadi penyimpangan. BAB II ORGANISASI Bagian Pertama Susunan Organisasi Pasal 4 Susunan Organisasi BKPM terdiri dari: a. Ketua; b. Wakil Ketua; c. Sekretariat;

- 5 - d. Deputi Bidang Perencanaan; e. Deputi Bidang Promosi; f. Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Industri; g. Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Non Industri; h. Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pelaksanaan; i. Staf Ahli; j. Pusat Pengolahan Data. Bagian Kedua Ketua dan Wakil Ketua Pasal 5 (1) BKPM dipimpin oleh seorang Ketua yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan sehari-hari menerima petunjuk dari Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri dan Pengawasan Pembangunan dan dalam melaksanakan tugasnya berkonsultasi dengan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2) Dalam menjalankan tugasnya Ketua dibantu oleh seorang Wakil Ketua yang bertanggung jawab kepada Ketua. (3) Wakil Ketua mempunyai tugas: a. mewakili Ketua dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi BKPM dalam hal Ketua berhalangan; b. membina dan mengembangkan administrasi BKPM yang efektif dan efisien;

- 6 - c. melakukan pengawasan administrasi di lingkungan BKPM; d. memberi petunjuk pelaksanaan tugas sehari-hari Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pelaksanaan; e. melakukan tugas lain atas petunjuk Ketua. Bagian Ketiga Sekretariat Pasal 6 (1) Sekretariat adalah unsur pembantu Pimpinan dalam menyelenggarakan administrasi umum yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. (2) Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris. Pasal 7 Sekretariat mempunyai tugas membantu Ketua dalam melaksanakan pembinaan dan pelayanan administrasi umum untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BKPM. Bagian Keempat Deputi Bidang Perencanaan Pasal 8 Deputi Bidang Perencanaan adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKPM di bidang perencanaan dan pengembangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua.

- 7 - Pasal 9 Deputi Bidang Perencanaan mempunyai tugas membantu Ketua dalam perumusan kebijakan perencanaan investasi industri dan non industri serta pengembangan investasi. Pasal 10 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 9, Deputi Bidang Perencanaan menyelenggarakan fungsi: a. menyusun perumusan kebijakan investasi dan melakukan koordinasi perencanaan investasi industri dan non industri baik sektoral maupun regional serta mengadakan sinkronisasi rencana tersebut ke dalam suatu rencana terpadu serta komprehensif baik dalam rangka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 maupun yang diatur di luar Undang-undang penanaman modal; b.menyelenggarakan penelitian dan pengkajian potensi Daerah yang dapat dikembangkan melalui investasi bekerjasama dengan BKPMD dan instansi terkait guna masukan perencanaan profil proyek penanaman modal; c. menyelenggarakan penelitian dan pengkajian perkembangan ekonomi dan pasar sebagai upaya peningkatan investasi; d. menyusun daftar bidang usaha penanaman modal secara berkala sebagai pedoman sektoral penanaman modal, dengan memperhatikan pendapat dan bahan-bahan yang disampaikan oleh Departemen/Instansi yang terkait dan BKPMD; e. menyusun dan mengembangkan informasi proyek, profil proyek, kerangka acuan, dan daftar mesin/peralatan yang dimasukannya

- 8 - melalui impor tidak diberi pembebasan bea masuk karena sudah dapat dibuat di dalam negeri; f. menyelenggarakan kegiatan pengembangan dunia usaha; g. melaksanakan tugas yang diberikan oleh Ketua. Pasal 11 Deputi Bidang Perencanaan terdiri dari: a. Biro Perencanaan Investasi Industri; b. Biro Perencanaan Investasi Non Industri; c. Biro Pengembangan Investasi. Bagian Kelima Deputi Bidang Promosi Pasal 12 Deputi Bidang Promosi adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKPM di bidang promosi penanaman modal, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. Pasal 13 Deputi Bidang Promosi mempunyai tugas membantu Ketua dalam kegiatan promosi investasi dan kerjasama investasi luar negeri. Pasal 14 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Deputi Bidang Promosi menyelenggarakan fungsi: a. menyusun perumusan kebijakan promosi dan kerjasama investasi

- 9 - luar negeri; b. menyelenggarakan usaha serta kegiatan promosi, bimbingan dan komunikasi yang efektif bagi para calon penanam modal dan para penanam modal khususnya serta dunia usaha pada umumnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri secara langsung maupun melalui dan atau bekerjasama dengan instansi lainnya; c. menyelenggarakan penyuluhan kepada calon penanam modal mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penanaman modal; d. menyelenggarakan kerjasama peningkatan penanaman modal melalui kerjasama luar negeri; e. melakukan tugas lain yang diberikan oleh Ketua. Pasal 15 Deputi Bidang Promosi terdiri dari: a. Biro Promosi Luar Negeri; b. Biro Promosi dan Kerjasama Investasi Luar Negeri. Bagian Keenam Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Industri Pasal 16 Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Industri adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKPM di bidang penilaian permohonan penanaman modal dan perizinan di bidang usaha industri, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua.

- 10 - Pasal 17 Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Industri mempunyai tugas membantu Ketua dalam menilai permohonan penanaman modal, menyiapkan Keputusan yang diperlukan, menyelesaikan perizinan dan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penanaman modal di bidang usaha industri. Pasal 18 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Industri menyelenggarakan fungsi: a. Menyusun perumusan kebijakan di bidang penilaian dan perizinan dalam rangka penanaman modal di bidang usaha industri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. menyelenggarakan penilaian permohonan penanaman modal bidang usaha industri sesuai dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. menyiapkan keputusan permohonan penanaman modal dalam negeri bidang usaha industri yang telah diputuskan oleh Ketua; d. menyiapkan laporan hasil penilaian permohonan penanaman modal asing bidang usaha industri untuk mendapatkan persetujuan Presiden, dan menyelesaikan tindak lanjutnya; e. menyelenggarakan penyelesaian pemberian fasilitas perpajakan dan bea masuk bagi penanaman modal bidang usaha industri sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai bagian dari fungsi sebagaimana dimaksud dalam huruf c dan huruf d;

- 11 - f. menyelesaikan penyelesaian pemberian perizinan penanaman modal bidang usaha industri yang telah disetujui Pemerintah sesuai dengan pelimpahan wewenang Menteri-Menteri yang bersangkutan; g. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua. Pasal 19 Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Industri terdiri dari: a. Biro Penilaian Aplikasi Baru Bidang Industri; b. Biro Penilaian Aplikasi Perubahan Bidang Industri; c. Biro Perizinan dan Fasilitas Bidang Industri. Bagian Ketujuh Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Non Industri Pasal 20 Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Non Industri adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKPM di bidang penilaian permohonan penanaman modal dan perizinan usaha non industri, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. Pasal 21 Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Non Industri mempunyai tugas membantu Ketua dalam menilai permohonan penanaman modal, menyiapkan keputusan yang diperlukan, menyiapkan dan/atau menyelesaikan perizinan dan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penanaman modal di bidang usaha non industri.

- 12 - Pasal 22 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Non Industri mempunyai fungsi: a. menyusun perumusan kebijakan di bidang penilaian dan perizinan dalam rangka penanaman modal di bidang usaha non industri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. menyelenggarakan penilaian permohonan penanaman modal bidang usaha non industri sesuai dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. menyiapkan keputusan permohonan penanaman modal dalam negeri bidang ushaa non industri yang telah diputuskan oleh Ketua; d. menyiapkan laporan hasil penilaian permohonan penanaman modal asing bidang usaha non industri untuk mendapatkan persetujuan Presiden, dan menyelesaikan tindak lanjutnya; e. menyelenggarakan penyelesaian pemberian fasilitas perpajakan dan bea masuk bagi penanaman modal bidang usaha non industri sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai bagian dari fungsi sebagaimana dimaksud dalam huruf c dan huruf d; f. menyelenggarakan penyelesaian pemberian perizinan penanaman modal bidang usaha non industri yang telah disetujui Pemerintah sesuai dengan pelimpahan wewenang Menteri-Menteri yang bersangkutan; g. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua.

- 13 - Pasal 23 Deputi Bidang Penelitian dan Perizinan Non Industri terdiri dari: a. Biro Penilaian Aplikasi Baru Non Industri; b. Biro Penilaian Aplikasi Perubahan Bidang Non Industri; c. Biro Perizinan dan Fasilitas Bidang Non Industri. Bagian Kedelapan Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pelaksanaan Pasal 24 Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pelaksanaan adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKPM di bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan pelaksanaan proyek penanaman modal, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. Pasal 25 Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pelaksanaan mempunyai tugas membantu Ketua dalam menyelenggarakan pembinaan, pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan penanaman modal yang telah disetujui Pemerintah. Pasal 26 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pelaksanaan menyelenggarakan fungsi:

- 14 - a. menyusun perumusan kebijakan dalam rangka pembinaan, pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan proyek penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan penanaman modal yang telah mendaapat persetujuan Pemerintah baik berdasarkan laporan perkembangan palaksanaan penanaman modal maupun informasi lainnya; c. menampung dan memberikan layanan atas masalah-masalah yang timbul dalam rangka pelaksanaan penanaman modal serta mengupayakan pemecahannya; d. menyelenggarakan pengawasan terhadap penggunaan fasilitas dan ketentuan penanaman modal serta mempersiapkan langkah tindak selanjutnya; e. menyiapkan laporan pelaksanaan penanaman modal baik sektoral maupun regional; f. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua. Pasal 27 Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pelaksanaan terdiri dari: a. Biro Pemantauan dan Evaluasi; b. Biro Pembinaan Pelaksanaan Investasi; c. Biro Pengawasan Investasi.

- 15 - Bagian Kesembilan Staf Ahli Pasal 28 (1) Untuk memenuhi kebutuhan keahlian di bidang tertentu, di BKPM dapat diangkat Staf Ahli yang terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang. (2) Staf Ahli adalah pegawai negeri yang bertugas mengolah dan menelaah masalah-masalah secara keahlian atas petunjuk Ketua. (3) Staf Ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. Bagian Kesepuluh Pusat Pengolahan Data Pasal 29 (1) Pusat Pengelolaan Data, selanjutnya dalam Keputusan ini disebut PUSLAHTA adalah pelaksana tugas tertentu BKPM di bidang pengumpulan dan pengolahan data serta penyusunan laporan. (2) PUSLAHTA dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. Bagian Kesebelas Susunan Sekretariat, Biro dan PUSLAHTA Pasal 30 (1) Sekretariat terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Sub Bagian.

- 16 - (2) Biro terdiri sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Bagian, dan setiap Bagian terdiri sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Sub Bagian, serta dapat diadakan jabatan fungsional sesuai dengan kebutuhan. (3) PUSLAHTA terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Bidang, dan jabatan fungsional sesuai kebutuhan. BAB III TATA KERJA Pasal 31 (1) Semua unsur di lingkungan BKPM dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan BKPM sendiri maupun dalam hubungan antar instansi Pemerintah untuk kesatuan gerak sesuai dengan tugasnya. (2) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan bila terjadi penyimpangan diwajibkan mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (3) Setiap pimpinan kerja antara BKPM dan BKPMD bersifat konsultatif fungsional. BAB IV KEPANGKATAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN Pasal 32 (1) Ketua dan Wakil Ketua adalah jabatan-jabatan eselon Ia;

- 17 - (2) Deputi adalah jabatan setingkat eselon Ib dan setinggi-tingginya setingkat eselon Ia; (3) Staf Ahli adalah jabatan setingkat eselon IIa dan setinggi-tingginya setingkat eselon Ib; (4) Sekretaris, Kepala Biro, dan Kepala PUSLAHTA, adalah jabatan eselon IIa; (5) Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan eselon IIIa; (6) Kepala Sub Bagian adalah jabatan eselon IVa; (7) Jabatan Fungsional ditentukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 33 (1) Ketua, Wakil Ketua diangkat dan diberhentikan oleh Presiden; (2) Deputi, dan Staf Ahli yang eselonnya Ib, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua; (3) Sekretaris, Kepala Biro Kepala PUSLAHTA, dan Staf Ahli yang eselonnya IIa, diangkat dan diberhentikan oleh Menteri/Sekretaris Negara atas usul Ketua; (4) Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, diangkat dan diberhentikan oleh Ketua; (5) Pengangkatan dan pemberhentian tenaga dalam jabatan fungsional dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- 18 - BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Perincian tugas, fungsi, susunan organusasi dan tata kerja satuan organisasi di lingkungan BKPM ditetapkan oleh Ketua setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang Pendayagunaan aparatur Negara dan Menteri/Sekretaris Negara. Pasal 35 Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini: 1. Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 1985 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Susunan Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1987 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 1985, dinyatakan tidak berlaku lagi. 2.Ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1981 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1982, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan Presiden ini.

- 19 - Pasal 36 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 1991 PRESIDEN ttd SOEHARTO