BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable).

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit. Opini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk secara jujur tanpa manipulasi dan terbuka untuk melaporkan

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan berisikan data yang menggambarkan keadaan. keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memerlukan seorang Pemeriksa Keuangan. Pemeriksa Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditor hars memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik.

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik, maka akuntabilitas dan transparansi informasi bagi masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya skandal-skandal keuangan yang terjadi di Indonesia akibat

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Akuntan publik merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

Independensi Integritas Profesionalisme

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. FASB (Financial Accounting Standard Board) mengungkapkan ada

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan kepada pihak luar, dimana pihak luarpun memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara maka persaingan pasar tidak dapat dihindari dan akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi global. Dengan begitu BUMN memiliki tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. De Angelo (1981) dalam Kurnia et al. (2014) mendefinisikan kualitas. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik adalah profesi yang bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) adalah lembaga tinggi negara yang di dalamnya memiliki anggota yang merupakan pejabat negara yang telah dipilih oleh anggota DPR yang kemudian disahkan oleh presiden. Anggota BPK RI atau yang sering disebut dengan Auditor Eksternal, memiliki tanggung jawab untuk mengevaluasi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara Lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan lembaga badan lainnya yang mengelola keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006. BPK-RI bertugas memeriksa tangung jawab Keuangan Negara yang ditetapkan dalam Pasal 23 E UUD Tahun 1945. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada DPR, DPD dan DPRD untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya (www.bpk.go.id). Dalam era Reformasi ini Badan Pemeriksa Keuangan telah mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI. Dalam Sidang Tahunan pada Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR No. VI/MPR/2002 antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan perannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang Independen dan Profesional (www.bpk.go.id). BPK RI memiliki perwakilan kantor di setiap daerahnya. Seperti salah satunya adalah BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat yang memiliki kewenangan untuk mengevaluasi pengelolaan dan tanggung 1

jawab keuangan negara serta laporan keuangan dari entitas pemerintahan yang berada di wilayah provinsi Jawa Barat. BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat bertanggung jawab untuk memeriksa 27 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) di wilayah provinsi Jawa Barat (www.bpk.go.id). Dengan banyaknya entitas pemerintahan yang menjadi objek pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat maka auditor memiliki tugas dan tanggung jawab pemeriksaan yang banyak pula. Berdasarkan informasi yang dapat dilihat dari situs BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat yaitu www.bandung.bpk.go.id opini yang dilekuarkan oleh BPK hanya 5 LKPD saja yang mendapatkan opini WTP (wajar tanpa pengecualian) dan 21 LKPD lainnya mendapatkan opini WDP (wajar dengan pengeucualian) dan satu LKPD mendapatkan disclaimer. Berdasarkan data tersebut tuntutan untuk menghasilkan pengelolaan keuangan negara pada entitas di daerah provinsi jawa barat sangat tinggi. Karena masih terdapat banyak entitas yang belum sepenuhnya sesuai dengan standar pelaporan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dengan masih banyaknya opini WDP untuk LKPD di Provinsi Jawa Barat maka auditor dituntut untuk lebih bekerja keras dalam melakukan pemeriksaan dan memberikan rekomendasi yang tepat agar dapat memperbaiki keadaan sebelumnya sehingga dapat mewujudkan tata kelola keuangan negara yang lebih baik lagi. Pasalnya keuangan negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan mempunyai manfaat untuk mewujudkan tujuan negara agar mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan UUD 1945. Dengan adanya tuntutan untuk mewujudkan tata kelola keuangan negara yang baik maka BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat harus memiliki auditor atau pemeriksa yang memiliki keahlian dan menerapkan nilai kode etik yang baik sehingga dapat memberikan hasil pemeriksaan yang dapat memperbaiki kekurangan dari pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk pemerintahan di provinsi jawa barat. BPK RI 2

Perwakilan Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan tugas pemeriksaan harus memenuhi nilai dasar BPK yaitu Independensi, Integritas dan Profesional serta harus memenuhi standar periksaan dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya untuk mewujudkan tata kekola keuangan negara yang akuntabel dan transparan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan stategis BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat yaitu: Visi : Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. Misi : 1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; 2. Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; dan 3. Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan negara. sesuai dengan SK BPK RI. Tujuan Strategi BPK adalah mendorong terwujudnya pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Hal tersebut dapat terwujud dengan cara meningkatkan efektivitas tindak lanjut hasil pemeriksaan dan memenuhi harapan pemilik kepentingan (www.bpk.go.id). 1.2 Latar Belakang Penelitian Pada zaman sekarang ini kebutuhan akan pengawasan yang efektif terhadap pertanggungjawaban penggunaan keuangan negara sangat tinggi, sehingga menuntut profesi auditor eksternal untuk semakin meningkatkan kinerjanya secara independen dan profesional. Agar dapat menghasilkan kualitas yang dapat menjamin pengelolaan keuangan negara tentunya 3

pemeriksaan harus dilakukan secara efektif dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan. Kualitas pelaksanaan audit selalu mengacu pada standar yang telah di tetapkan, yaitu meliputi standar umum, standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan. Standar yang digunakan untuk pemeriksaan sektor pemerintahan dalam hal ini keuangan negara, auditor mengacu pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 1 Tahun 2007 tentang SPKN (Pasal 1) definisi pemeriksaan adalah proses identifikasi maslah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan atandar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandaalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dengan adanya pemeriksaan maka diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dan menghasilkan laporan dengan kualitas audit yang memadai untuk dapat digunakan oleh pemakan laporan keuangan. Hal ini dapat dikatakan bahwa kepercayaan pengguna laporan keuangan berada pada auditor ekternal yang dalam hal ini adalah BPK RI. Besarnya kepercayaan pengguna laporan keuangan pada auditor eksternal ini mengharuskan auditor memperhatikan kualitas auditnya, akan tetapi ironisnya seringkali dicederai dengan banyaknya skandal keuangan. Misalnya seperti kasus suap yang melibatkan auditor agar memberikan opini yang lebih baik dan tidak sesuai dengan temuan atau fakta yang sebenarnya. Padahal menurut FASB, karakteristik yang harus dipenuhi dalam membuat laporan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kecakapan Profesional dan kode etik dari seorang auditor/ pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaannya. Berdasarkan SA seksi 220 dalam SPAP 2011, menyebutkan bahwa Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh 4

auditor. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen artinya tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya hanya untuk kenpentingan umum. Dengan demikian auditor tidak dibenarakn untuk memihak dan memiliki sikap mental untuk tidak mudah dipengaruhi oleh pihak lain. Auditor disamping independen harus mampu bersikap objektif dalam melaksanakan pekerjaannya. Objektif dalam hal ini adalah mampu bersikap netral dan melakukan pekerjaan sesuai dengan standar serta melaporkan hasil sesuai dengan temuan yang didapat. Dalam prinsip etika, auditor juga harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Auditor harus bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual dan tidak bias (SPAP 2011). Tetapi dalam kenyataanya masih terdapat auditor yang belum sepenuhnya menerapkan independensi dalam dirinya. Seperti dalam kasus yang melibatkan auditor BPK Provinsi Sulawesi Utara. Mereka terbukti menerima hadiah dari walikota Tomohon sebesar Rp. 600 juta. Pemberian tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan opini yang lebih baik dari Tidak Memberikan Pendapat Menjadi Wajar dengan Pengecualian. (Rusman, Tempo.co, 2011). Tidak hanya itu, kasus suap juga menimpa dua auditor BPK RI Provinsi Jawa Barat yang terbukti menerima suap dari walikota Bekasi dengan maksud untuk mendapatkan Wajar Tanpa Pengecualia pada tahun 2009. Hal tersebut membuktikan masih terdapat auditor yang belum menerapkan sikap independensi dalam melakukan pemeriksaan dan tidak objektif karena manyampaikan laporan tidak sesuai dengan kenyataan. Selain hal-hal tersebut, auditor juga harus didukung oleh faktor lain seperti yang terdapat dalam persyaratan-persyaratan yang dinyatakan dalam Standar Auditing (SPAP No.4, 2011) yaitu keahlian dan due profesional care. Keahlian auditor biasanya ditentukan oleh pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman dalam auditing, serta partisipasi dalam program pendidikan berkelanjutan. Dalam penelitian Badjuri (2011) 5

mengatakan bahwa pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor, dalam hal ini yaitu kualitas audit. Auditor harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Seorang auditor harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing baik melalului pendidikan formal, pelatihan maupun dari pengalaman auditor sendiri. Dengan bertambahnya pengalaman sorang auditor maka keahlian yang dimiiki juga semakin berkembang. Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada auditor yang baru memulai karirnya (Bawono, 2010 : 5). Dengan kata lain kualitas audit yang baik dapat dihasilkan oleh auditor yang sudah berpengalaman. Hal ini dikarenakan pengalaman akan membentuk keahlian baik secara teknis maupun praktis. Akan tetapi dalam kenyataanya masih terdapat auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor yang masih gagal mendeteksi adanya kecurangan dalam perusahan auditee seperti pada kasus Kimia Farma yang melakukan kecurangan overstated laba pada tahun 2001 dan auditor HTM gagal mendeteksi kecurangan tersebut dengan bukti setelah dilakukan pemeriksaan ulang ternyata terdapat unsur rekayasa terkait laba bersih kimia farma dan auditor HTM tidak dapat mendeteksinya (www.bapepam.go.id). Disamping pengalaman kerja, persyaratan lain yang harus dimiliki oleh seorang auditor adalah due Professional care yang memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Menurut PSA No. 4 SPAP (2011), kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran dan profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan 6

keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan. Due professional care merupakan hal yang penting dan harus diterapkan oleh setiap auditor dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar dapat dicapai kualitas audit yang memadai (Bawono, 2010:4). Penelitian Saripudin dkk. (2012) menyebutkan bahwa auditor harus lebih bersikap skeptis agar profesinya tidak terancam oleh konsekuensi yang dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat kepada profesi yang dimilikinya. Hal ini menunjukan auditor harus selalu berhatihati dalam melaksanakan prosedur audit agar terhindar dari kegagalan audit dalam kasus fraud yang belakangan ini sering terjadi. Seperti pada kasus Bank Century yang terjadi pada tahun 2008 mengenai audit forensik terkait dana Bank Century dimana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia tidak optimal dalam menerapkan sikap skeptisme dan kecermatan dengan bukti adanya kegagalan dalam menjalankan tugas secara konsisten bahkan BPK RI secara sengaja tidak memilih auditor yang memiliki sertifikat khusus seorang auditor forensik (Certified Fraud Examiner/CFE), yang bisa memiliki kemampuan menelusuri indikasi korupsi dalam melaksanakan audit. Sehingga BPK RI gagal melaksanakan tugasnya karena tugas audit forensik tersebut kemudian dialihkan kepada kantor akuntan publik internasional independen.(suhartono, nasional.kompas.com, 2011). Penelitian Sari dalam Saripudin dkk. (2012) menyatakan bahwa kualitas hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Oleh karena itu akuntabilitas merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan pekerjannya. Akuntabilitas merupakan dorongan psikologis sosial yang dimiliki oleh seseorang untuk menyelesaikan kewajiban yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungan. Auditor dituntut untuk 7

mempertahankan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya dengan cara menjaga dan mempertahankan akuntabilitas. Semakin banyaknya kasus dan skandal keuangan yang terjadi memberikan dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik (auditor eksternal). Ironisnya justru kasus-kasus tersebut melibatkan auditor eksternal, di mana seharusnya mereka sebagai pihak ketiga yang independen yang memberikan jaminan atas relevansi dan keandalan laporan keuangan. Hal ini bisa kita lihat pada kasus yang terjadi yaitu BPK sering terlambat menyampaikan laporan hasil pemeriksaan. Seperti yang terjadi di provinsi Kepulauam Riau, BPK Perwakilan Kepulauan Riau belum menyampaikan hasil pemeriksaan keuangan atas LKPD tahun 2007 dan pada tahun 2009 laporan hasil pemeriksaan untuk kota Bengkalis periode tahun 2005-2008 baru di publikasikan. (www.pekanbaru.bpk.go.id). Hal ini membuktikan kurangnya akuntabilitas (kebertanggungjawaban) dari auditor dalam menyelesaikan laporan dengan tepat waktu. Padahal auditor dituntut untuk mempertahankan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya dengan cara menjaga dan mempertahankan akuntabilitas. Penelitian Terdahulu yang pernah dilakukan oleh Singgih dan Bawono (2010) meneliti tentang faktor-faktor dalam diri auditor dan kualitas audit yang hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang ada dalam diri auditor adalah independensi, pengalaman, due Profesional care dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh pada kualitas audit. Dimana Independensi, due prfesional care, dan akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitan Saripudin dkk. (2012) tentang pengaruh independensi, pengalaman, due profesional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit yang diterapkan pada KAP sedang dan KAP kecil. Hasil dari penelitian ini bahwa secara parsial variabel independensi, pengalaman, dan 8

akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan due Professional care tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Herawati (2012) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja, Due Professional Care, akuntabilitas dan Kompetensi terhadap Kualitas Audit. Hasil dari penelitian ini adalah Independensi, Pengalaman dan Akuntabilitas tidak berpengaruh terhdap kualitas audit sedangkan due professional care berpengaruh signifikan terhdap kualitas audit. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian Saripudin dkk. (2012), perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitiannya, yaitu auditor yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Jawa Barat. Selama ini BPK RI dikenal sebagai sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan perannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional. Oleh karena itu penelitian ini mencoba membuktikan bahwa auditor pada BPK RI memiliki independensi dan sikap profesional yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, masih terdapat auditor yang belum menerapkan nilai kode etik dan sikap profesionalnya serta masih belum konsistennya penelitian terdahulu mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian yang serupa untuk menguji kembali penelitian yang pernah dilakukan, dengan judul penelitian : Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat). 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 9

1. Bagaimana independensi, pengalaman, due professional care akuntabilitas, dan kualitas audit pada auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat? 2. Bagaimana pengaruh independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas secara simultan terhadap kualitas audit? 3. Bagaimana pengaruh secara parsial dalam hal ini: a. Bagaimana pengaruh indepeendensi terhadap kualitas audit? b. Bagaimana pengaruh pengalaman terhadap kualitas audit? c. Bagaimana pengaruh due professional care terdahap kualitas audit? d. Bagaimana pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis tanggapan responden terkait dengan indepenensi, pengalaman, due professional care, akuntabilitas dan kualitas audit pada auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 2. Untuk membuktikan independensi, pengalaman, due profeional care, dan akuntabilitas secara simultan terhadap kualitas audit. 3. Untuk membuktikan pengaruh secara parsial dalam hal ini : a. Untuk membuktikan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. b. Untuk membuktikan pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit. c. Untuk membuktikan due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit. d. Untuk membuktikan akuntabilitas berbengaruh terhadap kualitas audit. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis 10

Kegunaan teoritis yang ingin dicapai dari pengembangan pengetahuan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan auditing terkait kualitas audit serta menambah wawasan mengenai pengaruh independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit. 2. Penelitian ini juga sebagai sarana pengembangan dan penerapan teori ilmu pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit yang telah dipelajari selama masa perkulihan. 1.5.2 Aspek Praktis Kegunaan praktis yang ingin dicapai dari penerapan pengetahuan sebagai hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Auditor Dalam hal ini memberikan masukan kepada auditor dalam hal meningkatkan kemampuan auditor dalam mempertimbangkan berbagai hal yang berpengaruh terhadap sikap profesional auditor yaitu sikap independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas yang dimiliki oleh auditor terhadap tanggung jawab auditor dalam menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas. 2. Bagi Pemerintah Memberikan tanbahan informasi dan masukan bagi pentingnya independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas dalam menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. 1.6 Sistematika Penulisan Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang menyangkut 11

fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan. BAB II BAB III BAB IV BAB V TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini mengungkapkan dengan jelas, ringkas, dan padat mengenai landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, tinjauan tentang audit, kualitas audit dan variabel penelitian yaitu independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas dalam kaitannya dengan kualitas audit. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian. METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), serta teknik analisis data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan keadaan responden yang diteliti, deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen (independensi, pengalaman, due profesional care, dan akuntabilitas) terhadap variabel dependen (kualitas audit). KESIMPULAN DAN SARAN 12

Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran secara kongkrit yang diberikan. 13