BAB I PENDAHULUAN. keterampilan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju perkembangan ilmu. dapat membuka pintu gerbang ilmu pengetahuan.

dokumen-dokumen yang mirip
sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu mahir menyimak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil penelitian sebagaimana dikutip oleh Sitepu (1999) oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah SMP N 3 Bayat memiliki permasalahan dalam pembelajaran membaca

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu penentu agar bangsa kita dapat melangkah lebih maju

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa. tepat bila antara penutur dan mitra tutur saling memahami.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam berbahasa. Terdapat empat keterampilan berbahasa yaitu membaca,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sekali bagi kita semua untuk mempelajarinya. Setiap orang sering berbahasa, baik

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk berkomunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. membaca yang baik akan menunjang keberhasilan hal-hal yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Zaman milenium identik dengan zaman teknologi dan informasi. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memimpin, mengajar anak baik dari segi jasmani maupun rohaninya.

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumberdaya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang bersifat konvensional dan arbitreir.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Susilowati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan tidak pernah lepas dari kegiatan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia meliputi empat keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi ini disebut dengan bahasa. Bahasa memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh. pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Penggunaan bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. memahami dengan benar apa yang mereka baca. Salah satu kegiatan membaca adalah membaca pemahaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi cerdas, bertanggung jawab dan produktif. Berbagai upaya. perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dasar, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Di zaman yang modern ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki daya saing pada. merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Winaya (2013: 3) yang mencakup keterampilan berbicara dan menulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kegiatan membaca merupakan satu-satunya cara untuk menyerap dan menafsirkan informasi tertulis. Itulah sebabnya setiap orang dituntut memiliki keterampilan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan memiliki keterampilan membaca, seseorang dapat memaparkan kembali peristiwa masa lalu untuk diambil manfaatnya dalam usaha memperbaiki kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Hal tersebut berarti bahwa keterampilan membaca harus dikembangkan dan dikuasai sehingga akan menjadi modal utama dalam kehidupan. Dengan modal tersebut seseorang dapat membuka pintu gerbang ilmu pengetahuan. Membaca juga merupakan sebuah keterampilan yang sangat diperlukan bagi manusia pada saat ini. Hal itu menandai bahwa membaca memiliki peranan yang penting dalam aktivitas hidup manusia. Melalui membaca, ruang dan waktu dalam berkomunikasi dapat lebih efisien, sehingga satu generasi dapat mengembangkan dan mengabadikan ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh generasi sebelumnya. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, serta memahami isi bacaan (Tarigan, 2005:9). Maka benarlah bahwa membaca itu merupakan suatu keterampilan untuk membuka jendela dunia. Di zaman sekarang ini, informasi tersaji dengan cepat juga dapat diakses dengan cepat, dan agar tidak tertinggal maka harus menyantapnya juga dengan cepat. Namun pada kenyataannya, meskipun data statistik menyatakan sebanyak 1

2 84% penduduk Indonesia sudah melek huruf, ternyata masih belum mampu menciptakan budaya membaca, bahkan dalam dunia pendidikan. Tentu hal tersebut harus menjadi sebuah keprihatinan. Sebab, Joseph Brodsky yang memenangkan Nobel Sastra pada tahun 1987 pernah mengatakan bahwa hal yang lebih buruk dari membakar buku adalah tidak membaca buku. Pada tahun 1992, IEA (International Association for Evaluation Educational Achievement) mengungkapkan bahwa kebiasaan membaca siswa Indonesia berada pada peringkat ke- 26 dari 27 negara yang diteliti (Sarwono, 2009:1). Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa pembelajaran membaca di sekolah belum maksimal. Padahal, rendahnya kemahiran membaca akan sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu mahir menyimak (listening skills), mahir berbicara (speaking skills), dan mahir menulis (writing skills) (Tarigan, 2008: 3). Pada umumnya belajar membaca sudah dimulai sejak usia 5-6 tahun, ketika duduk di Sekolah Dasar. Kemampuan membaca tersebut terus berkembang di sekolah lanjutan (SMP dan SMA), dan perkuliahan. Setelah itu, tidak pernah lagi diajari cara yang efektif dalam membaca. Ternyata kebanyakan orang kecepatan bacanya tidak berubah sejak ia mulai lancar membaca. Hal ini disebabkan mereka sudah nyaman dengan cara baca selama ini, padahal mungkin banyak kebiasaan buruk yang menghambat kecepatan maupun pemahaman atas bacaan. Dengan begitu mereka memiliki kemampuan membaca cepat yang rendah. Sehingga...mereka merasa tidak memperoleh banyak manfaat dari membaca.

3 (Aida, 2010:3). Itulah mengapa banyak orang yang sudah bisa membaca, tetapi tidak suka atau tidak gemar membaca. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa para peserta didik masih kurang cakap membaca, baik faktor internal maupun faktor eksternal Faktor internal meliputi segala penghambat yang berasal dari siswa atau pembaca itu sendiri, seperti motivasi, daya tangkap siswa, tingkat konsentrasi, dan perhatiannya terhadap bacaan. Faktor eksternal meliputi segala sesuatu di luar siswa yang menjadi kendala bagi perkembangan minat dan kebiasaannya dalam membaca, seperti tempat, waktu, sarana untuk membaca, dan lain-lain. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya masih banyak guru, dalam hal ini tentu guru Bahasa Indonesia yang kurang memahami dan menguasai media, metode, maupun teknik pengajaran membaca. Begitu juga kemampuan mereka dalam memilih bahan bacaan yang seharusnya dalam pengajaran membaca mereka dituntut mampu memilih bahan bacaan sesuai tujuan dan tingkat perkembangan siswa, kompetensi siswa, minat dan tingkat kecakapan baca. Hal ini berbanding lurus dengan pernyataan Syawal Gultom (kompas.com 7 Maret 2012) bahwa Memang ada banyak hal yang masih harus dibenahi dalam persoalan guru. Maka Penggunaan pendekatan, metode, teknik, dan media pembelajaran membaca yang tidak tepat diasumsikan sebagai salah satu faktor penentu kurang maksimalnya pencapaiaan tujuan membaca di sekolah. Selain itu, alokasi waktu yang disediakan untuk pembelajaran masih sangat minim sehingga kurang memaksimalkan pelatihan untuk pengembangan teknik membaca cepat.

4 Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SMP kelas VIII, dengan standar kompetensi membaca memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai, membaca cepat, dan kompetensi dasar menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 kata per menit. Berdasarkan tuntutan KTSP tersebut keterampilan membaca cepat dapat dijadikan tolak ukur kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca. Dengan demikian, peneliti akan melakukan penelitian terhadap kemampuan membaca cepat siswa SMP kelas VIII. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi awal terlebih dahulu. Observasi awal ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran membaca cepat. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi di sekolah yang akan menjadi lokasi penelitian didapatkan keterangan bahwa belum ada media yang kreatif, efektif, dan menyenangkan yang mereka pakai untuk melatih dan mengajarkan teknik membaca dalam pembelajaran membaca, khususnya membaca cepat. Sebenarnya alasan mengapa tujuan pembelajaran tidak terealisasi dengan baik, khususnya dalam membaca cepat, disebabkan oleh proses pembelajaran yang dialami oleh siswa terlalu monoton dan berpusat pada guru seperti metode ceramah. Kemudian tidak adanya media yang kreatif, efektif, dan menyenangkan yang disediakan oleh guru. Tentu hal tersebut kurang menarik dalam proses pembelajaran, sehingga membuat siswa bosan dan berakibat siswa memiliki kemampuan memca cepat belum maksimal dan secara tidak langsung membuat pemahaman terhadap bacaan pun rendah. Seharusnya siswa diberi kesempatan

5 menciptakan pengalaman-pengalamannya sendiri dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam situasi ini, guru diharapkan dapat menggunakan metode dan media yang kreatif, dan menyenangkan dalam pembelajaran. Untuk itu, diperlukan upaya untuk memperbaiki proses pem-belajaran membaca cepat tersebut. Kualitas pembelajaran kemampuan membaca cepat dapat ditingkatkan dengan menggunkan media pem-belajaran yang tepat. Untuk mendapatkan kemampuan membaca cepat yang memadai, siswa perlu mendapat pelatihan dengan teknik yang benar dan dilakukan secara intensif melalui media pembelajaran yang efektif. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa kemampuan membaca cepat tidak dapat dicapai dengan mudah. Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pem-belajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru atau fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Ibrahim dalam Arsyad betapa pentingnya media pembelajaran karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa sengang dan gembira bagi murid-murid dan memeperbarui semangat mereka

6 membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran (2007:16). Pemilihan media pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar siswa, hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:3) tentang pemanfaatan media pengajaran dalam proses belajar siswa, sebagai berikut: Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk setiap jam pelajaran. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan multimedia berbasis komputer sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat. Meskipun defenisi multimedia masih belum jelas, secara sedaerhana ia diartikan sebagai lebih dari satu media. Ia bisa berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan video (Arsyad, 2007:170). Pemilihan ini berdasarkan keunggulan yang dimiliki komputer. Komputer memiliki perangkat lunak (software) yang bisa mengolah teks, gambar, motion (gerakan), dan lain lain sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan media tersebut berlangsung menarik dan tidak membosankan. Selain itu, media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan

7 realistis juga membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar. Multimedia berbasis komputer ini sangat menjanjikan untuk penggunaannya dalam bidang pendidikan (Arsyad, 2007:172). Karena itu, dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca siswa, khususnya membaca cepat, perlu dilakukan penelitian untuk mengujicobakan multimedia berbasis komputer yang dianggap mampu meningkatkan keterampilan membaca siswa dalam rangka memperbaiki mutu dan proses pembelajaran. Dalam hal ini, multimedia berbasis komputer juga dapat berperan sebagai pengganti guru dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tetarik untuk menjadikan permasalahan tersebut sebagai topik yang akan diteliti. Adapun judul yang dipilih sesuai dengan masalah tersebut yaitu Pengaruh Multimedia Berbasis Komputer terhadap Kemampuan Membaca Cepat pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Babalan T.P 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Dari kajian latar belakang di atas, ada sejumlah masalah yang muncul. Masalah-masalah tersebut diindentifikasi sebagai berikut ini: 1. Siswa memiliki minat baca yang rendah sehingga malas terhadap kegiatan yang berkaitan dengan membaca. 2. Aktivitas membaca bagi sebagian siswa di Indonesia belum membudaya. 3. Kurangnya motivasi dalam membaca mengakibatkan KEM siswa rendah.

8 4. Belum ditemukannya media yang menarik untuk pembelajaran membaca cepat. 5. Guru kurang memiliki pengetahuan tentang teknik dan metode yang bisa meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa. 6. Alokasi waktu untuk melatih keterampilan membaca cepat sangat minim sehingga pelatihan pun berlangsung pendek. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, agar penelitian ini lebih terfokus dan mendalam, kajiannya perlu ada pembatasan masalah penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan penggunaan multimedia berbasis komputer dan pengaruhnya di dalam pembelajaran membaca cepat, khususnya untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang dan batasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Babalan sebelum menggunakan multimedia berbasis komputer dalam proses pembelajaran? 2. Bagaimana kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Babalan setelah menggunakan multimedia berbasis komputer dalam proses pembelajaran?

9 3. Apakah penggunaan multimedia berbasis komputer dalam pembelajaran membaca cepat berpengaruh terhadap kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Babalan? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Babalan sebelum menggunakan multimedia berbasis komputer dalam proses pembelajaran? 2. Mendeskripsikan kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Babalan setelah menggunakan multimedia berbasis komputer dalam proses pembelajaran. 3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Babalan membaca cepat dengan menggunakan multimedia berbasis komputer dalam proses pembelajaran. F. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi peningkatan kualitas pembelajaran membaca, khususnya membaca dan juga untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca siswa dengan menggunakan multimedia berbasis komputer dalam proses pembelajaran.

10 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Penelitian ini dapat memberikan pengalaman proses pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan multimedia berbasis komputer. Selain itu, siswa lebih menikmati pembelajaran membaca dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran tersebut sehingga kualitas hasil proses dan hasil belajarnya meningkat. b. Bagi Guru Guru memperoleh pengalaman profesional dalam menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. c. Bagi Penulis Penelitian ini akan menjadi bentuk pengabdian dan penerapan dari ilmu yang didapat, memberikan pengalaman kepada peneliti, serta dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat terutama dalam bidang pendidikan.