BAB II KAJIAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode Penelitian dan Desain Penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka pendekatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan selanjutnya (PKBTK, 2004:4). Didalam Undang-Undang. dijelaskan bahwa pendidikan pra sekolah (Taman Kanak-Kanak) adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LISTYA ANGGRAENI, 2013

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. verbal dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB II KERANGKA TEORITIK. masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi.status ekonomi biasanya

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang dimiliki individu di mana perilaku itu akan muncul pada waktu individu itu berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Dapat pula dikatakan bahwa perilaku sosial adalah hubungan antara manusia lain yang saling membutuhkan. Sejak dilahirkan seorang individu mulai mengadakan kontak dengan orang lain atau sesuatu yang ada diluar dirinya. Dunia luar individu tersebut disebut lingkungan. Lingkungan yang dimasuki individu sangat beraneka ragam. Keragaman lingkungan (sosial) yang dibawa atau dimasuki inividu (anak) akan mempunyai dampak yang berbeda-beda terhadap setiap orang, tergantung pada fundamen yang ada pada orang tersebut, yang sudah dibawanya sejak kecil dari berbagai agen sosial. Hurlock ( dalam Suherman, 2008: 119 ) mengemukakan ada dua perkembangan perilaku anak yaitu pola sosial dan tidak sosial. Pola sosial seperti meniru, persaingan, kerjasama, simpati, dukungan sosial, membagi dan perilaku akrab. Sedangkan pola tidak sosial adalah negativisme, agresif, perilaku berkuasa, memikirkan diri sendiri, merusak, pertentangan dan prasangka. Erick Fromen (dalam Suherman, 2008: 279 ) menjelaskan bahwa setiap orang memiliki dorongan sosial. Dorongan sosial itu sudah ada pada setiap anak sejak dia dilahirkan. Dorongan tersebut dikatakan sebagai need for reldness.

8 Pernyataan diatas menyimpulkan bahwa untuk mewujudkan kebutuhan tersebut perlu dikembangkan dan dilatih orang dewasa (lingkungan / pendidikan) yang berfungsi sebagai social arrangement. Interpensi social arrangement itu bertujuan agar anak memiliki sikap social atau perilaku social yang baik. Jika seorang anak sering diperlakukan tidak wajar oleh orang lain ( orang tua, guru, teman), maka pola perlakuan itu lama kelamaan akan membentuk perilaku yang relatif menetap pada orang tersebut. Orang tua yang selalu melarng anaknya untuk melakukan sesuatu, maka anak tersebut akan cenderung apatis, diam, menarik diri, atau tidak kreaif. Selanjutnya Hurlock (dalam Suherman, 2008: 269) mengartikan penerimaan atau perlakuan dari orang lain secara wajar akan menimbulkan perilaku sosial yang wajar-wajar saja. Demikian pula sebaliknya, perlakuan atau penerimaan yang tidak wajar, akan menimbulkan perilaku yang tidak wajar pula, sesorang bisa menjadi tidak produktif, tidak bahagia, frustasi, bila diperlukan tidak wajar. Furqon (2005: 40) menjelaskan perilaku sosial merupakan pola perilaku yang relative menetap, yang diperlihatkan individu dalam interaksinya dengan orang lain. Perilaku sosial individu mungkin merupakan aksi bagi timbulnya perilaku sosial pada orang lain, atau muncul sebagai reaksi terhadap perilaku sosial yang lain. Dengan demikian, perilaku sosial individu pada situasi tertentu memungkinkan berbeda dengan situasi lainnya.

9 Perilaku sosial adalah perilaku yang timbul akibat hubungan antara manusia dengan manusia yang saling membutuhkan. Dan dari hubungan tersebut akan menimbulkan perasaan senang, perasaan yang mengikat antara satu dengan yang lainnya. Anak yang mampu atau yang berhasil mengembangkan perilaku sosialnya akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Belajar perilaku social akan membantu menyesuaikan sosial anak pada lingkungan dimana anak itu tinggal. Disinilah peranan orang tua sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama dalam membentuk perilaku social. 2.1.2 Dimensi-Dimensi Perilaku Sosial Perilaku individu khususnya perilaku sosial yang diarahkan kepada orang lain berwujud dalam bentuk reaksi interpersonal. Suherman ( 2008: 291 ) mengemukakan empat dimensi, yaitu: a) kepemimpinan; b) tanggung jawab; c) stabilitas emosi; dan d) sosiabilitas. Selanjutnya Furqon ( 2005: 41 ) menguraikan perilaku sosial dapat dilihat dari banyak dimensi sebagaimana banyaknya indicator sifat-sifat interaksi diantara personal yang terlibat. Perilaku anak tercermin didalam sikap dan perasaan yang dapat membawanya kepada tindakan interpersonal yang lebih lanjut. Karena itu, peristiwa interpersonal dapat dipelajari dari macam-macam tindakan yang dilakukan seseorang, yaitu penerimaan (acceptance), penolakan (reception), agresi, kasih sayang, dan penghindaran (avvidance). Peristiwa interpersonal dapat dipelajari dengan cara melihat proses komunikasi, kerja sama dan persingan ( competition). Suatu perilaku kelompok dapat ditandai dengan

10 empat variable, yaitu: intensitas interaksi, tingkat pershabatan, jumlah kegiatan yang dilakukan, dan jumlah kegiatan yang ditentukssn lingkungan kepada kelompok. Lorre ( dalam Makmun, 2005: 105) menjelaskan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu (terutama anak) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan ( kelompoknya ), belajar bergaul dan bertingkah laku seperti orang lain, bertingkah laku didalam lingkungan sosio-kulturalnya. (Dalam Click, Smart. 2011. Perkembangan Hubungan Sosial Remaja. (Http//prince-mienu. Blogspot. Com./ perkembangan-hubungan. Html) diakses 25 November 2012). Hubungan khusus pada suatu kelompok namun telah mengalami perubahan lokasi, seperti masyarakat suku akan tetapi telah mengalami perpindahan ke tempat lain. Dimensi ini Menekankan sesuatu yang abstrak (strangeness) sebagai suatu unsur interaksi sosial, bahwa semua hubungan sosial berpaut beberapa tingkat. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dimensi perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu:bekerjasama, bergaul, mengemukakan pendapat, ide, dan beradptasi. 2.1.3 Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Sosial Ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang ( dalam http://sekaragengpratiwi.wordpress.com/2012/02/02/perilaku-sosial, diakses 30 september 2012 ), yaitu:

11 a) Perilaku dan karakteristik orang lain Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan. b) Proses kognitif Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar.

12 c) Faktor lingkungan Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata. d) Tata Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda. Dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani yang terpenting adalah untuk saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh setiap anak. 2.1.4 Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh caracara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek social. Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok,

13 kecenderungan perilaku social seseorang yang menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas diantara anggota kelompok lainnya. Perilaku social dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu: 1. Kecenderungan Perilaku Peran a) Sifat pemberani dan pengecut secara sosial Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia suka mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang suka mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untuk mengedepankan kepentingannya. b) Sifat berkuasa dan sifat patuh Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka memberi perintah dan memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya, misalnya kurang tegas dalam bertindak, tidak suka memberi perintah dan tidak berorientasi kepada kekuatan dan kekerasan. c) Sifat inisiatif secara sosial dan pasif Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka memberi

14 masukan atau saran-saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran atau masukan. d) Sifat mandiri dan tergantung Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan cara-cara sendiri, tidak suak berusaha mencari nasihat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosiaonal cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku sosial sebaliknya dari sifat orang mandiri, misalnya membuat rencana dan melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat saran dan dukungan orang lain, dan keadaan emosionalnya relatif labil. 2. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial a. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suak mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.

15 b. Suka bergaul dan tidak suka bergaul Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan yang social baik, senang bersama dengan yang lain dan senang berpergian, sedangkan orang yang tidak suka bergaul menunjukan sifat dan perilaku sebaliknya. c. Sifat ramah dan tidak ramah Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang, dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya. d. Simpatik atau tidak simpatik Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkna sifat-sifat yang sebaliknya. 3. Kecenderungan perilaku ekspresif a. Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerja sama) Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya. b. Sifat agresif dan tidak agresif Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh

16 pada penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya. c. Sifat kalem atau tenang secara sosial Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditonton orang. d. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain. 2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan teman sebaya. a) Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang akan memberikan peran sangat penting dalam mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Dalam keluarga akan muncul suatu perilaku sosial yang berkembang dengan nilai-nilai, norma-norma dan perilaku kerjasama antara yang satu dengan anak lainnya, yaitu kemampuan mengadakan toleransi, menghargai orang lain. Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi perkembangan sosial anak, semakin bagus tata cara keluarga, maka perkembangan sosial anak juga semakin bagus. Perkembangan sosial juga sangat mempengaruhi

17 kepribadian anak, anak yang mempunyai daya intelegensi yang tinggi, perkembangan sosial yang baik pada umumnya memiliki kepribadian anak. Baradja (2005: 68) mengemukakn keluarga sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan anak. Pemberian kasih sayang dan pola asuh yang baik dan sesuai dengan perkembangan anak merupakan faktor yang kondusif dalam mempersiapkan anak menjadi pribadi sehat. Bentuk sosialisasi anak dalam keluarga akan menciptakan anak-anak yang mampu bertanggung jawab atas tindakan dan perbuatannya, matang dalam menghadapi kehidupan yang heterogen-etnis, ras, budaya, dan agama. Penanaman kehidupan social sejak bayi hingga anak telah berada bersama dengan yang lain. b) Lingkungan Sekolah Salah satu proses perkembangan yang mempunyai peranan penting adalah sekolah, karena sekolah merupakan suatu proses pendidikan formal yang akan dijalani anak dalam rentang kehidupannya. Di sekolah anak akan mendapatkan bimbingan, pengajaran dan latihan yang membantu dalam mengembangkan potensi dasar yang dimilikinya. Havighurst ( dalam Baradja, 2005: 75) menjelaskan bahwa sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab dalam membentuk anak mencapai kematangan tugas perkembangn. Oleh karena itu sekolah seharusnya berupaya menciptakan iklim yang kondusif, kondisi yang dapat memfasilitasi anak untuk mencapai kematangan tugas perkembangannya.

18 Djamarah (2004: 4) menyatakan kegiatan pembelajaran tidak lain menanamkan sejumlah norma kedalam jiwa anak didik. Semua norma yang diyakini mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pembelajaran. c) Lingkungan Teman Sebaya Teman sebaya yaitu teman yang akan menjadi tempat untuk menyatukan perasaan, pemikiran motif dan tingkah laku dirinya dan orang lain yang seusianya. Memungkinkan akan terjalin hubungan sosial, sehingga antara satu dengan yang lainnya akan terjadi saling mempengaruhi. dorongan untuk menjadikan satu atau sama, sesuai dan seragam akan tercipta dengan komunikasi, yaitu memberikan saling timbal balik. Anak akan memberikan sesuatu kepada teman sebayanya, jika pada teman sebyanya itu ada sesuatu yang akan didapati. Atau jika anak akan masuk dalam suatu kelompok agar diterima pada kelompok tersebut maka ia akan dapat mengadakan kompromi. Baradja ( 2005: 77) mengemukakan bahwa terjalinnya hubungan sosial yang lebih baik pada teman sebaya, maka anak yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi hingga pada tahapan tertentu anak akan mengadakan imitasi pada teman sebayanya, seperti perbuatan, tingkah laku, dan sebagainya.