BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN 66. Aksara, 2001, h.1. 1 Mansur, Ekonomi Islam, Salatiga :STAIN Salatiga Press, 2009, h.

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada Hukum Ekonomi Syariah yang ada di Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era modern ini perbankan syariah telah menjadi fenomena global,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengacu pada Penjelasan Pasal 49 huruf i Undang-undang Nomor 3

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Islam baik bank maupun non bank. Salah satu lembaga keuangan Islam non bank

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. BMT-BMT di seluruh Indonesia. BMT-BMT ini ternyata memberikan manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas. kekeluargaan (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179).

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. bersentuhan dengan keberadaan lembaga keuangan. Pengertian lembaga. lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, telah membawa dampak positif terhadap kehidupan bangsa dan negara

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan prinsip-prinsip dalam agama Islam. Masyarakat sudah mulai. kepastian dan sistem yang jelas pada sistem syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan agama yang lengkap dalam memberikan. tuntunan dan panduan bagi kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara signifikan pada akhir-akhir ini, baik itu lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan. pertumbuhan masyarakat modern.baik kegiatan usaha yang berskala besar

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insane, Jakarta, 2001, hlm. Vii

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan nonbank yang berbentuk koperasi berbasis syariah. BMT

ANALISIS KINERJA KEUANGAN KSPS-BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DINAR BAROKAH JUMAPOLO KARANGANYAR TAHUN

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang. bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dana dan penyaluran

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.bahkan sistem-sistem yang ada di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena penerapan prinsip syariah dalam lembaga keuangan semakin berkembang pesat, tidak hanya di perbankan tetapi juga Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Di sektor lembaga keuangan bank dikenal dengan perbankan syariah, sedangkan pada lembaga keuangan bukan bank dengan mengacu pada Penjelasan Pasal 49 huruf i UU Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, terdiri dari lembaga keuangan mikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, reksadana syariah, obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah, sekuritas syariah, pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lembaga keuangan syariah, dan bisnis syariah. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dalam skala mikro sebagaimana Koperasi Simpan Pinjam (KSP). BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang berlandaskan syariah. BMT dalam operasional usahanya pada dasarnya sama dengan perbankan, yaitu melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan, serta memberikan jasa-jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pendirian BMT pertama kalinya dimotori oleh BMT Bina Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta. Keberadaan BMT diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam pengembangan sektor ekonomi riil, terlebih bagi kegiatan usaha yang belum memenuhi segala persyaratan untuk mendapatkan pembiayaan dari lembaga perbankan syariah. 1 Hal ini secara ekonomi diartikan bahwa Islam sangat mendorong kegiatan ekonomi dalam bentuk simpanan, untuk kemudian dihimpun dan 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6. 1

2 dipergunakan dalam pembiayaan investasi. Baik berupa perdagangan (trade), produk (manufaktur) maupun jasa (service). Sehingga keberadaan lembaga keuangan mutlak adanya, khususnya perbankan yang menempati posisi strategis dalam menjembatani kebutuhan tersebut. Dengan keberadaan BMT diharapkan bisa melepaskan masyarakat dari ketergantungan rentenir. Maraknya rentenir di tengah-tengah masyarakat mengakibatkan masyarakat semakin terjerumus pada masalah ekonomi yang tidak menentu. Masyarakat yang masih tergantung pada rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat dan birokrasi yang sederhana. Koperasi yang menganut ekonomi Islam, setiap transaksi dinilai sah apabila transaksi tersebut telah terpenuhi syarat rukunnya, apabila tidak terpenuhinya maka transaksi tersebut batal. Kedudukan akad sangat penting dalam penerapan prinsip-prinsip syariah, begitu pula dalam koperasi syariah karena itu adalah fondasi dalam penerapan ekonomi Islam. Namun apakah koperasi syariah konsisten dalam implementasi prinsip-prinsip syariah tersebut? Prinsip-prinsip syariah yang menjadi dasar rujukan dalam operasional koperasi belum sepenuhnya dipahami dengan baik oleh sebagian besar pengelola koperasi tersebut, padahal praktisi berada langsung pada garda terdepan dalam mengimplementasikan prinsip syariah agar terlaksana dengan baik, agar tidak melahirkan banyak penyimpangan dalam praktek pengelolaan lembaga keuangan syariah yang sering mengundang kritik. 2 Prinsip syariah yang menempatkan uang sebagai alat tukar telah banyak dipahami secara tidak benar, yang menempatkan uang sebagai komoditas perdagangan yang siap dijual belikan, dengan indikasi 2 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII Pres, 2002, h. 49.

3 penentuan keuntungan secara pasti tanpa melihat akad yang diterapkan. 3 Adanya ketentuan aturan hukum dibidang perekonomian Islam untuk melindungi ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan usaha Lembaga Keuangan Syariah, seperti halnya aturan hukum yang berlaku pada BPRS dan Koperasi Syariah, adalah salah satu faktor dominan penyebab timbulnya banyak penyimpangan manajemen dalam usaha koperasi, termasuk dalam kaitannya dengan penerapan prinsip-prinsip syariah. Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi secara negatif perkembangan lembaga keuangan syariah dimasa yang akan datang. Permasalahan di atas merupakan indikasi penyimpangan mendasar pada implementasi mendasar dalam implementasi kesyariahan. Menurut para ulama kontemporer keuangan Islam, ijarah memiliki potensi yang besar sebagai alternative pengganti bunga terkait system keuangan yang syar i (ayub,2007: 279). Tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh system ekonomi konvensional sudah sedemikian mengakar ke seluruh dunia, sehingga dengan berkembangnya ekonomi Islam pada umumnya, dan keuangan Islam pada khususnya banyak diperlukan instrument yang harus syar i disatu sisi, sekaligus berperan untuk memenuhi perkembangan kebutuhan bertransaksi masyarakat pada umumnya, dan bukan sekedar sebagai pengganti atau setidaknya sebagai alternative produk-produk keuangan konvensional yang berbasis bunga (riba). Salah satu modal keuangan Islam dimaksud adalah produk yang berbasis ijarah. Ijarah memiliki potensi yang besar sebagai alternatif pengganti bunga terkait sistem keuangan yang syar i. Terkait aktivitas LKI/LKS, setidaknya dengan kemungkinan berkembangnya transaksi ijarah beserta berbagai turunannya, akan memberikan peluang bagi LKI/LKS untuk mengembangkan pembiayaannya yang lebih bervaritif dan tidak hanya terkonsentrasi pada Murabahah. Pemilihan modal pembiayaan Murabahah antara lain karena alasan bahwa Murabahah memiliki karakter 3 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012, h. 28.

4 memberikan pendapatan yang pasti, (fixed income) dengan pertimbangan yang sama, maka transaksi yang berbasis Ijarah pun bisa memberikan pendapatan yang pasti, bahkan bisa dengan tarif progresif yang tidak dimiliki oleh Murabahah. Pasarnya pun cukup luas misal dari ojek (sewa sepeda motor), UMKM hingga perusahaan korporasi. Pengertian Ijarah menurut ayub (2007:279), Ijarah secara harfiyah berasal dari kata al-ajr yang berarti kompensasi, pengganti, imbangan, hasil atau imbal nilai (al-iwad). Selaku kontrak (perjanjian), Ijarah berarti mengupah atau menyewakan suatu asset atau komoditas untuk diambil manfaatnya. Ijarah juga berarti mengupah pekerja dan setiap kontrak kerja untuk memperoleh hasil (upah). Berdasarkan uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa esensi objek Ijarah adalah manfaat, bisa berasal dari barang dan bisa pula berasal dari orang. Guna membedakan antara keduanya, maka Ijarah dalam konteks manfaat barang, transaksinya disebut sewa-menyewa. Sementara Ijarah dalam hubungannya dengan manfaat orang, maka transaksinya dinamakan hubungan kerja 4. Sehingga dari paparan diatas penulis tertarik melakukan penelitian di KJKS BMT AULIA tentang ANALISIS PEMBIAYAAN IJARAH TANPA AGUNAN (Studi Kasus di KJKS BMT AULIA Magelang) B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan dan untuk menghasilkan pembahasan yang objektif dan terarah dapat dirumuskan permasalahan yaitu: 1. Bagaimana prosedur pengajuan pembiayaan Ijarah tanpa agunan di KJKS BMT AULIA Magelang? 4 Sugeng, Widodo. Moda Pembiayaan Keuangan Islam, Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2014, h. 511-513.

5 2. Bagaimanakah proses analisis kelayakan pembiayaan Ijarah tanpa agunan di KJKS BMT AULIA Magelang? 3. Bagaimanakah tindak lanjut dari pihak KJKS BMT AULIA Magelang setelah memberikan pembiayaan kepada nasabahnya? C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pemahaman secara jelas mengenai prosedur pengajuan pembiayaan ijarah tanpa agunan pada KJKS BMT AULIA; b. Untuk mengetahui proses analisis kelayakan pembiayaan ijarah tanpa agunan di KJKS BMT AULIA; c. Untuk mengetahui tindak lanjut dari pihak KJKS BMT AULIA setelah memberikan pembiayaan ijarah kepada nasabahnya. 2. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan maka penulis sangat berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti : a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan merupakan suatu latihan teknis untuk membandingkan antara teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dengan praktik yang sebenarnya, sehingga meberikan gambaran yang lebih nyata yang dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memberikan tambahan wawasan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya mengenai masalah pembiayaan Ijarah tanpa agunan. b. Bagi koperasi yang berbasis syariah (KJKS), hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan tambahan pemikiran atau sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta dapat membantu perkembangan pembiayaan ijarah tanpa agunan yang telah di jalankan. c. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literature atau karya ilmiah yang berguna,

6 khususnya bagi yang ingin lebih mengetahui tentang perlakuan pembiayaan terhadap Ijarah tanpa agunan sehingga hasil penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutkan, khususnya mengenai produk pembiayaan tanpa agunan. D. Tinjauan Pustaka Terkait dengan Tugas Akhir yang akan diteliti penulis. Ada beberapa telaah pustaka dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan terkait dengan tema penelitian ini, antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Syamsul Ma arief pada tahun 2008 dengan judul Penerapan Akad Ijarah untuk Biaya Pendidikan di KJKS BMT Walisongo Semarang yang menyimpulkan bahwa proses analisis kelayakan pembiayaan yang dilakukan account officer baik di BMT Tanjung Sejahtera maupun BMT Al-Kautsar bersifat analisis kualitatif dan sudah memenuhi standar dalam kehati-hatian pemberian pembiayaan dengan memperhatikan aspek 5 C. Kedua BMT melakukan kegiatan pengawasan dan pembinaan terhadap kondisi usaha yang dibiayai untuk menjaga kolektibilitas dan terus mengembangkan usaha tersebut. Masing-masing BMT menghadapi kendala berbeda dalam proses analisis kelayakan pembiayaan. BMT Tanjung Sejahtera menghadapi kendala baik eksternal maupun internal dan sampai saat ini pihak BMT berusaha untuk menangani kendala tersebut. BMT Al-Kautsar memiliki kendala internal yang cukup sulit yaitu masalah SDM, lokasi dan sarana prasarana. 5 Penelitian Indah Deliyani pada tahun 2008 dengan judul Analisa terhadap Aplikasi Pembiayaan Ijarah Multijasa pada BMT AL- MUNAWWAR yang menyimpulkan bahwa pembiayaan multijasa adalah pembiayaan dalam memenuhi kebutuhan akan manfaat atas suatu jasa. Dalam prakteknya, produk Pembiayaan Ijarah Multijasa menggunakan 5 Tugas Akhir Ahmad Syamsul Ma,arief, Penerapan Akad Ijarah untuk Biaya Pendidikan di KJKS BMT Walisongo Semarang, 2008.

nominal. 6 Dari hasil penelitian terdahulu dapat diambil kesimpulan bahwa 7 dua akad yaitu akad ijarah dan wakalah, artinya BMT Al-Munawwar memberikan jasa dalam memenuhi kebutuhan para Mitra dan memberikan kuasa kepada Mitra (nasabah) untuk membayar kepada pihak ketiga. Sehingga BMT dan pihak ketiga tidak terjadi transaksi apapun. Dalam proses membayar, Mitra dapat menyicil dengan cara harian, mingguan, atau bulanan yang sesuai dengan kemampuan Mitra. Dari produk ini BMT Al-Munawwar berhak mendapatkan imbalan dari Mitra (nasabah) atas jasa yang diberikan dengan kesepakatan diawal dan dinyatakan dalam bentuk cara memberikan pembiayaan ijarah yang dilakukan para peneliti terdahulu dengan menggunakan cara prosedur secara umum yang dilakukan oleh lembaga keuangan. Yang membedakan adalah pada penyelesaian akhir di masing-masing lembaga keuangan yang mereka teliti yaitu prosedur kelayakan pembiayaan. Akan tetapi, analisis yang dilakukan penulis untuk menyelesaikan pembiayaan menggunakan prosedur umum tentang pemberian pembiayaan ijarah tanpa agunan. E. Metodologi Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan pembahasan ini, metodologi yang digunakan dalam melakukan penulisan Tugas Akhir ini antara lain: 1. Studi Kepustakaan (Library Research) Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk memperoleh dan meningkatkan pengetahuan teoritis penulis yang akan digunakan dalam pembahasan tugas akhir. Dalam melakukan studi kepustakaan ini, bahan-bahan diperoleh dengan mengaji literature untuk memperoleh konsep dan teori yang berkaitan dengan pembiayaan ijarah tanpa agunan, serta melakukan review terhadap laporan pada KJKS BMT AULIA. 6 Skripsi Indah Deliyani, Aplikasi Pembiayaan Ijarah Multijasa di KJKS BMT Al-Munawwar, 2008

8 2. Wawancara Tujuan wawancara ini adalah untuk memproses gambaran tentang pembiayaan ijarah tanpa agunan di KJKS BMT AULIA dalam bentuk Tanya jawab dengan pihak yang berkompetan terhadap tema tugas akhir ini. 3. Observasi Penulis memperhatikan marketing dalam melakukan kegiatan untuk kelayakan pembiayaan. Penulis memperhatikan persiapan, kegiatan survey dan penyusunan laporan survey. Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi partisipasi sebab penulis ikut dalam kegiatan yang dilakukan oleh marketing. 4. Dokumentasi Yaitu dari kata asal dokumen, yang berarti barang-barang yang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, data-data, dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian dan sebagainya yang mendukung penelitian ini. 7 F. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Bab yang menguraikan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini membahas mengenai teori-teori dasar sebagai acuan dalam memberikan analisa terhadap permasalahan mengenai pembiayaan ijarah tanpa agunan. BAB II I : Gambaran umum KJKS BMT AULIA 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: PT. Rineka Cipta,2006, h. 156.

9 BAB IV BAB V Bab ini membahas mengenai gambaran umum dan perkembangan salah satu produk pembiayaan syariah yaitu produk pembiayaan ijarah tanpa agunan. : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini membahas tentang analisis dan penjelasan mengenai pembiayaan ijarah tanpa agungan hasil dari penelitian pada KJKS BMT AULIA. : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian ini serta saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya maupun pihak-pihak yang terkait dan yang terakhir penutup.