GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisatawan khususnya di lokasi daya tarik wisata perlu adanya Standarisasi Pengelolaan Daya Tarik Wisata; b. bahwa telah diadakan Lokakarya Pengembangan Jenis dan Paket Wisata Unggulan untuk penyusunan Standarisasi Pengelolaan Daya Tarik Wisata; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Standarisasi Pengelolaan Daya Tarik Wisata; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 5. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 3 Tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya (Lembaran Daerah Propinsi Bali Tahun 1991 Nomor 241 Seri C Nomor 2); 6. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 15); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Gubernur adalah Gubernur Bali. 2. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota se-bali. 3. Dinas Pariwisata yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 4. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. 5. Daya Tarik Wisata yang selanjutnya disebut DTW adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 6. Tri Hita Karana adalah tiga keseimbangan hubungan yaitu manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungan. 7. Tri Mandala adalah pola pembagian wilayah, kawasan, dan/atau pekarangan yang dibagi menjadi tiga tingkatan terdiri atas Utama Mandala (Jeroan), Madya Mandala (Jaba Tengah) dan Nista Mandala (Jaba Sisi).
DTW terdiri dari: a. DTW Alam; b. DTW Budaya; dan c. DTW Buatan Manusia. BAB II JENIS DAYA TARIK WISATA Pasal 2 BAB III STANDARISASI DAYA TARIK WISATA ALAM, BUDAYA DAN BUATAN MANUSIA Pasal 3 Standarisasi Pengelolaan DTW merupakan acuan dalam pembangunan dan pengembangan DTW Kabupaten/Kota. Pasal 4 DTW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi standarisasi pengelolaan dengan konsep: a. Tri Hita Karana; b. Tri Mandala; dan c. Kepariwisataan Budaya Bali. BAB IV PERSYARATAN DAYA TARIK WISATA ALAM, BUDAYA DAN BUATAN MANUSIA Pasal 5 (1) Pengelolaan DTW Alam dan Budaya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki pengelola obyek wisata dengan manajemen yang tertata dan disarankan berbadan hukum; b. memprioritaskan sumber daya manusia yang dipekerjakan dari masyarakat setempat; c. memiliki toilet yang standar; d. memiliki fasilitas P3K yang memadai; e. memiliki loket penjualan tiket/karcis/donasi; f. memiliki petugas yang menangani keamanan; g. memiliki petugas yang menangani parkir; h. memiliki petugas yang menangani kebersihan; i. memiliki fasilitas parkir; j. memiliki fasilitas tempat sampah yang cukup memadai; k. memiliki informasi tentang daya tarik wisata; l. memiliki usaha penunjang DTW seperti art shop, restoran, warung dan lain-lain yang ditempatkan disekitar tempat parkir.
(2) Pengelolaan DTW Buatan Manusia harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki tempat suci; b. memiliki petugas khusus yang mengelola tempat suci. c. memiliki pengelola obyek wisata dengan manajemen yang tertata dan disarankan berbadan hukum; d. memiliki sumber daya manusia yang berkualifikasi; e. memprioritaskan sumber daya manusia yang dipekerjakan dari masyarakat setempat; f. memiliki petugas yang menangani keamanan; g. memiliki petugas yang menangani parkir; h. memiliki petugas yang menangani kebersihan; i. produk inti harus ditempatkan di depan; j. memiliki batas wilayah yang jelas; k. memiliki fasilitas parkir; l. memiliki toilet yang standar; m. memiliki kantor pengelola; n. memiliki fasilitas P3K; o. memiliki sarana komunikasi; p. memiliki bak sampah yang cukup memadai; q. memiliki informasi tentang daya tarik wisata; r. memiliki ruang terbuka hijau minimal 3/9 dari luas kawasan daya tarik wisata; s. memiliki loket penjualan tiket/karcis/donasi; t. memiliki pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda; u. memiliki ruang tunggu yang nyaman disekitar tempat parkir; dan v. memiliki usaha penunjang DTW seperti art shop, restoran, warung dan lain-lain yang ditempatkan disekitar tempat parkir. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 6 DTW yang telah ditetapkan sebelum ditetapkannya Peraturan Gubernur ini, wajib disesuaikan dengan Peraturan Gubernur ini paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak diundangkannya Peraturan Gubernur ini.
BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 7 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali. Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 22 Nopember 2010 GUBERNUR BALI, Diundangkan di Denpasar pada tanggal 22 Nopember 2010 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI, MADE MANGKU PASTIKA I NYOMAN YASA BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2010 NOMOR 41