Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal sisa, Kuat tekan. iii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii

ANALISIS KARAKTERISTIK BLOK BAHAN PASANGAN DINDING YANG MEMAKAI BAHAN BEKAS GARUKAN ASPAL BETON DENGAN ASPAL SISA SEBAGAI PEREKAT

SIFAT-SIFAT BLOK BAHAN PASANGAN DINDING DARI AGREGAT BEKAS DENGAN PEREKAT MINYAK JELANTAH

KARAKTERISTIK BLOK BAHAN PASANGAN DINDING DARI BONGKARAN ASPAL LAMA DENGAN ASPAL SEBAGAI PEREKAT (028M)

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

BAB I PENDAHULUAN ` 1

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

BAB III LANDASAN TEORI

ABSTRAK. iii. Kata Kunci : Abu batu, Campuran Aspal Emulsi Dingin, Cantabro, ITS, Lalu Lintas Rendah

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

optimum pada KAO, tahap III dibuat model campuran beton aspal dengan limbah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB III LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan sarana transportasi, salah satunya adalah jalan. Jalan merupakan

Lampiran Perhitungan Pengujian Aspal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN

INVESTIGASI KARAKTERISTIK RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL NASKAH PUBLIKASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB III LANDASAN TEORI

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN SABUT KELAPA TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

Scanned by CamScanner

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA UJI KUAT TEKAN AGREGAT HALUS PASIR BESI TULUNGAGUNG PADA CAMPURAN ASPAL DENGAN MENGGUNAKAN MARSHALL TEST TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB IV METODE PENELITIAN

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Cara uji berat isi beton ringan struktural

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BABII TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan

BAB IV METODE PENELITIAN

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB 3 METODOLOGI. Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

2.4 Daur Ulang Lapis Keras Aspal (Asphalt Pavement Recycling) 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN TERHADAP KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR CAMPURAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT )

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN BAHAN TAMBAHAN LIMBAH PLASTIK PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA)

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci : limbah batu tabas, nilai slump, berat volume, kuat tekan beton, kuat tarik belah beton.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Transkripsi:

ABSTRAK Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, secara berkelanjutan diperlukan material untuk perumahan berupa bahan dinding. Bahan dinding yang umum dipergunakan: bata tanah liat dan blok bahan pasangan dinding (BBPD).Dalam penelitian ini BBPD yang diteliti menggunakan bahan bekas garukan aspal beton sebagai agregat kasar dan aspal emulsi sisa sebagai perekat. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sifat-sifat (karakteristik) aspal sisa, menganalisis sifat-sifat (karakteristik) blok bahan pasangan dinding, menentukan kadar aspal sisa minimum sebagai bahan perekat blok bahan pasangan dinding dan untuk menganalisis apakah kuat tekan blok bahan pasangan dinding memenuhi syarat kuat tekan bata beton pejal menurut SNI-03-0348-1989. Agregat bekas garukan aspal beton diekstraksi, gradasi dan diuji berat jenisnya terlebih dahulu, kemudian agregat bekas garukan aspal dipecahkan berdiameter kecil lalu dilembabkan dan ditambahkan aspal emulsi sisa. Campuran agregat dan aspal diaduk hingga merata kemudian dicetak dengan tumbukan 15, 25 dan 35 siklus dan dioven dengan suhu 160 o C dan 200 o C. Diperoleh, agregat kasar memiliki berat jenis efektif 2,286 gr/cm 3, sedangkan agregat halus memiliki berat jenis efektif 2,256 gr/cm 3. Kadar aspal emulsi tambahan untuk blok bahan pasangan dinding yang minimum 3,5% resedu diperoleh dari hasil percobaan pembuatan benda uji. Karakteristik blok bahan pasangan dinding, yaitu penyerapan air dengan nilai terbaik terjadi pada suhu 160 o C dengan durasi 12 jam sebesar 5,47%. Porositas blok bahan pasangan dinding, nilai terbaik terjadi pada suhu 160 o C durasi 12 jam sebesar 5,73%. IRS blok bahan pasangan dinding berkisar antara 0,38 ~ 0,62 kg /m 2.menit. Kuat tekan blok bahan pasangan dinding tanpa rendaman terbaik terjadi pada tumbukan 35 siklus dengan suhu 200 o C durasi 24 jam sebesar 64,27 kg/cm 2. Dengan rendaman kuat tekan blok bahan pasangan dinding terbaik terjadi pada tumbukan 35 siklus dengan suhu 200 o C durasi 24 jam sebesar 74,87 kg/cm 2. Secara umum kuat tekan blok bahan pasangan bahan dinding pada penelitian ini memenuhi syarat kuat tekan minimum blok bahan pasangan dinding menurut SNI B25 (kuat tekan tidak kurang dari 25 kg/cm 2 ) bahkan beberapa benda uji juga memenuhi mutu B70 (kuat tekan tidak kurang dari 70 kg/cm 2 ). Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan i

UCAPAN TERIMA KASIH Om Swastiastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Karakteristik Blok Bahan Pasangan Dinding Yang Memakai Bahan Bekas Garukan Aspal Beton Dengan Aspal Emulsi Sisa Sebagai Bahan Perekat. Terselesainya Tugas Akhir ini tidak lepas dari dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segenap hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I dan bapak I Nyoman Karnata Mataram, ST, MT. selaku dosen pembimbing II, penulis sampaikan pula terima kasih kepada UPT Balai Peralatan dan Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, yang telah memberikan bantuan berupa bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tidak lupa penulis ucapkan kepada keluarga tercinta, yang selalu memberikan doa dan dukungan moral dan materiil serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah membantu dalam sumbangsih pikiran, tenaga, dan waktu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu segala kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Atas perhatian pembaca, penulis ucapkan terima kasih. Om Santih, Santih, Santih, Om. ii

DAFTAR ISI ABSTRAK...i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 5 1.5 Batasan Masalah... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Campuran Aspal Emulsi Dingin (CAED)... 6 2.2 Jenis-Jenis Pasangan Dinding... 7 2.2.1 Bata Beton Pejal... 7 2.2.1.1 Klasifikasi Bata Beton Pejal... 7 2.2.1.2 Persyaratan Bata Beton Pejal... 8 2.2.2 Bata Beton Berlubang... 9 2.2.2.1 Ukuran Bata Beton Berlubang... 9 2.2.2.2 Kuat Tekan Bata Beton Berlubang yang disyaratkan... 9 2.3 Material-material Pembentuk Blok Bahan Pasangan Dinding... 10 2.3.1 Agregat... 10 2.3.1.1 Klasifikasi Agregat... 10 2.3.1.2 Agregat Bekas (Agregat Daur Ulang)... 15 2.3.2 Klasifikasi Agregat Berdasarkan Proses Terjadinya... 18 2.3.3 Klasifikasi Agregat Berdasarkan Proses Pengolahannya... 20 2.3.4 Klasifikasi Agregat Berdasarkan Ukuran Butirnya... 21 2.4 Sifat Agregat... 21 2.5 Alternatif Material Sebagai Pengganti Agregat Alam... 25 2.6 Aspal... 26 2.6.1 Jenis Aspal... 26 2.6.2 Pengujian Aspal Cair... 34 2.6.3 Sifat Aspal... 35 2.7 Presedur Desain CAED... 36 2.7.1 Penentuan Gradasi Agregat dan Proporsi Agregat... 36 2.7.2 Estimasi Kadar Aspal Emulsi Awal... 36 2.7.3 Syarat Teknis Aspal Keras... 37 2.8 Ekstraksi Aspal (Asphalt Extraction)... 38 2.9 Test Penyelimutan ( Coating Test)...39 2.10 Proses Pengerasan Blok Bahan Pasangan Dinding dengan Aspal sebagai Perekat... 39 iii

2.11 Penyiapan Campuran Sebelum Dipadatkan... 40 2.12 Initial Rate of Suction (IRS)... 40 2.13 Perhitungan Porositas... 40 2.14 Kuat Tekan... 41 2.15 Penyerapan Air Blok Bahan Pasangan Dinding... 42 2.16 Penelitian Sebelumnya... 43 BAB III METODE 3.1 Umum... 46 3.2 Bahan dan Alat... 46 3.2.1 Bahan... 46 3.2.2 Alat... 47 3.3 Jumlah dan Banda Uji... 47 3.4 Bagan Alir Penelitian... 48 3.5 Pengujian Pendahuluan... 51 3.5.1 Pengujian Asphalt Extraction... 51 3.5.2 Analisa Saringan Hasil Tes Ekstraksi Garukan Aspal Beton Lama... 56 3.6 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Perkerasan Aspal Lama... 56 3.6.1 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar (SNI 1969:2008)... 56 3.6.2 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus (SNI-03-1968-1990).. 58 3.6.3 Pengujian Tahap I...... 60 3.6.3.1 Pengujian Kadar Residu Elmusi (SNI 03-6829-2002)... 60 3.6.3.2 Pengujian Kadar Aspal Garukan Perkerasan Jalan... 60 3.6.3.3 Pengujian Gradasi Garukan Perkerasan Aspal Lama... 62 3.7 Pengujian Tahap II... 62 3.7.1 Kadar Aspal Residu, Gradasi dan Kadar Aspal Garukan... 62 3.8 Pencampuran, Pencetakan Untuk Blok Bahan Pasangan Dinding... 63 3.9 Pengujian Tahap III Sempel Pada Percobaan Awal Kurang Kompak atau Stabil Sehingga Perlu Disesuaikan Materialnya...66 3.10 Proses Pemanasan Benda Uji Dengan Temperatur 160 0 C Selama 24 Jam Dan 200 0 C Selama 4, 8, 16 Dan 24 Jam...66 3.11 Pengujian Pada benda Uji... 68 3.11.1 Pengujian Kuat Tekan... 68 3.11.2 Pengujian Initial Rate Of Suction ( IRS )... 68 3.11.3 Pengujian Terhadap Penyerapan Air (SNI 1970:2008)... 68 3.11.4 Pengujian Terhadap Porositas... 69 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Tahap I...... 70 4.2 Hasil Pengujian Material...... 71 4.3 Hasil Pengujian Percobaan Tahap II : Kuat Tekan Blok Bahan Pasangan Dinding Dan Hasil Pengujian Kuat Tekan Blok Bahan Pasangan Dengan Kadar Aspal Emulsi 3% dan 3,5% (Residu)......73 iv

4.4 Hasil Pengujian Percobaan Tahap III : Kuat Tekan Pada Blok Bahan Pasangan Dinding Dengan Kadar Aspal Emulsi 3,5% (Residu) Tanpa Rendaman... 74 4.5 Hasil Pengujian Percobaan Tahap III : Kuat Tekan Pada Blok Bahan Pasangan Dinding Dengan Kadar Aspal Emulsi Tambahan 3,5% (Residu) Dengan Rendaman...77 4.6 Hasil Uji IRS (Initial Rate Of Suction) Pada Percobaan Tahap III.... 79 4.7 Hasil Pengujian Penyerapan Air Blok Bahan Pasangan Dinding Pada Percobaan Tahap III... 81 4.8 Hasil Pengujian Porositas Blok Bahan Pasangan Dinding Pada Percobaan Tahap III... 82 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...... 85 5.2 Saran...... 86 DAFTAR PUSTAKA... 87 LAMPIRAN Lampiran A : Pengujian Awal... 90 Lampiran B : Pengujian Aspal... 94 Lampiran C : Hasil Test Karakteristik Blok Bahan Pasangan Dinding... 96 Lampiran D : Dokumentasi... 112 v

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1: Pertimbangan Volume Pori Agregat untuk Penentuan SG Sumber: Krebs and Walker (1971)... 24 Gambar 2.2: Mekanisme penggabungan dan pelekatan aspal emulsi ke permukaan agregat. Sumber: Thanaya (2003)... 30 Gambar 2.3: Ilustrasi skematis Potensi Zeta. Sumber: Thanaya (2003)... 32 Gambar 2.4: Metoda Uji blok bahan pasangan dinding....41 Gambar 3.1: Bagan Alir Penelitian....50 Gambar 3.2: Ekstraksi Bongkaran Aspal Beton Lama Dengan Menggunakan Refluk.... 53 Gambar 3.3: Larutan Trichloroethylene ( TCE )... 53 Gambar 3.4: Teknik Pemadatan Sampel... 65 Gambar 4.1: Grafik hasil rata rata analisa saringan garukan perkerasan lama.. 71 Gambar 4.2: Kuat Tekan Rata Rata Blok Bahan Pasangan Dinding dengan Kadar Aspal Emulsi Tambahan 3,5% (Residu) Tanpa Rendaman (Percobaan Tahap III).... 76 Gambar 4.3: Kuat Tekan Rata Rata Blok Bahan Pasangan Dinding dengan Kadar Aspal Emulsi Tambahan 3,5% (Residu) dengan Rendaman (Percobaan Tahap III).... 78 Gambar 4.4: Grafik nilai IRS Rata Rata Blok Bahan Pasangan Dinding... 80 Gambar 4.5: Grafik Penyerapam Air Rata Rata Blok Bahan Pasangan Dinding... 82 Gambar 4.6: Nilai Rata Rata Porositas Blok Bahan Pasangan Dinding... 83 vi

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 : Persyaratan Fisik Bata Beton Pejal...8 Tabel 2.2 : Persyaratan Ukuran Standar dan Toleransi...8 Tabel 2.3 : Ukuran Bata Beton Berlubang Standar...9 Tabel 2.4 : Kuat Tekan Rata-rata yang Diijinkan untuk Bata Beton Berlubang Menurut SNI 03-0348-1989...10 Tabel 2.5 : Spesifikasi Aspal Emulsi...33 Tabel 2.6 : Penggunaan Aspal Emulsi...34 Tabel 2.7 : Persyaratan Aspal Keras Penetrasi 60/70...38 Tabel 2.8 : Kuat Tekan Blok Bahan Pasangan Dinding Utama Dengan Variasi Jumlah Tumbukan...43 Tabel 2.9 : Kuat Tekan Blok Bahan Pasangan Dinding Utama Dengan Variasi Suhu Pemanasa...44 Tabel 2.10 : Kuat Tekan Blok Bahan Pasangan Dinding Mitasari Dengan Variasi Jumlah Tumbukan...44 Tabel 2.11 : Kuat Tekan Blok Bahan Pasangan Dinding Mitasari Dengan Variasi Suhu Pemanasan...45 Tabel 2.12 : Kuat Tekan Blok Bahan Pasangan Dinding Mitasari Dengan Variasi Suhu Pemanasan...45 Tabel 3.1 : Jumlah Benda Uji untuk Uji Kadar Aspal Optimum...47 Tabel 3.2 : Jumlah Benda Uji dengan Variasi Tumbukan...48 Tabel 3.3 : Jumlah Benda Uji untuk Uji Kuat Tekan, Uji Daya Serap Air, Porositas dan IRS BBPD...48 Tabel 3.4 : Berat Benda Uji...54 Tabel 3.5 : Proporsi Kadar Aspal Campuran...62 Tabel 3.6 : Kebutuhan Aspal Emulsi...63 Tabel 4.1 : Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar Dan Halus RAP...72 Tabel 4.2 : Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Pasir...72 Tabel 4.3 : Hasil Kuat Tekan Percobaan Tahap I Blok Bahan Pasangan Dinding dengan Variasi Kadar Aspal emulsi 3% dan 3,5%...74 Tabel 4.4 : Kuat Tekan Rata Rata Blok Bahan Pasangan Dinding dengan Kadar Aspal Emulsi Tambahan 3,5 % Tanpa Rendaman (percobaan Tahap III)...75 Tabel 4.5 : Kuat Tekan Rata Rata Blok Bahan Pasangan Dinding dengan Kadar Aspal Emulsi Tambahan 3,5 % (Residu) dengan Rendaman...78 Tabel 4.6 : Tabel nilai IRS rata rata Blok Bahan Pasangan Dinding...80 Tabel 4.7 : Tabel nilai Penyerapan air rata rata Blok Bahan Pasangan Dinding...81 Tabel 4.8 : Hasil Pengujian Porositas rata rata Blok Bahan Pasangan Dinding.83 vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, secara berkelanjutan diperlukan material untuk perumahan berupa bahan dinding. Bahan dinding yang umum dipergunakan: bata tanah liat dan blok bahan pasangan dinding (BBPD) yang sampai saat ini menggunakan bahan yang bersumber dari alam yang ketersediaannya semakin terbatas. Untuk mengurangi pemakaian material yang berasal dari material alam, maka digunakan bahan bahan bekas sebagai salah satu alternatif pengganti sumber daya alam. Agregat bekas merupakan limbah padat yang jika dibuang memerlukan biaya dan membutuhkan tempat pembuangan. Pembuangan limbah padat pada dasarnya dapat mengurangi kesuburan tanah dan merusak keseimbangan ekosistem. Sejauh ini pemanfaatan agregat bekas hanya sebagai bahan timbunan, namun pemanfaatan ini belum efektif karena agregat yang digunakan tidak dipecahkan dengan baik sehingga pemadatan timbunan kurang baik. Untuk itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui lebih jauh pemanfaatan agregat bekas, antara lain digunakan sebagai bahan blok pasangan dinding. Salah satu material bekas yang potensial adalah garukan perkerasan aspal lama yang diperoleh dari perbaikan jalan berupa penggarukan perkerasan aspal lama dan penggalian perkerasan karena adanya galian - galian utilitas. Ketersediaan material garukan perkerasan lama sampai saat ini masih terbatas. Material ini akan tersedia dalam jumlah besar apabila dilakukan penggarukan jalan lama secara luas dalam pekerjaan perbaikan rutin jalan yang dapat berfungsi dalam mempertahankan elevasi jalan terhadap elevasi lingkungan di sekitar jalan. Hal ini dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakan perbaikan jalan. Secara umum penggunaan bahan bekas garukan aspal beton lama bersifat tidak homogen karena ketersediaan bahan bekas yang belum terkoordinasi baik, dimana 1

jenis material garukan aspal lama dapat berasal dari jenis campuran yang berbeda beda. Selain pemanfaatan agregat bekas dengan menggunakan garukan pekerasan jalan, pemanfaatan aspal emulsi sisa yaitu aspal emulsi sisa dari penggunaan sebelumnya yang sudah tidak digunakan lagi dapat menjadi salah satu alternatif pengganti aspal penetrasi sebagai bahan perekat. Dalam penelitian ini, aspal emulsi sisa yang dipergunakan adalah aspal emulsi sisa dari sisa penggunaan sebelumnya yang telah tidak digunakan lagi selama 1 tahun dengan kondisi telah mengalami penuaan karena temperatur di luar ruangan yang selalu berubah-ubah dan tidak terawat lagi yang di tempatkan pada drum terbuka. Pada campuran, material garukan aspal lama ditambahkan air secukupnya, kemudian ditambah aspal emulsi sisa dan diaduk rata. Apabila aspal emulsi sisa terlalu kental, maka dapat dicampur dengan menambahkan air secukupnya. Campuran ditempatkan pada suhu ruang, kemudian dipadatkan dalam cetakan. Setelah itu sampel dikeluarkan dari cetakan dan didinginkan hingga stabil, kemudian sampel di oven. Dalam penelitian ini akan dicoba menggunakan bahan bekas garukan aspal beton lama sebagai bahan dasar campuran blok bahan pasangan dinding. Selanjutnya dalam penelitian garukan perkerasan aspal lama yang akan di uji ekstraksi terlebih dahulu untuk mendapatkan kadar aspal rata rata dan gradasi agregat dari garukan perkerasan aspal lama. Karena jumlah material hasil ekstraksi tidak banyak maka material hasil ekstraksi hanya akan diuji berat jenisnya saja. Material ini diberi perekat aspal emulsi sisa yang dicampur pada suhu ruang. Hasil penelitian Thanaya (2006) menyatakan bahwa blok bahan pasangan dinding yang terbuat dari berbagai agregat bekas dengan bahan perekat menggunakan aspal penetrasi memberikan sifat sifat teknis yang memuaskan. Sejauh ini penelitian yang sudah pernah dilakukan mengenai pemakaian agregat bekas sebagai bahan blok pasangan dinding yaitu: analisis karakteristik blok bahan pasangan dinding memakai agregat bekas bongkaran bahan bangunan dengan aspal penetrasi sebagai bahan perekat (Utama, 2010) dengan hasil yang cukup baik yaitu memiliki kuat tekan 2

minimal 25 kg/cm 2 (Menurut Standar Nasional Indonesia SNI-03-0348-1989). Analisis sifat-sifat blok bahan pasangan dinding menggunakan agregat bekas dari bongkaran bahan bangunan dengan perekat aspal emulsi yang umumnya dipakai sebagai perekat pada pekerjaan jalan (Mitasari, 2010) dengan hasil yang juga memadai yaitu memiliki kuat tekan 25 kg/cm 2. Untuk membantu pengerasan blok bahan pasangan dinding dilakukan proses pengovenan. Karena dipanaskan, bagian bagian (bahan perekat aspal penetrasi) yang mudah menguap berupa Maltenes yang merupakan cairan kental yang terdiri dari resin dan oils diuapkan, sehingga mengakibatkan bagian-bagian yang tidak menguap berupa Aspaltenes mengalami polimerisasi yaitu proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul yang sangat besar. Polimerisasi ini mengakibatkan bagian bagian tersebut menjadi kaku dan akhirnya mengeras (Thanaya, 2006). Dibandingkan dengan blok bahan pasangan dinding yang mempergunakan semen sebagai perekat atau bata merah, blok dinding yang mempergunakan aspal lebih unggul dalam produktifitas yang lebih tinggi, karena memerlukan waktu pengeringan yang lebih singkat sekitar 24 jm dan suhu pemanasan yang lebih rendah sampai dengan sekitar 200 0 C, dibandingkan dengan pemanasan bata merah yang memerlukan waktu sekitar 14 hari dengan suhu pemanasan yang lebih tinggi sekitar 800-1000 0 C. Penggunaan bahan bekas sebagai bahan bangunan perlu terus dikaji untuk mengurangi ketergantungan dari material alam. Sejalan dengan upaya pelestarian alam, maka dalam penelitian ini diupayakan penggunaan material dari garukan perkerasan jalan sebagai agregat pada bahan blok pasangan dinding dengan aspal emulsi sisa sebagai bahan perekat. Supaya efisien dipergunakan kadar aspal emulsi residu minimal yang bisa merekatkan material secara memadai, karena aspal emulsi sisa yang sudah mengalami penuaan dan menjadi kental maka diperlukan pemanasan kembali. Sejauh ini sudah diteliti BBPD (Blok Bahan Pasangan Dinding) dengan ukuran sampel 10cm x 10cm x 8cm, (Raindra, 2012). Pada penelitian ini ukuran sampel yang dipergunakan adalah 20cm x 10cm x 8cm menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-0348-1989) dengan temperatur 160 0 C selama 24 jam dan 200 0 C 3

selama 4, 8, 16 dan 24 jam. Untuk itu diperlukan teknik produksi (teknik pemadatan) yang berbeda. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka permasalahan yang dapat diangkat dari penelitin ini ialah: a. Berapakah kadar aspal emulsi residu bekas minimal yang bisa dipergunakan untuk bahan blok bahan pasangan dinding? b. Bagaimanakah sifat-sifat (karakteristik) blok bahan pasangan dinding menggunakan bahan agregat bekas dari garukan jalan dengan aspal emulsi sisa sebagai bahan perekatnya? c. Apakah kuat tekan blok bahan pasangan dinding dari campuran agregat bekas dengan aspal emulsi sisa sebagai bahan perekatnya, memenuhi syarat kuat tekan bata beton pejal menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) -03-0348-1989? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk menentukan kadar aspal emulsi residu sisa minimal untuk blok bahan pasangan dinding. b. Untuk menganalisis sifat-sifat (karakteristik) blok bahan pasangan dinding menggunakan bahan agregat bekas dari garukan jalan dengan aspal emulsi sisa sebagai bahan perekatnya. c. Untuk menganalisis apakah kuat tekan blok bahan pasangan dinding dari campuran agregat bekas dengan aspal emulsi sisa sebagai bahan perekatnya, memenuhi syarat kuat tekan bata beton pejal Menurut Standar Nasional Indonesia SNI-03-0348-1989. 4

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dalam rekayasa teknologi produk bahan. b. Memanfaatkan aspal penetrasi yang awalnya kurang berperan dalam rekayasa teknologi bahan. c. Turut serta dalam pelestarian alam dengan penggunaan agregat bekas sebagai bahan campuran karena dapat mengurangi pemakaian batu alam dan juga mengurangi limbah bekas bongkaran lapisan perkerasan lentur. 1.5 Batasan Masalah Adapun batasan batasan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Karakteristik aspal residu yang diuji ialah : penetrasi dan daktilitas b. Ukuran blok bahan pasangan dinding adalah 200mm x 100mm x 80mm tanpa lubang sesuai standar bata beton pejal terkecil Menurut Standar Nasional Indonesia SNI-03-0348-1989. c. Benda uji yang dipanaskan hanya benda uji dengan kadar aspal minimum yang dapat memberi penyelimutan dan pelekatan yang memadai. d. Pemadatan benda uji dilakukan menggunakan alat tumbuk marshall dengan variasi tumbukan yaitu 15 siklus, 25 siklus dan 35 siklus tumbukan, jumlah tumbukan tersebut untuk mendapatkan kuat tekan pada kepadatan yang berbeda (setiap siklus terdiri dari 3 rangkian tumbukan). e. Kadar aspal efektif tambahan yang dimaksud adalah kadar aspal emulsi sisa minimal yang memenuhi kuat tekan minimum yang memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI-03-0348-1989. f. Sifat agregat kasar dan agregat halus hasil tes ekstraksi garukan aspal beton lama hanya diuji berat jenisnya saja, karena jumlahnya sangat terbatas. 5