1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin pesat, hal ini mengharuskan setiap perusahaan untuk dapat mengambil keputusan dalam hal strategi yang tepat agar dapat bersaing di lingkungan industri, terutama pada industri pariwisata yang semakin ketat dan kompetitif. Salah satu mata rantai dari industri pariwisata yang melibatkan peran sumber daya manusia sebagai faktor kunci dan strategis ialah industri perhotelan (Sembiring, 1999:1). Industri perhotelan merupakan bisnis yang saat ini berkembang dengan pesat dan pengelolaannya harus dapat dijalankan dengan benar. Pesatnya perkembangan industri perhotelan dari masa ke masa, membuatnya semakin banyak memiliki kreativitas dan inovasi, yang dapat memberikan nilai tambah terhadap produk dan jasa serta pelayanan mereka yang maksimal bagi para wisatawan. Namun, untuk mencapai kesuksesan dan kinerja hotel yang baik tidaklah mudah. Harus dimulai dari karyawan yang mampu menampilkan kinerja yang optimal, karena baik buruknya kinerja yang dicapai oleh karyawan akan berpengaruh pada kinerja dan keberhasilan hotel secara keseluruhan. Hal inilah yang akan membawa hotel tersebut secara berkelanjutan dapat menunjukkan eksistensinya dalam hal yang positif, artinya mampu menunjukkan kinerja yang baik dimata pihak luar khususnya masyarakat.
2 Kesuksesan yang diraih seorang karyawan di dunia pekerjaan, tidak hanya didapatkan melalui keunggulan dari sisi kecerdasan intelektual saja, tetapi juga keunggulan dari sisi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual (Masdar dkk, 2009:157). Selama ini kecerdasan seorang karyawan selalu dinilai dari tingkat kecerdasan intelektual, melalui kecerdasan intelektual seorang karyawan dianggap cerdas dalam menghadapi segala bentuk permasalahan pekerjaan yang terjadi. Namun, setelah lahirnya konsep pemikiran tentang kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, maka lebih menyempurnakan kompetensi-kompetensi yang dimiliki karyawan. Karena kombinasi dari ketiga kecerdasan ini memiliki andil dalam mengantarkan seorang karyawan menuju puncak prestasi kerja. Hasil penelitian Goleman (2000:46) yang dilakukan di Amerika Serikat, menyatakan bahwa orang yang pandai atau berhasil dalam prestasi akademik sewaktu pendidikan formal ternyata banyak yang gagal mencapai puncak prestasi sewaktu menempuh karir profesional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini yaitu sekitar 75% sampai dengan 96%. Sedangkan peran kecerdasan intelektual atau keterampilan kognitif dalam keberhasilan di dunia kerja hanya menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosi dalam menentukan peraihan prestasi puncak dalam pekerjaan, yaitu sekitar 4% sampai dengan 25%. Penelitian yang dilakukan oleh Boyatzis (2001:2) yang juga melakukan penelitiannya di Amerika Serikat, menemukan bahwa bukan suatu hal yang mudah untuk menemukan orang yang tepat dalam organisasi, karena yang dibutuhkan oleh
3 suatu perusahaan bukan hanya orang yang memiliki pendidikan lebih baik ataupun orang yang memiliki bakat lebih saja. Masih ada faktor-faktor psikologis yang mendasari hubungan antara seorang karyawan dengan organisasinya. Faktor-faktor tersebut diantaranya kemampuan mengelola diri sendiri, inisiatif, optimisme, kemampuan mengkoordinasi emosi dalam diri, serta melakukan pemikiran yang tenang tanpa terbawa emosi. Dipertegas oleh hasil penelitian Beck (2001) (dalam Mangkunegara, 2010:163) yang menemukan bahwa kecerdasan intelektual sudah berkembang 50% sebelum usia 5 tahun, 80% berkembang sebelum 8 tahun, dan hanya 20% berkembang sampai akhir masa remaja, sedangkan kecerdasan emosional dapat dikembangkan tanpa batas waktu. Pada pekerjaan-pekerjaan tertentu, sifat-sifat kepribadian seseorang sangat berhubungan dengan kesuksesan dalam bekerja. Pekerjaan seperti karyawan hotel yang harus selalu berinteraksi langsung dengan tamu, memerlukan kemampuan mengenali emosi, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Konsep kecerdasan emosional, disempurnakan oleh munculnya kecerdasan ketiga pada akhir abad ke-20, yaitu kecerdasan spiritual. Konsep kecerdasan spiritual pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog yang bernama Danah Zohar dan suaminya Ian Marshall seorang ahli fisika. Menurut Zohar dan Marshall (2002:23) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan spiritual untuk menempatkan perilaku dan
4 hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, dan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual dipercaya sebagai tingkatan tertinggi dari intelegensi, sementara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional adalah bagian integral dari kecerdasan spiritual, karena manajemen diri untuk mengolah hati tidak cukup dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional saja, kecerdasan spiritual juga sangat berperan dalam diri seseorang sebagai pembimbing kecerdasan lainnya. Seorang karyawan yang ingin sukses tidak hanya cukup dengan kecerdasan intelektual tetapi juga perlu kecerdasan emosional agar dapat merasa gembira, dapat bekerjasama dengan sesama rekan, memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan bertanggung jawab, serta kecerdasan spiritual juga diperlukan agar karyawan merasa bertakwa, berbakti, dan mengabdi secara tulus, luhur, dan tanpa pamrih dalam pekerjaannya. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan, baik itu dari dalam maupun dari luar diri karyawan. Menurut Amstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2009:98), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, ialah: (1) personal factor, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi dalam diri, disiplin diri dan komitmen individu. (2) leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan dan dukungan yang dilakukan oleh manajer/pimpinan. (3) team factor, ditunjukkan oleh adanya rekan kerja yang mendukung. (4) system factor, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja yang diterapkan, sistem imbalan yang diberikan dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi. (5)
5 situation factor, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Pendapat Amstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2009:98) tersebut telah mencakup faktor-faktor penting yang mempengaruhi kinerja yang berasal dari luar diri dan dalam diri karyawan. Namun, dalam penelitian ini hanya membahas mengenai beberapa faktor yang berasal dari dalam diri karyawan saja, yaitu: kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Karena, setelah dilakukan evaluasi kepada seluruh karyawan hotel Cattleya Suite Bali, ternyata faktor-faktor yang berasal dari luar diri karyawan, seperti: dukungan dari atasan dan rekan sekerja, sistem kerja serta lingkungan kerja sudah memenuhi harapan mereka. Pada penelitian terdahulu mengenai pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan, ditemukan beberapa hasil yang berbeda-beda, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Chirtsa (2015:11) dan Nugranti (2015:81), yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Marpaung dan Rumondang (2013:188) dan penelitian Djasuli dan Hidayah (2013:15). Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Rahmasari (2012:18), menemukan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual memiliki pengaruh positif dan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan, variabel dengan tingkat tertinggi yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah kecerdasan intelektual. Namun, hasil tersebut sedikit tidak konsisten dengan
6 penelitian yang dilakukan oleh Trihandini (2005:78), yang menemukan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan hotel Horison Semarang, dan variabel yang memiliki pengaruh paling besar adalah kecerdasan emosi. Dari uraian di atas, adanya perbedaan hasil penelitian pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan tersebut mendorong dilakukannya penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu terletak pada lokasi penelitian, perbedaan cara penilaian terhadap responden serta perbedaan dalam penggunaan analisis Partial Least Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM) sebagai analisis data. Berdasarkan hasil evaluasi semester, kinerja karyawan pada hotel Cattleya Suite Bali mengalami fluktuasi setiap tahunnya baik yang terlihat pada setiap indikator maupun rata-rata kinerja secara umum. Sebagian karyawan yang aspekaspek kinerjanya dinilai masih berada di bawah standar kompetensi atau belum seperti yang diharapkan oleh manajemen hotel Cattleya Suite Bali, seperti pada aspek orientasi kepada pelanggan, kerjasama dalam tim serta keteraturan dan keakuratan dalam bekerja. Sementara, yang menjadi harapan manajemen hotel Cattleya Suite Bali adalah kinerja karyawan meningkat secara stabil setiap tahunnya, bahkan jika dapat, kinerja karyawan diharapkan berada diatas standar kompetensi yang telah ditetapkan. Kemungkinan hal tersebut disebabkan belum bersinerginya kompetensi-
7 kompetensi dalam kecerdasan intelektual, kecerdasaan emosional dan kecerdasan spiritual pada karyawan hotel Cattleya Suite Bali. Apabila dilihat dari segi usia, masa kerja maupun tingkat pendidikan karyawan hotel Cattleya Suite Bali, rata-rata karyawan mempunyai usia yang cukup muda, pendidikan yang baik dan bisa berpikiran luas tentang pengetahuan serta pengalaman kerja yang baik terlebih dengan bidang yang sedang digelutinya. Namun, kompetensi-kompetensi dalam kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang ada dalam diri karyawan hotel Cattleya Suite Bali pada saat ini masih terbilang kurang, hal ini disebabkan kompetensi-kompetensi dalam kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual belum memperoleh porsi yang wajar sebagai prediktor kinerja. Masalah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, hampir tidak pernah menjadi wacana penting di kalangan karyawan dan pimpinan, dan dibiarkan begitu saja tanpa pembinaan dan pengelolaan, sehingga menimbulkan perilaku karyawan yang suka terlambat masuk kerja, pulang lebih awal, menggunakan jam kerja dan peralatan milik hotel untuk kepentingan pribadi, mudah marah ketika menghadapi masalah atau ditegur atasan, dan perilaku lainnya yang sejenis. Padahal pengembangan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual bagi karyawan merupakan salah satu faktor penting yang layak memperoleh prioritas untuk meningkatkan kinerja, karena dapat memunculkan kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustrasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati, berempati, kemampuan bekerjasama serta rasa tanggung jawab. Penerapan konsep kecerdasan intektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual menjadi suatu
8 hal yang wajib bagi manajemen hotel Cattleya Suite Bali untuk menjalankan dan mewujudkan visi dan misi perusahaan. Ketiga konsep kecerdasan ini memiliki nilai investasi jangka panjang yang mampu membawa karyawan untuk berkinerja dengan baik, sehingga mampu untuk menciptakan reputasi manajemen yang baik dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi hotel Cattleya Suite Bali. Berdasarkan uraian mengenai fenomena permasalahan tersebut diatas, peneliti ingin menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan pada hotel Cattleya Suite Bali. Meskipun penerapan konsep kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual belum pernah dilakukan, peneliti merasa ketiga konsep ini memiliki potensi besar apabila disinergikan, yang mampu meningkatkan daya saing hotel Cattleya Suite Bali dari segi kinerja karyawannya yang semakin hari semakin baik, sesuai dengan visi dan misi yang diemban oleh manajemen hotel Cattleya Suite Bali. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, berikut rumusan masalah yang akan disampaikan dalam penelitian ini: 1. Bagaimana pengaruh kecerdasan intelektual terhadap kinerja karyawan pada hotel Cattleya Suite Bali? 2. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan pada hotel Cattleya Suite Bali?
9 3. Bagaimana pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan pada hotel Cattleya Suite Bali? 1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi dan mengetahui kinerja karyawan serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan pada hotel Cattleya Suite Bali. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual terhadap kinerja karyawan pada hotel Cattleya Suite Bali. b. Menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan pada hotel Cattleya Suite Bali. c. Menganalisis pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan pada hotel Cattleya Suite Bali. 1.4 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini manfaat penelitian dibagi menjadi manfaat teoretis dan praktis, sebagai berikut:
10 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan sumber daya manusia pariwisata terutama dalam hal kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. b. Sebagai referensi dan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang akan mengadakan kajian lebih luas tentang pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan. 2. Manfaat Praktis a. Dapat memberi masukan pada manajemen hotel Cattleya Suite Bali tentang pengelolaan kinerja karyawan melalui kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual mereka. b. Dapat memberi masukan kepada manajemen hotel Cattleya Suite Bali terkait dengan implementasi penilaian kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual agar lebih efektif dalam mencapai tujuan organisasi.