BAB III PRAKTIK KURBAN NANGGUNG UTANG DI DESA BRANGSI KECAMATAN LAREN KABUPATEN LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan

perbuatan hukum (karena barang sudah digadaikan) 60 BAB III GADAI NGAPLEK DI DESA NGUNUT KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DI RENTAL PLAY STATION DESA MLORAH KEC. REJOSO KAB. NGANJUK

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN PILIHAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN DI DESA SUMURGAYAM KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB III MEKANISME JUAL BELI TANAH SAWAH DENGAN SISTEM BATA DI DESA BRUDU KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG UANG DENGAN PELUNASAN BARANG DI DESA KEDUNGRINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN

BAB III PRAKTEK PELUNASAN UTANG SAPI UNTUK PENANAMAN TEMBAKAU BERDASARKAN KETENTUAN KREDITUR DI DS. SEJATI KEC. CAMPLONG KAB.

BAB III TRADISI HUTANG DENGAN SISTEM BOLOGADAI DI DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK TRADISI PENGEMBALIAN HUTANG BERAS DI KELURAHAN SIMOLAWANG KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB III PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR (DI DESA WARUJAYENG KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK)

BAB III PELAKSANAAN AKAD PARON SAWAH BERSYARAT DI DESA BANYUATES KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG MADURA

BAB III PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA DI DESA TENGGIRING KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III PRAKTIK PENUKARAN UANG DAN DESKRIPSI PEMAHAMAN PARA PELAKU AKAD MENGENAI PERTUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA

BAB III TRADISI HUTANG PUPUK DIBAYAR DENGAN UANG PRESPEKTIF MASYARAKAT DESA LAJUKIDUL. Desa Laju Kidul adalah sebuah desa yang terletak di wilayah

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB III PRAKTIK BAGI HASIL PENGOLAAN LAHAN TAMBAK DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK JUAL BELI TELUR PUYUH DI DESA GEDANGAN SIDAYU GRESIK. A. Gambaran Singkat Desa Gedangan Sidayu Gresik

BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

BAB IV PELAKSANAAN ARISAN QURBAN IDUL ADHA DI BLOK 3 DESA JUNGJANG KECAMATAN ARJAWINANGUN CIREBON JAWA BARAT

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II PENYAJIAN DATA. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Desa Karang Kembang Kecamatan

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB III PRAKTEK SEWA-MENYEWA TANAH SAWAH DIJADIKAN TAMBAK DI DESA MOJOPUROGEDE KECAMATAN BUNGAH KABUPATEN GRESIK

BAB III PELAKSANAAN GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

MUKHA<BARAH DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DI DESA KENTENG KEC.TOROH KAB. GROBOGAN

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GADAI SAWAH DI DESA SANDINGROWO KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BARANG REKONDISI DI DESA SIDOHARJO DUSUN TUMPAK MOJOKERTO

BAB III PELAKSANAAN PENARIKAN PERSENAN TANAH PERSILAN OLEH POLISI HUTAN DI DESA TENGGIRING KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PRAKTIK PERSEWAAN ALAT-ALAT PESTA MAHKOTA INDAH DI KELURAHAN BIBIS KARAH KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB III PRAKTIK SISTEM SEWA DIESEL ANTARA PEMILIK DAN PETANI DI DESA BULAKREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO. 1. Keadaan Geografis Desa Sumberrejo

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III SISTEM PENGELOLAAN DAN BAGI HASIL WARUNG KOPI DI DESA PABEAN KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II GAMBARAN UMUM. berstatus Pegawai Negeri Sipil. Kelurahan ialah unit pemerintahan terkecil

BAB III TRADISI METRAEH DAN NYALENEH DALAM MASA PERTUNANGAN DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

BAB III PERAMPASAN HAK MILIK PEMBELI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DENGAN JAMINAN YANG DITANGGUHKAN

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BABADAN LOR DAN PRAKTEK UTANG PIUTANG PADA KELOMPOK TANI DI DESA BABADAN LOR. A. Letak Geografis Desa dan Kecamatan

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI


BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN TRADISI JUAL BELI SAPI KEPADA POLANGAN DI DESA KALIGEDE KECAMATAN SENORI KABUPATEN TUBAN

Transkripsi:

BAB III PRAKTIK KURBAN NANGGUNG UTANG DI DESA BRANGSI KECAMATAN LAREN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Desa Brangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan Desa Brangsi merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Desa Brangsi terkenal dengan kehidupannya yang makmur. Setiap tahunnya, Desa Brangsi mengalami kemajuan yang pesat baik bidang pembangunan desa maupun pembangunan di bidang pendididikan serta ekonomi masyarakat, salah satunya adalah dalam sektor pertanian. 1. Letak geografis Secara geografis, Desa Brangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Sebelah utara : Desa Solokuro b. Sebelah selatan : Desa Karangwungu Lor c. Sebelah barat : Desa Bulubrangsi d. Sebelah timur : Desa Sawo Desa Brangsi merupakan desa yang jauh dari pusat pemerintahan, hal ini dapat dilihat dari data berikut: a. Jarak ke Ibu Kota Kecamatan : 12 KM b. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten/kota : 44 KM c. Jarak ke Ibu Kota Provinsi : 94 KM 47

48 Desa Brangsi merupakan dataran rendah dengan suhu rata-rata harian 37 C. Adapun luas wilayah Desa Brangsi adalah 564 H 2, sebagian tanahnya berupa tanah pemukiman (tempat ibadah, sekolah, kantor kelurahan, pemakaman umum) dan sebagian lagi berupa tanah pertanian (sawah dan ladang). Sebagaimana tabel data berikut ini: Tabel 3.1 Luas tanah dan penggunaannya No. Penggunaan Luas (Ha) 1. Perumahan/pemukiman 42 Ha 2. Sawah 290 Ha 3. Tegal/ladang 216 Ha 4. Lain-lain 16 Ha Sumber: Profil Desa Brangsi Tahun 2016 Secara keseluruhan, Desa Brangsi terdiri dari 2 RW dan 6 RT, sedangkan jumlah penduduknya berjumlah 2.105 jiwa yang terdiri atas 511 Kepala Keluarga. Adapun rinciannya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.2 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Penduduk Jumlah Laki-laki 1052 jiwa Perempuan 1053 jiwa Jumlah 2.105 Sumber: Profil Desa Brangsi Tahun 2016 2. Keadaan sosial ekonomi Masyarakat Desa Brangsi mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Hal tersebut berkaitan dengan keadaan dan kondisi Desa Brangsi yang terdapat banyak sawah dan ladang yang dimanfaatkan

49 untuk usaha pertanian dan cocok tanam khususnya tanaman pangan seperti padi dan jagung. Tabel 3.3 Luas panen dan produksi No. Hasil Panen Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. Padi 45 10,5 2. Jagung 15 115,5 Sumber: Profil Desa Brangsi Tahun 2016 Keadaan sosial ekonomi di Desa Brangsi sebagian besar ditunjang dari hasil pertanian. Hal ini dapat dilihat dari hasil pertanian yang cukup baik terutama padi, sehingga harga padi dan beras di sana maupun di desa tetangga (Sawo, Karangcangkring dan Mertani) sangat murah karena di pasok beras dari Desa Brangsi. Selain bertani, terdapat beberapa mata pencaharian lain yaitu guru swasta, pengusaha, TKI dan Pegawai Negeri. 3. Keadaan sosial pendidikan Keadaan pendidikan masyarakat Desa Brangsi tergolong cukup baik, karena masyarakat Desa Brangsi mengerti betapa pentingnya dunia pendidikan bagi generasi penerusnya. Pendidikan juga dapat memajukan SDM (Sumber Daya Manusia), karena dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan meningkatkan kecakapan masyarakat. Pendidikan masyarakat Desa Brangsi dari generasi ke generasi mengalami kemajuan yang sangat baik. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya generasi muda yang menamatkan pendidikan sampai perguruan tinggi. Berikut ini adalah tabel data mengenai tingkat pendidikan masyarakat di Desa Brangsi:

50 Tabel 3.4 Jumlah menurut pendidikan No. Tingkat pendidikan masyarakat Jumlah 1. Buta aksara dan huruf latin 48 orang 2. Pra sekolah 73 orang 3. TK/play group 121 orang 4. Tidak lulus SD 352 orang 5. SD 568 orang 6. SMP 404 orang 7. SMA 351 orang 8. Diploma 137 orang 9. Sarjana 51 orang Total 2.105 orang Sumber: Profil Desa Brangsi Tahun 2016 Masalah pendidikan juga tidak lepas dari sarana dan prasarana lembaga pendidikan yang ada, karena sarana tersebut merupakan tolak ukur bagi perkembangan pendidikan. Dengan adanya sarana pendidikan (formal atau non formal) yang memadai, sangat mungkin akan mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat sehingga dimungkinkan akan bermunculan para ilmuan dan cendekiawan. Adapun sarana pendidikan yang ada di Desa Brangsi dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.5 Sarana pendidikan di Desa Brangsi No. Sarana pendidikan Jumlah 1. Play group 1 2. TK 1 3. SD 1 4. Madrasah Ibtidaiyah (MI) 1 5. SMP 1 6. SMA 1 7. Perguruan Tinggi - Sumber: Profil Desa Brangsi Tahun 2016

51 4. Keadaan sosial keagamaan Seluruh masyarakat Desa Brangsi menganut agama Islam, sehingga keadaan sosial keagamaan dalam kehidupan sehari-hari sangat berpegang teguh pada ajaran agama Islam atau syariat Islam. Penerapan terhadap ajaran agama Islam sendiri oleh masyarakat Desa Brangsi pada umumnya secara tradisi atau turun temurun yang diajarkan orang tua kepada anaknya dengan dibantu guru agama, sehingga aktivitas yang ada dalam masyarakat setempat sangat mencerminkan nilai-nilai islami. Di Desa Brangsi terdapat beberapa fasilitas dalam menunjang kegiatan keagamaan masyarakat yakni 1 Masjid Jamik Nurul Huda yang terletak di Jalan Garuda Timur RT. 03 dan 2 musala atau langgar. Selain untuk tempat ibadah, masjid tersebut juga digunakan untuk kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin yang diadakan setiap minggu dan kegiatan mengaji atau taman belajar Alquran. Seiring berjalannya waktu pembelajaran Alquran di alihkan ke gedung tersendiri untuk menjamin kekhusyukan beribadah dan pembelajaran Alquran itu sendiri. B. Praktik kurban nanggung utang Praktik kurban nanggung utang adalah pelaksanaan kurban di Hari Raya Iduladha oleh seseorang yang masih mempunyai tanggungan utang. Seseorang tersebut lebih mementingkan dan mendahulukan membelanjakan

52 uangnya untuk membeli hewan kurban dan menunda-nunda kewajibannya untuk membayar utang yang sudah jatuh tempo. Kebiasaan masyarakat setempat untuk selalu ingin berkurban sudah sangat melekat bahkan ada di antara masyarakatnya yang masih mempunyai tanggungan utang namun tetap ingin melaksanakan ibadah kurban karena dirasa kurang lengkap ibadahnya jika Hari Raya Iduladha tidak berkurban. Padahal seseorang tersebut disunahkan berkurban apabila ia mampu dan bagi orang yang tidak mampu tidak disunahkan berkurban serta tidak harus memaksakan diri apabila hal tersebut justru akan memberatkan. Hal inilah yang menjadi permasalahan dalam praktik utang piutang di Desa Brangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Seseorang tersebut mengesampingkan kewajibannya untuk membayar utang agar dapat melaksanakan ibadah kurban di Hari Raya Iduladha. Berikut hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya praktik kurban nanggung utang di Desa Brangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan: 1. Latar belakang utang piutang Masyarakat Desa Brangsi pada umumnya memiliki tingkat ekonomi yang berbeda-beda. Bagi para petani yang terkendala biaya untuk membeli bibit, pupuk dan modal untuk mengelola lahan pertanian biasanya akan berutang terlebih dahulu. Sebagian lagi berutang karena membutuhkan modal untuk memulai usaha baru atau untuk mengembangkan usaha yang telah ada.

53 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Putikah (muqtariḍ), alasannya berutang adalah untuk membeli bibit, pupuk dan untuk mengelola lahan pertanian. Hal ini disebabkan hasil dari panen sebelumnya terkadang sudah habis untuk biaya hidup sehari-hari. 1 Menurut Bapak Nasik, yang berutang kepadanya sebagian besar adalah para petani. Uang yang dipinjam berkisar antara Rp. 500.000,- sampai Rp. 5.000.000,- dan untuk pengembaliannya tergantung perjanjian, bisa langsung sekali panen atau mengangsur selama dua kali masa panen (1 tahun). 2 Sedangkan yang berutang kepada Ibu Hanis tidak hanya para petani, tetapi juga ada pengusaha atau pedagang. Transaksi utang piutang tersebut dilakukan secara tidak tertulis dan juga tidak melibatkan saksisaksi, namun Ibu Hanis memiliki inisiatif untuk mencatatnya sendiri di dalam buku catatan pribadi. Uang yang dipinjam oleh muqtarid} berkisar antara Rp. 500.000,- sampai Rp. 15.000.000,- sedangkan untuk pengembalian utang tergantung kesepakatan awal. Ada yang dengan cara mengangsur setiap bulan (dalam jangka waktu 1-2 tahun) atau ketika panen tiba. 3 Transaksi yang terjadi antara dua pihak hanya didasari oleh rasa saling percaya yang diberikan oleh pemberi utang (muqrid)} dan setelah adanya kata sepakat antara kedua belah pihak tentang waktu 1 Putikah, Wawancara, Lamongan, 11 November 2016. 2 Nasik, Wawancara, Lamongan, 5 November 2016. 3 Hanis,Wawancara, Lamongan, 6 Oktober 2016.

54 pengembalian utang, maka diadakan ijab kabul sebagai akhir terjadinya transaksi. Ijab merupakan pernyataan dari muqrid} sedangkan kabul yaitu pernyataan setuju atau menerima dari pihak muqtarid}. Tujuan dari ijab kabul adalah untuk mengikat kedua belah pihak terhadap akad perjanjian yang diinginkan bersama. 2. Latar belakang pengutamaan kurban Pada awalnya kurban di Desa Brangsi sangat sedikit, yakni sekitar 10 ekor kambing dan 1 ekor sapi sehingga harus mendatangkan hewan kurban dari masyarakatnya yang berada di luar daerah (seperti para pengusaha yang mempunyai galangan atau usaha di Surabaya, Sidoarjo, Tuban, Bojonegoro). Selain itu Desa Brangsi juga disuplai hewan kurban dari desa tetangga (Desa Pucangnom). Ketika itu ada salah satu dari warga yang melaksanakan ibadah kurban, padahal beliau termasuk salah satu warga yang mendapat bantuan infak dan sedekah dari desa. Beliau berkeinginan kuat untuk bisa berkurban meskipun uang untuk membeli hewan kurban itu didapatkan dari uang utang. Oleh karena itu, Bapak Ikwanto beserta perangkat desa yang lain berinisiatif untuk menggerakkan kesadaran masyarakat agar ingin dan mau untuk melaksanakan ibadah kurban dengan cara mengumpulkan masyarakat untuk diberikan bimbingan dan penjelasan mengenai pentingnya ibadah berkurban apalagi bagi mereka yang mampu melaksanakannya. Akhirnya sebagian masyarakat tergerak hatinya untuk melaksanakan ibadah kurban meskipun hewan kurban tersebut dibeli

55 dengan patungan. Dari tahun ke tahun kesadaran masyarakat semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya masyarakat yang mendaftar untuk melakukan kurban, meskipun pembelian hewan kurban masih banyak yang dilaksanakan dengan cara patungan (5-7 orang) untuk membeli sapi Brama dengan harga berkisar antara Rp. 20.000.000 Rp. 25.000.000 per ekor. 4 Sampai sekarang, ibadah kurban menjadi suatu kebiasaan dan selalu diutamakan bagi sebagian masyarakatnya, bahkan dirasa kurang lengkap jika tidak berkurban di Hari Raya Idhuladha. Desa Brangsi yang dulunya disuplai dari desa lain, kini berbalik menjadi desa yang mensuplai hewan kurban untuk desa-desa di sekitarnya. Setiap tahunnya hewan kurban yang diperoleh berkisar antara 18-25 ekor sapi dan 30-33 ekor kambing bahkan lebih. Berikut data masyarakat yang melaksanakan ibadah kurban: Tabel 3.6 Daftar jumlah pendaftar hewan kurban dari tahun 2012 2016 No. Tahun Jumlah Sapi Kambing 1. 2012 58 orang 25 ekor 33 ekor 2. 2013 54 orang 22 ekor 32 ekor 3. 2014 52 orang 22 ekor 30 ekor 4. 2015 46 orang 21 ekor 25 ekor 5. 2016 50 orang 22 ekor 28 ekor Sumber: Data Nama Pendaftar Hewan Kurban Desa Brangsi Tahun 2012-2013 3. Tanggapan tokoh agama dan masyarakat setempat mengenai pengutamaan kurban Masyarakat Desa Brangsi mempunyai perilaku yang baik ketika Hari Raya Iduladha tiba. Sebagian besar dari masyarakatnya memiliki 4 Ikwanto, Wawancara, Lamongan, 9 November 2016.

56 keinginan yang sangat kuat agar bisa berkurban. Menurut Bapak Suwito selaku tokoh agama setempat, kebiasaan untuk selalu ingin berkurban sudah sangat melekat pada masyarakat, bahkan dirasa kurang lengkap ibadahnya jika Hari Raya Iduladha tidak berkurban. Hal tersebut merupakan kemajuan yang sangat positif dan sesuai dengan yang Allah Swt. jelaskan dalam Alquran untuk berlomba-lomba dalam hal kebaikan dan takwa. 5 Berdasarkan keterangan dari masyarakat setempat, kurban di Desa Brangsi selalu banyak setiap tahunnya dan bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan dana biasanya akan berkurban dengan cara patungan. 6 Menurut keterangan dari masyarakat lainnya, antusias warga untuk berkurban sangat tinggi, bahkan dua bulan atau tiga bulan sebelum Hari Raya Iduladha sudah banyak masyarakat yang mendaftar untuk berkurban. Apalagi bagi orang yang dianggap mampu, maka tidak pantas rasanya jika tidak ikut berkurban. 7 Menurut Ibu Aris tidak menutup kemungkinan masih ada yang memiliki utang namun tetap berkurban karena berfikir utang bisa dibayarkan di lain waktu sedangkan berkurban hanya satu tahun sekali. 8 Dari hasil wawancara dengan tokoh agama dan masyarakat setempat, dapat disimpulkan bahwa pengutamaan berkurban merupakan suatu hal yang sangat positif dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dipisahkan 5 Suwito, Wawancara, Lamongan, 28 Desember 2016. 6 Ratih, Wawancara, Lamongan, 5 Oktober 2016. 7 Munasri, Wawancara, Lamongan, 5 November 2016. 8 Aris, Wawancara, Lamongan, 5 Oktober 2016.

57 bagi sebagian masyarakatnya. Mengingat Desa Brangsi yang pada awalnya selalu disuplai hewan kurban dari desa tetangga karena hewan kurban yang didapat sangat sedikit, kini berbalik menjadi desa yang mensuplai hewan kurban untuk desa-desa di sekitarnya. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa secara umum masyarakat Desa Brangsi memiliki kebiasaan yang baik dengan selalu mengutamakan pelaksanaan ibadah kurban. Akan tetapi, masyarakat belum mengetahui tentang pentingnya pelunasan utang daripada mendahulukan berkurban. 4. Praktik kurban bagi orang yang masih memiliki utang Ibadah kurban di Desa Brangsi sekarang ini sudah tidak dapat dipisahkan lagi bagi sebagian masyarakatnya. Masyarakat berlombalomba untuk mendaftar berkurban, bahkan beberapa bulan sebelum Hari Raya Idhuladha sudah banyak warganya yang mendaftar untuk berkurban. Menurut Bapak Ikwanto selaku panitia kurban, sebagian besar masyarakat yang berkurban dari tahun ke tahun tidak jauh berbeda. Hampir 70% pendaftarnya adalah orang-orang yang sama dari tahuntahun yang lalu dan untuk pendataan kurban patungan yang dicantumkan hanya satu nama saja yang mewakili. 9 Berdasarkan data-data yang telah penulis peroleh, sebagian orang yang mendaftar tersebut masih memiliki tanggungan utang. Oleh karena itu peneliti mengambil sampel dari data-data masyarakat yang melakukan kurban dari tahun 2012-2016 yang masih memiliki tanggungan utang 9 Ikwanto, Wawancara, Lamongan, 9 November 2016.

58 sebanyak 3 orang. Para pihak yang melakukan kurban dan masih memiliki tanggungan utang adalah sebagai berikut: Muqrid} Muqtarid} Jumlah utang Faizah Rp. Hanis 13.000.000 Rantiah Rp. 3.800.000 Nasik Putika Rp. 2.500.000 Sisa utang Rp. 5.700.000 Rp 1.300.000 Rp. 2.000.000 Tanggal berutang November 2012 Maret 2015 Oktober 2015 Tanggal pengembalian utang Agustus 2015 Februari 2016 Januari 2016 Untuk mengetahui dan mendapatkan data mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi pengutamaan berkurban daripada melunasi utang, penulis melakukan wawancara dengan 3 responden sebagai berikut: 1. Wawancara dengan Ibu Faizah Tiap tahune nggeh kulo usahaken kurban wong setahun pisan tok, nggeh kadang tumut patungan kadang nggeh piambakan soale nggeh Alhamdulillah tiap taune onok wae mbak sek an rejekine. 10 (Tiap tahun ya saya usahakan kurban karena hanya setahun sekali, kadang ikut patungan kadang juga sendiri soalnya ya Alhamdulillah tiap tahun ada saja rezekinya). 2. Wawancara dengan Ibu Rantiah Korban lak mek setahun pisan, dadi nek enten rejeki pas parekparek riyoyo nggeh pengene damel korban, jenenge wong kepengen korban nek enten rejeki nggeh langsung daftar ngoten mawon. 11 (Kurban kan hanya satu tahun sekali, jadi kalau ada rezeki ketika 10 Faizah, Wawancara, Lamongan, 9 November 2016. 11 Rantiah, Wawancara, Lamongan, 11 November 2016.

59 mendekati hari raya ya inginnya dibuat kurban, namanya orang ingin kurban kalau ada rezeki ya langsung daftar gitu saja). 3. Wawancara dengan Ibu Putika Jenenge uwong niku mesti nduweni kepengenan kurban, opo mane tonggo-tonggone yo podo korban, ndek kene iku ono patungan barang dadine rodok enteng nek kapan duwik e gak nyukupi korban ijen, aku yo tau milu patungan, rong taun kepungkur. Pokok e pas riyoyo kurban na pas ono duwek pisan yo kepengene gawe kurban. 12 (Namanya orang itu pasti mempunyai keinginan berkurban, apa lagi tetangga juga banyak yang berkurban, di sini itu ada patungan juga jadi agak ringan misal uangnya tidak mencukupi berkurban sendirian, saya juga pernah ikut patungan 2 tahun yang lalu. Pokoknya pas hari raya kurban dan pas ada uang juga ya inginnya dibuat berkurban). Dari hasil wawancara tersebut, diketahui faktor yang melatarbelakangi masyarakat lebih mendahulukan untuk berkurban, antara lain: 1. Ada rezeki lebih untuk membeli hewan kurban ketika mendekati hari raya. 2. Adanya keinginan untuk selalu berkurban karena menganggap berkurban hanya setahun sekali. Setelah mengetahui faktor yang melatarbelakangi masyarakat lebih mendahulukan untuk berkurban, penulis lalu membandingkan dengan 12 Putikah, Wawancara, Lamongan, 11 November 2016.

60 keterangan yang penulis dapatkan dari pemberi utang (Ibu Hanis dan Bapak Nasik) bahwasanya muqtariḍ tidak memberi tahu terlebih dahulu mengenai pendaftaran kurban tersebut. Pemberi utang (muqriḍ) juga telah mengingatkan kepada muqtariḍ untuk segera melunasi utangnya karena sudah jatuh tempo. Akan tetapi muqtariḍ mengatakan jika masih belum mempunyai uang untuk melunasinya. Jika dilihat secara kasat mata muqtariḍ telah memiliki kemampuan untuk membayar utang kepada muqriḍ. Hal ini dapat diketahui karena muqtariḍ mampu membeli seekor kambing atau sapi untuk dikurbankan pada Hari Raya Iduladha meskipun sapi tersebut dibeli dengan uang urunan. Di sini terlihat bahwa muqtariḍ tidak mempunyai iktikad baik untuk membayar utang dan lebih mementingkan melaksanakan ibadah kurban daripada melunasi utangnya tersebut. 5. Resiko dari pelaksanaan kurban bagi orang yang masih memiliki utang Kebiasaan masyarakat setempat untuk selalu ingin berkurban sudah sangat melekat bahkan ada di antara masyarakatnya yang masih mempunyai tanggungan utang namun tetap ingin melaksanakan ibadah kurban karena dirasa kurang lengkap ibadahnya jika Hari Raya Iduladha tidak berkurban. Dalam teorinya, seseorang tersebut disunahkan berkurban apabila ia mampu dan bagi orang yang tidak mampu tidak disunahkan berkurban serta tidak harus memaksakan diri apabila hal tersebut justru akan memberatkan.

61 Menurut Bapak Suwito apabila terjadi hal demikian, kurban tersebut boleh jika si pemberi utang telah mengetahui sebelumnya dan merelakan untuk yang diutangi tersebut berkurban terlebih dahulu. Akan tetapi jika ada yang masih memiliki utang dan sudah waktunya untuk melunasi maka hendaknya pelunasan utang tersebut lebih di utamakan. Berdasarkan gambaran sementara dari data yang diperoleh dari lapangan, praktik kurban nanggung utang di Desa Brangsi dilakukan oleh masyarakat yang beragama Islam dan berpedoman pada ajaran Islam (Alquran dan sunah) sehingga masih bersedia menerima perbaikanperbaikan yang berkenaan dengan hukum Islam (Syariat Islam).