Nama : Zeremia Samosir NIM : Kelas : D Matakuliah : PE Prog. Promosi Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
ERA PKMD, POSYANDU DAN PENYULUHAN KESEHATAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (KURUN WAKTU )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

HEALTH PROMOTION: PRINCIPLES. Drs. Wiranto, M.Kes.

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang

MENGAPA PROMOSI KESEHATAN?

STRATEGI DALAM PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN

OLEH: Ismoyowati DISAMPAIKAN PADA SIMPOSIUM DALAM MUKERNAS KE-12 IAKMI PONTIANAK-10 JULI 2012

II. TINJAUAN TEORITIS

UPAYA PROMOSI KESEHATAN

BAB III DATA 3.1 Media Pengertian Media Media Komunikasi

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN

ELVI SUNARSIH, S.KM.M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

SITUASI KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA Oleh : Dewi Klarita Furtuna

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENCAPAI TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB/SDGs)

Makalah Tentang Masalah Kesehatan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Pendidikan & Promosi Kesehatan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

Paradigma sehat di era reformasi lebih mengutamakan promotif dan preventif di samping upaya kuratif dan rehabilitatif

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

KONSEP PROMOSI KESEHATAN. Oleh: Purwaningsih

Dr. Siane Nursianti T, MKM

BAB I PENDAHULUAN. dijabarkan dalam Sistem Kesehatan nasional yaitu bahwa tujuan Sistem Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan harus bersifat menyeluruh (holistik), karena

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. bagaimana cara menuju ke arah tersebut. Oleh karena itu, BPMD menentukan Visi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

RENCANA AKSI KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Deskripsi

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact: Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: /

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

Visi TERWUJUDNYA KOTA JAMBI SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA BERBASIS MASYARAKAT YANG BERAKHLAK DAN BERBUDAYA. Misi

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

Kerangka Acuan Program Pemberdayaan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Agus Samsudrajat S, SKM Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Kapuas Raya Sintang

P E M B A N G U N A N B E R K E L A N J U T A N

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GAMBARAN PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT UMUM TERMINAL BRATANG, SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

Pemberdayaan Pasien. Dr. Budi Wahyuni, MM,MA PKBI-DIY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN. Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat

MATA KULIAH. Kesehatan Reproduksi WAKTU DOSEN TOPIK. Upaya Promotif Dan Preventif. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB I PENDAHULUAN. mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sektor kesehatan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

PENDIDIKAN KESEHATAN

PENGERTIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

INDONESIA NEW URBAN ACTION

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Transkripsi:

Nama : Zeremia Samosir NIM : 121000396 Kelas : D Matakuliah : PE Prog. Promosi Kesehatan Promosi kesehatan merupakan salah satu aspek dalam mewujudkan pembangunan kesehatan. Promosi kesehatan merupakan proses memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta pengembangan lingkungan sehat (Depkes, 2003). Dalam mewujudkan promosi kesehatan dapat dicapai melalui 3 (strategi) utama, yaitu : advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan. Ketiganya diharapkan saling bersinergis dengan didukung oleh pola kemitraan yang nantinya dapat mewujudkan perilaku mencegah dan mengatasi masalah kesehatan. Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada tahun 1986 telah menghasilkan Piagam Ottawa ( Ottawa Charter ) yang berisi 5 ( lima ) butir kesepakatan yang meliputi : 1. Kebijakan berwawasan kesehatan ( Healthy public policy ) Dalam proses pembangunan adakalanya aspek kesehetan sering diabaikan, oleh karena itu adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan, diharapkan bisa mengedepankan proses pembangunan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada para pengambil kebijakan ( policy makers) atau pembuat keputusan (decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta. Sebagai contoh ; adanya perencanaan pembangunan PLTN di daerah jepara, para penagmbil kebijakan dan pembuat keputusan harus benar-benar bisa memperhitungkan untung ruginya. harus diperhatikan kemungkinan dampak radiasi yang akan ditimbulkan, serta kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa berdampak pada kesehatan. 2. Lingkungan yang mendukung ( Supportive environment ). Aspek lingkungan juga perlu diperhatikan. Lingkungan disini diartikan dalam pengertian luas. Baik lingkungan fisik (biotik, non biotik), dan lingkungan non fisik. Diharapkan tercipta lingkungan yang kondusip yang dapat mendukung terwujudnya masyarakat yang sehat. Contoh : perlunya jalur hijau didaerah perkotaan, yang akhir-akhir ini sering diabaikan pemanfaatannya oleh oknum-oknum tertentu. perlunya perlindungan diri pada kelompok terpapar pencemaran udara, seperti penggunaan masker pada penjaga loket jalan tol, petugas polantas, dsb. 3. Reorientasi pelayanan kesehatan ( Reorient health service ). Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan, tanggung jawab pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi pelayanan (health provider ), tetapi pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi pelayanan kesehatan ( health provider )

dan pihak yang mendapatkan pelayanan. Bagi pihak pemberi pelayanan diharapkan tidak hanya sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja, tetapi juga bisa membangkitkan peran serta aktif masyarakat untuk berperan dalam pembangunan kesehatan. dan sebaliknya bagi masyarakat, dalam proses pelayanan dan pembangunan kesehatan harus menyadari bahwa perannya sangatlah penting, tidak hanya sebagai subyek, tetapi sebagai obyek. Sehingga peranserta masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangatlah diharapkan. Contoh : semakin banyaknya upaya-upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat (UKBM), seperti posyandu, UKGMD, Saka bhakti Husada, poskestren, dll. 4. Ketrampilan individu ( Personal Skill ) Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, ketrampilan individu mutlak diperlukan. Dengan harapan semakin banyak individu yang terampil akan pelihara diri dalam bidang kesehatan, maka akan memberikan cerminan bahwa dalam kelompok dan masyarakat tersebut semuanya dalam keadaan yang sehat. ketrampilan individu sangatlah diharapkan dalam mewujudkan keadaan masyarakat yang sehat. Sebagai dasar untuk terapil tentunya individu dan masyarakat perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan mengenai kesehatan, selain itu masyarakata juga perlu dilatih mengenai cara-cara dan pola-pola hidup sehat. Contoh : melalui penyuluhan secra indicidu atau kelompok seperti di Posyandu, PKK. Adanya pelatihan kader kesehatan, pelatihan dokter kecil, pelatihan guru UKS, dll. 5. Gerakan masyarakat ( Community action ). Adanya gerakan ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kesehatan tidak hanya milik pemerintah, tetapi juga milik masyarakat. Untuk dapat menciptakan gerakan kearah hidup sehata, masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan. selain itu masyarakat perlu diberdayakan agar mampu berperilaku hidup sehat. Kewajiban dalam upaya meningkatkan kesehatan sebagai usaha untuk mewujudkan derajat setinggi-tingginya, teranyata bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan. Masyarakat justru yang berkewajiban dan berperan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Hal ini sesuai yang tertuang dalam Pasal 9, UU N0. 36 tahun 2009 Tentang kesehatan, yang berbunyi : Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Contoh ; adanya gerakan 3 M dalam program pemberantasn DBD, gerakan jumat bersih, perlu diketahuai di negeri tetangga malaysia ada gerakan jalan seribu langkah (hal ini bisa kita contoh), bahkan untuk mengukurnya disana sudah dijual alat semacam speedometer.

BATASAN PROMOSI KESEHATAN Menurut Piagam Ottawa, Promosi Kesahatan adalah suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan status kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health). Untuk mencapai status kesehatan paripurna baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial dan personal, sebagaimana halnya kapasitas fisik. Karena itu, promosi kesehatan bukan saja tanggung jawab sektor kesehatan, tapi juga meliputi sektor-sektor lain yang mempengaruhi gaya hidup sehat dan kesejahteraan sosial. DETERMINAN KESEHATAN Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa adanya 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah: a). lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun lingkungan non fisik (sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya), b). perilaku, c). pelayanan kesehatan, dan d). keturunan atau herediter. Determinan lingkungan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana dan parasarana, dan sebagainya), dan lingkungan non fisik, seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagianya. Derajat kesehatan dalam pengertian tersebut di atas jelas dibedakan antara derajat kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena derajat kesehatan perorangan (individu), kelompok dan masyarakat memang berbeda. Determinan untuk kesehatan kelompok atau komunitas mungkin sama, tetapi untuk kesehatan individu, disamping empat faktor tersebut, juga faktor internal individu juga berperan, misalnya : umur, gender, pendidikan, dan sebagainya, disamping faktor herediter. Bila kita analisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua faktor diluar kehidupan manusia, baik secara individual, kelompok, maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, disamping determinan-determinan derajat kesehatan yang telah dirumuskan oleh Blum tersebut masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat. Faktor-faktor atau determinan-determinan yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam Piagam Otawa (Ottawa Charter) disebut prasyarat untuk kesehatan (prerequisites for health). Piagam Ottawa, 1986 mengidentifikasikan prasayarat untuk kesehatan ini dalam 9 faktor, yakni: 1. Perdamaian atau keamanan (peace) 2. Tempat tinggal (shelter) 3. Pendidikan (education) 4. Makanan (food) 5. Pendapatan (income) 6. Ekosistem yang stabil dan seimbang (a stable eco-sistem) 7. Sumber daya yang berkesinambungan (sustainable resources)

8. Keadilan sosial (social justice) 9. Pemerataan (equity) MISI PROMOSI KESEHATAN Dalam Ottawa Charter secara implisit dirumuskan 3 hal yang penting untuk mengimplementasikan Promosi Kesehatan, atau dapat juga disebut sebagai misi Promosi Kesehatan, yakni : Advokasi (Advocacy) : Kesehatan yang baik merupakan sumber utama untuk perkembangan sosial, ekonomi, dan personal, dan merupakan dimensi penting dari kualitas hidup. Faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku dan biologis, yang semuanya. Memampukan atau Memperkuat : Promosi Kesehatan fokus pada pencapaian kesetaraan atau keadilan dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Aksi atau gerakan promosi kesehatan bertujuan untuk mengurangi perbedaan di dalam status kesehatan dan menjamin sumber dan kesempatan yang sama yang memungkinkan semua orang mencapai potensi kesehatan yang seluas-luasnya. Ini menliputi fondasi keamanan pada lingkungan yang mendukung, akses terhadap informasi, kesempatan memperoleh kemampuan dan kesempatan untuk menentukan pilihan untuk menjadi sehat. Orang tidak dapat mencapai potensi kesehatan yang utuh, kecuali mereka mampu mengendalikan halhal yang menentukan kesehatan mereka. Hal ini harus berlaku sama pada pria dan wanita. Menjembatani : Persyaratan dasar dan prospek kesehatan tidak dapat diselenggarakan oleh sektor kesehatan saja. Lebih penting lagi, Promosi Kesehatan membutuhkan aksi yang terkordinasi dengan sektor lain: oleh pemerintah, sektor kesehatan, sektor sosial, ekonomi dan dengan organisasi-organisasi pemerintah lainnya seperti relawan, swasta, pemerintah daerah, sektor industri serta media. Sepanjang perjalanan hidupnya, orang selalu terlibat, baik sebagai individu, anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Para professional, kelompok-kelompok sosial dan petugas kesehatan memiliki tanggung jawab utama untuk melakukan mediasi atau menjembatani antara kepentingan manyarakat dengan berbagai pihak untuk mencapai hidup sehat masyarakat. Strategi-strategi dan program promosi kesehatan sebaiknya di sesuaikan dengan kebutuhan lokal, sesuai dengan sistem sosial, budaya dan ekonomi setempat. Berbagai pemangku kepentingan atau Stakeholders perlu dilibatkan dalam upaya promosi kesehatan. Oleh karena itu betapa pentingnya mengembangkan mekanisme institusional untuk menyatupadukan stakeholders tersebut. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN Berdasarkan pada 3 hal tersebut sebagai arahan atau dapat dikatakan sebagai misi promosi kesehatan, Piagam Otawa merumuskan makna atau arti dari gerakan kegiatan promosi kesehatan. Selanjutnya gerakan ini dapat dipandang sebagai strategi promosi pesehatan, sebagi pelengkap dari strategi promosi kesehatan yang telah dirumuskan oleh WHO tahun 1984. Gerakan atau strategi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan Kebijakan Publik Berwawasan Sehat (Build Healthy Public Policy): Promosi kesehatan tidak sekedar pada tingkat pelayanan kesehatan semata. Promosi kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda di tingkat pengambil keputusan di berbagai sektor di tiap lapisan sistem sosial, mengarahkan mereka untuk menyadari konsekuensi kesehatan dari keputusan yang mereka ambil serta menerima tanggung jawab mereka dalam upaya kesehatan. Kebijakan promosi kesehatan mengkombinasikan pendekataan yang berbeda, tapi saling terkait, mencakup perubahan perundang-undangan, pengukuran fiskal, pajak dan perubahan organisasi. Harus ada aksi yang terkordinir yang mengarah pada kebijakan kesehatan, penghasilan dan kebijakan umum (sosial) yang mempercepat upaya kesetaraan/keadilan yang lebih baik. Kerja sama aksi membantu jaminan pelayanan yang lebih aman dan lebih sehat, lebih bersih dan lingkungan yang lebih nyaman. Kebijakan promosi kesehatan membutuhkan upaya identifikasi hambatan-hambatan dalam mengadopsi kebijakan umum yang sehat untuk sektor non kesehatan, dan cara mengatasi hambatan tersebut. Dalam menentukan sasaran harus dapat menciptakan berbagai pilihan yang lebih sehat dan lebih mudah bagi pembuat kebijakan. 2. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment) Masyarakat kita sangat kompleks, saling terkait, saling mempengaruhi dan saling tergantung. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari tujuan hidup lainnya. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya merupakan dasar pendekatan sosio-ekologis untuk kesehatan. Seluruh prinsip dasar bagi dunia, negara, wilayah dan masyarakat pada umumnya merupakan suatu kebutuhan untuk mendorong saling menjaga, saling menolong sesama anggota masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. Konservasi lingkungan alam di kawasan dunia harus ditekankan sebagai tanggung jawab global. Perubahan gaya hidup, cara kerja dan kegiatan rekreasi mengandung dampak yang signifikan terhadap kesehatan. Aktivitas kerja dan rekreasi seharusnya merupakan sumber kesehatan manusia. Cara masyarakat mengatur pekerjaan harus membantu menciptakan masyarakat sehat. Promosi kesehatan menggerakan kondisi kerja dan kehidupan yang aman, merangsang, memuaskan serta nyaman. Perkiraan yang sistematik dari dampak kesehatan yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan yanga cepat, khususnya di bidang teknologi, pekerjaan, produksi bahan bakar dan urbanisasi merupakan hal penting dan harus diikuti oleh aksi untuk menjamin manfaat yang positif bagi kesehatan masyarakat. Pelestarian dan perlindungan terhadap lingkungan dan sumber daya alam harus dicanangkan dalam setiap strategi Promosi kesehatan. 3. Memperkuat Aksi/Gerakan Masyarakat (Strengthening Community Action) Mekanisme promosi kesehatan berfungsi melalui aksi atau gerakan masyarakat yang konkrit dan efektif dalam penetuan prioritas, pengambilan keputusan, strategi perencanaan serta penerapannya untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah Pemberdayaan Masyarakat (empowerment) - kepemilikan serta kendali (control) terhadap keinginan dan nasib mereka. Pengembangan masyarakat diarahkan untuk mencari potensi diri dan sumber data materi yang ada dalam masyarakat guna meningkatkan kemandirian (self-help) dan dukungan sosial (sosial support) yang ada dalam masyarakat guna meningkatkan kemandirian dan dukungan sosial untuk mengembangkan sistem yang fleksibel guna merangsang keterlibatan masyarakat dalam setiap program kesehatan. Hal ini membutuhkan akses yang memadai terhadap informasi, kesempatan belajar yang luas dan terus menerus serta penggalian sumber dana.

4. Pengembangan Keterampilan Perseorangan (Develop Personal Skills) Promosi kesehatan menunjang pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan akses informasi, pendidikan kesehatan serta peningkatan keterampilan diri. Dengan demikian, maka promosi kesehatan dapat memperluas pilihan-pilihan yang tersedia bagi anggota masyarakat menggunakan kendali (control) terhadap kesehatan dan lingkungan, serta menentukan pilihan yang bermanfaat bagi kesehatan. Adalah penting memahami kondisi tubuh seseorang untuk mengenal kapan dan mengapa terjadi masalah. Perubahan kecil yang terjadi pada salah satu fungsi tubuh dapat menjadi bukti bahwa ada sesuatu yang salah, sehingga memungkinkan untuk pencegahan risiko penyakit dan tetap sehat. Menyediakan kemungkinan orang untuk belajar, melalui pengalaman hidup sehari-hari, menyiapkan diri menghadapi masalah penyakit dan kecelakaan merupakan hal yang sangat penting. Kesempatan ini dapat difasilitasi pada tatanan sekolah, rumah tangga, tempat kerja serta pada tataanan masyarakat umum. Aksi-aksi ini diperlukan melalui institusi pendidikan, profesi, komersial dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). 5. Reorientasi sistem Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services) Tanggung jawab promosi kesehatan dalam pelayanan kesehatan menyebar di tingkat individual, keluarga, masyarakat, kelompok, petugas kesehatan, institusi pelayanan kesehatan dan pemerintah. Semua harus bekerja sama dalam upaya pelayanan kesehatan demi terciptanya status kesehatan yang optimal. Sistem pelayanan kesehatan tidak lagi berorientasi kuratif, tetapi juga mencakup upaya-upaya preventif, rehabilitatif dan promotif, disamping upaya-upaya lainnya yang memungkinkan berbagai pihak terlibat dalam memecahkan masalah kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Peran sektor pelayanan kesehatan harus bergerak dengan cepat mengikuti arah perkembangan program-program promosi kesehatan disamping tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan klinis dan kuratif. Pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan kepekaan sosiobudaya seperti adat, tradisi dan kebiasaan serta kebutuhan masyarakat setempat. Reorientasi upaya pelayanan kesehatan juga harus menaruh perhatian pada riset-riset kesehatan serta perubahan yang terjadi, arah pendidikan profesi dan pendidikan keterampilan Orientasi ini harus dapat menciptakan atau merangsang suatu perubahan sikap, perilaku, dan perubahan organisasi pelayanan kesehatan yang berfokus pada kebutuhan total individu sebagai manusia seutuhnya. KOMITMEN TERHADAP PROMOSI KESEHATAN Konferensi Ottawa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang terkait dengan komitmen terhadap Promosi Kesehatan ke depan, sebagai berikut: 1. Memusatkan sasaran ke arah kebijakan publik berwawasan kesehatan, dan melakukan advokasi untuk memperoleh komitmen politik yang jelas terhadap kesehatan dan kesetaraan/keadilan di seluruh sektor 2. Melakukan perlawanan atau penolakan terhadap tekanan-tekanan yang berasal dari produkproduk berbahaya, pengurasan sumber daya alam secara tidak bertanggung jawab, kondisi lingkungan hidup yang tidak nyaman untuk kesehatan, gizi, serta memusatkan perhatian pada isu-isu global seperti polusi, kecelakaan dan keselamatan kerja pengadaan perumahan dan pembentukan pemukiman yang aman dan sehat. 3. Merespon kesenjangan dalam pelayanan kesehatan yang ada di dalam masyarakat dan menjembatani kesenjangan tersebut dengan kebijakan dan peraturan-peraturan yang dapat

mendorong terciptanya kesetaraan atau keadilan, baik untuk mendapatkan kesempatan dalam pelayanan kesehatan maupun fasilitas atau kesempatan lainnya, seperti pekerjaan, jaminan asuransi kesehatan dan sebagainya. 4. Menempatkan manusia sebagai subyek utama kesehatan, untuk mendorong dan memungkinkan mereka menjaga kesehatan diri, keluarga, teman, baik secara finansial maupun dukungan lainnya, serta menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang esensial dalam meningkatkan status kesehatan, kondisi kehidupan dan kesejahteraan sosial mereka. 5. Melakukan reorientasi dalam sistem pelayanan kesehatan dan sumber daya yang ada demi peningkatan status kesehatan, serta berbagi peran dengan sektor dan disiplin lain, terutama dengan anggota masyarakat itu sendiri. 6. Menempatkan kesehatan dan pemeliharaannya sebagai investasi sosial utama, mengamanatkan isu ekologis kehidupan masyarakat secara menyeluruh. 7. Konferensi ini mendorong fihak yang berkepentingan utnuk bekerja sama dengan mereka sebagai mitra kesehatan masyarakat yang kuat.