KRITERIA MENJADI IMAM SHOLAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar Ibnu Rifai Sahabat mulia, Malik bin al-huwairits radhiyallahu anhu bercerita, خ ب ر ن اه ه ل ن ا ف ا ل ن ا ع م ن ت ر ك ن ا ف ي أ ه ل ن ا و س ا ن ا اش ت ق ن ا أ ق م ن ا ع ن د ه ع ش ر ين ل ي ل ة ف ظ ن أ أ ت ي ن ا الن ب ي, و ن ح ن ش ب ب ة م ت ق ار ب ون ف ا ص ل ي و إ ذ ا ح ض ر ت الص لا ة ف ل ي و ذ ن ي ت م ون ي أ و ك ان ر ف يق ا ر ح يم ا ف ق ال : ار ج ع وا إ ل ى أ ه ل يك م ف ع ل م وه م و م ر وه م و ص ل وا ك م ا ر أ ك ب ر ك م ل ك م أ ح د ك م ث م ل ي و م ك م أ Kami pernah datang menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Saat itu, kami semua pemuda sebaya. Kami pun bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam selama 20 hari 20 malam. Setelah memandang bahwa kami telah merindukan keluarga, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallambertanya kepada kami tentang keluarga yang kami tinggalkan. Kami pun menceritakannya kepada beliau. Ternyata, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Setelah itu beliau bersabda, Pulanglah ke keluarga kalian. Tinggallah di antara mereka, ajari dan perintahkan mereka (untuk melaksanakan Islam). Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku melaksanakan shalat. Jika waktu shalat telah tiba, salah seorang di antara kalian hendaknya mengumandangkan azan untuk kalian dan yang paling tua di antara kalian menjadi imam. Kedudukan Hadits Malik bin al- Huwairits radhiyallahu anhu
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Peristiwa datangnya Malik bin al- Huwairits radhiyallahu anhu bersama rombongan dari suku Laits disebutkan oleh sebagian ahli sejarah terjadi pada tahun al- Wufud (tahun kedatangan utusan secara bergelombang dari berbagai negeri untuk menyatakan keislaman). Ibnu Sa d rahimahullah menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi sebelum Perang Tabuk yang terjadi pada bulan Rajab tahun 9 H. (Fathul Bari, 13/292 293) Pandangan Ulama tentang Hadits Ini Ash-Shan ani rahimahullah menyatakan, Hadits ini adalah landasan yang kuat untuk menyatakan bahwa apa yang dilakukan dan yang diucapkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di dalam shalat adalah bayan (penjelasan) tentang perintah shalat yang masih mujmal (global) di dalam al-qur an. (Subulus Salam) Asy- Syaukani rahimahullah berkata, Hadits ini menjelaskan tentang wajibnya seluruh perbuatan dan ucapan di dalam shalat yang tsabit (sahih) dari RasulullahShallallahu alaihi wasallam. Yang mendukung hal ini adalah tata cara tersebut merupakan bentukbayan (penjelasan) terhadap firman Allah Subhanahu wata ala yang masih mujmal (global) dari ayat, و أ ق يم وا الص لا ة Dan dirikanlah shalat. (al- Baqarah: 43) Perintah di atas adalah perintah al- Qur an yang menunjukkan wajib. Dan bayan (penjelasan) untuk bentuk mujmal (global) yang wajib juga dihukumi wajib. (Nailul Authar 2/175) Adapun sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam, ص ل ي و ص ل وا ك م ا ر أ ي ت م ون ي أ Dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku melaksanakan shalat, diterangkan oleh al-imam Ibnu Hibban rahimahullah, (Kalimat ini) adalah bentuk perintah yang mencakup segala hal yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di dalam shalatnya. Hal-hal yang dikecualikan oleh ijma atau riwayat, maka tidak ada dosa bagi yang meninggalkannya di dalam shalat. Adapun yang tidak dikecualikan oleh ijma atau riwayat, maka hal itu adalah perintah yang tidak boleh ditinggalkan oleh kaum muslimin seluruhnya, apa pun alasannya. (al- Ihsan, 3/286)
Beberapa Hukum dan Faedah dari Hadits Malik bin al-huwairits radhiyallahu anhu Ada banyak hukum dan faedah yang dapat dipetik dari hadits Malik bin al- Huwairits radhiyallahu anhu antara lain, 1. Semangat setiap muslim untuk menyampaikan ilmu dan kebenaran. Al Imam al Bukhari rahimahullah memberikan judul bab untuk hadits di atas di salah satu pembahasannya, Motivasi Nabi Shallallahu alaihi wasallam kepada Utusan Suku Abdul Qais Agar Mereka Menghafalkan Iman dan Ilmu lalu Menyampaikannya kepada Masyarakat Mereka. Malik bin al-huwairits radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berpesan kepada kami, Pulanglah kepada keluarga kalian dan ajarkanlah ilmu kepada mereka. 2. Azan dan iqamat disyariatkan untuk shalat saat sedang safar. Hukum ini diambil dari sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam pada hadits di atas, و إ ذ ا ح ض ر ت الص لا ة ف ل ي و ذ ن ل ك م أ ح د كم Jika waktu shalat telah tiba, hendaknya salah seorang di antara kalian mengumandangkan azan untuk kalian. Al-Imam Bukhari rahimahullah membuat judul untuk hadits di atas pada salah satu pembahasannya, bab Azan dan Iqamat bagi Musafir Apabila Mereka Berjamaah. Dalil lain adalah hadits Abu Qatadah rahimahullah dalam riwayat Muslim (no. 681) yang secara panjang mengisahkan salah satu safar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Dalam perjalanan tersebut, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat tertidur sampai matahari terbit. Kemudian Bilal mengumandangkan azan. Dalil berikutnya adalah hadits Uqbah bin Amir yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2203), beliau pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, ي ع ج ب ر ب ك م م ن ر اع ي غ ن م ف ي ر أ س ش ظ ي ة ب ج ب ل ي و ذ ن ب الص لا ة و ي ص ل ي ف ي ق ول الله ع ز و ج ل : ان ظ ر وا إ ل ى ع ب د ي ه ذ ا ي و ذ ن و ي ق يم الص لا ة ي خ اف م ن ي ق د غ ف ر ت ل ع ب د ي و أ د خ ل ت ه ال ج ن ة Rabb kalian kagum terhadap seorang penggembala kambing yang berada di puncak bukit. Ia mengumandangkan azan dan melaksanakan shalat. Lalu Allah Shallallahu alaihi wasallam berfirman, Lihatlah hamba- Ku ini. Ia mengumandangkan azan dan melaksanakan
shalat karena takut kepada-ku. Sungguh, Aku telah memberikan ampunan untuknya dan Aku akan memasukkannya ke dalam surga. Al-Imam Abu Dawud rahimahullah membuat judul untuk hadits di atas, bab Azan di Saat Safar. Hadits ini dinyatakan sahih oleh al-albani dalam ash-shahihah (1/65). 3. Bersikap kasih sayang dan lembut kepada sesama manusia. Al Imam al Bukhari rahimahullah memberikan judul untuk hadits di atas pada salah satu pembahasannya, bab Bersikap Rahmat kepada Binatang dan Manusia. Faedah ini dipahami dari keterangan Malik bin al-huwairits radhiyallahu anhu yang menilai Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, و ك ان ر ف يق ا ر ح يم ا Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang penuh kasih dan kelembutan. Al-Hafizh Ibnu Hajar radhiyallahu anhu menerangkan bahwa ada dua riwayat di dalam Shahih al-bukhari untuk lafadz (ر ف يق ا), ), dengan huruf fa kemudian qaf (ر ف يق ا ), dengan huruf qaf kemudian qaf lagi. Adapun di dalam riwayat Muslim hanya dengan (ر ق يق ا lafadz ( ر ق يق ا ), dengan huruf qaf kemudian qaf lagi. Namun, kedua lafadz tersebut satu makna. 4. Keterangan tentang salah satu kriteria imam shalat. Adapun kriteria seorang muslim yang berhak menjadi imam telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah hadits secara berurutan. Beliau Shallallahu alaihi wasallam bersabda, ق د م ه م ع ل م ه م ب الس ن ة ف ا ن ك ان وا ف ي الس ن ة س و اء ف ا ي و م ال ق و م أ ق ر ؤ ه م ل ك ت اب الله ف ا ن ك ان وا ف ي ال ق ر اء ة س و اء ف ا ه ج ر ة ف ا ن ك ان وا ف ي ال ه ج ر ة س و اء ف ا ق د م ه م س ل م ا و لا ي و م ن الر ج ل الر ج ل ف ي س ل ط ان ه و لا ي ق ع د ف ي ب ي ت ه ع ل ى ت ك ر م ت ه إ لا ب ا ذ ن ه Yang berhak menjadi imam shalat untuk suatu kaum adalah yang paling pandai dalam membaca al-qur an. Jika mereka setara dalam bacaan al- Qur an, (yang menjadi imam adalah) yang paling mengerti tentang sunnah Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Apabila
pembahasannya, bab Keterangan tentang Diperbolehkannya Khabar dari Satu Orang yang Jujur Tepercaya dalam Masalah Azan, Shalat, Puasa, Kewajiban- Kewajiban Islam, dan Masalah Ahkam. 6. Perjuangan dakwah Islam tidak pernah lepas dari peran dan andil para pemuda. Di dalam hadits di atas, suku Laits mengutus kaum muda untuk mempelajari syariat Islam agar dapat diajarkan kembali kepada masyarakatnya. Allah Subhanahu wata ala berfirman tentang Ashabul Kahfi, إ ن ه م ف ت ي ة آم ن وا ب ر ب ه م و ز د ن اه م ه د ى Sesungguhnya mereka kau adalah pemuda-pemuda yang berkman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. (al-kahfi: 13) Ibnu Katsir rahkmahullah menerangkan, Allah Subhanahu wata ala menjelaskan (tentang Ashabul Kahfi) bahwa mereka adalah para pemuda. Kaum muda lebkh mudah menerkma alhaq (kebenaran) dan lebkh cepat mengikuti jalan kebaikan dibandingkan dengan kaum tua. Sebab, kaum tua telah terlalu jauh dan tenggelam di dalam agama kebatilan. Oleh sebab kau, kalangan sahabat yang menyambut seruan Allah Subhanahu wata ala dan Rasul-Nya didominasi oleh kaum muda. Adapun kalangan tua Quraisy, mayoritas mereka tetap memilih agama nenek moyang. Hanya sedikit saja dari kalangan tua yang masuk Islam. Di dalam ayat lain, tentang dakwah Nabi Musa Alakhissalam, Allah Subhanahu wata ala berfirman, ف م ا آم ن ل م وس ى إ لا ذ ر ي ة م ن ق و م ه ع ل ى خ و ف م ن ف ر ع و ن و م ل ي ه م أ ن ي ف ت ن ه م Maka tidak ada yang berkman kepada Musa, selain pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. (Yunus: 83) Ibnu Katsir rahkmahullah menerangkan, Allah Subhanahu wata ala memberkkan kabar, meskipun Nabi Musa Alakhissalam membawa ayat-ayat yang kuat, argumen-argumen pasti, dan alasan-alasan yang jelas, tetap saja kaumnya tidak berkman kecuali sedikit sekali. Yang sedikit kau adalah kaumdzurrkyah, yakau kaum muda. Iau pun masih dibayangi oleh kecemasan dan kekhawatiran dari makar Fir aun dan pengikutnya yang berusaha mengembalikan mereka kepada kekufuran sebagakmana dahulu.
Mudah-mudahan beberapa pelajaran dari hadits Malik bin al-huwairits radhiyallahu anhu di atas bermanfaat. Wallahul muwaffiq. Sumber : Majalah AsySyariah