BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS STATISTIK UNIVARIAN Analisis statistik yang dilakukan yaitu analisis statistik univarian untuk ketebalan batubara. Analisis statistik ini dilakukan untuk melihat variasi ketebalan batubara. Dengan demikian dapat diketahui apakah ketebalan batubara merata di seluruh daerah atau terdapat penipisan dan penebalan yang berarti. Hasil analisis statistik univarian di atas menunjukkan nilai standar deviasi (STD) ketebalan per seam sebagian cukup tinggi. Menurut analisis statistik, nilai STD yang cukup tinggi mengindikasikan adanya kesalahan data, tetapi untuk kasus ini data ketebalan per seam tersebut dianggap tidak salah. Hal ini diakibatkan adanya perbedaan atau variasi ketebalan per seam yang cukup tinggi. Variasi ketebalan per seam tersebut dapat diakibatkan adanya proses genesa batubara khusus yang menghasilkan bentuk-bentuk seperti pinch, horseback, dan lainnya. Bentuk-bentuk tersebut mengakibatkan variasi ketebalan yang cukup tinggi walaupun dalam jarak yang relatif dekat. 5.2 PEMODELAN ENDAPAN BATUBARA Stratmodel didasarkan pada prinsip umum stratigrafi terutama tentang urutan lapisan yang diendapkan pada suatu periode tertentu yang menerus dan selaras. Urutan lapisan selaras tersebut dikenal dengan conformable sequence, dimana secara stratigrafi conformable sequence merupakan suatu paket endapan yang mempunyai karakteristik stratigrafi dan struktural yang sama. Sesuai dengan prinsip tersebut, Stratmodel membuat satu atau lebih conformable sequence dengan mengikuti pola kecenderungan struktur regional V 1
yang mempengaruhi seluruh bentuk lapisan. Susunan lapisan dalam suatu conformable sequence dimodel sedemikian rupa satu dengan lainnya sehingga tidak saling berpotongan. Stratmodel dapat membuat suatu model geologi yang terdiri dari beberapa conformable sequence yang selaras maupun tidak satu sama lainnya. Conformable sequence dalam Stratmodel dapat didefenisikan sebagai susunan satu atau lebih interval (lapisan batubara) atau surface. Surface tidak mempunyai ketebalan, sedangkan interval mempunyai ketebalan dan terdiri dari dua buah surface, yaitu roof dan floor. Interval dan surface dalam Stratmodel termasuk sebagai bagian dari suatu istilah yang disebut Unit. Jadi suatu unit dapat berupa interval atau surface yang didefenisikan. Unit dibagi kedalam dua jenis, yaitu: Elemental unit, berupa lapisan tunggal, splitting dari seam atau surface. Compound unit, berupa interval yang analog dengan parent seam dari seam yang split. Dalam Stratmodel semua parameter pembuatan model meliputi stratigrafi dan parameter geologi lainnya didefenisikan dalam suatu istilah yang disebut Schema. Hasil pemodelan berupa tampilan grafis berupa kontur untuk setiap surface dan interval. Untuk penetuan struktur perlapisan batubara dugunakan tampilan kontur ketebalan dan surface dari masing-masing seam batubara. Berdasarkan hasil pemodelan di atas diperoleh: Group seam C, yang terdiri dari Seam C upper, Seam C lower, dan Seam C sebagai parent seam memiliki perlapisan N197 0 E/20 0 dan N176 0 E/22 0. Terdapat antiklin yang bersifat minor di bagian timur (9645013,32 9645513,32). Sebaran ketebalan Group Seam C cukup bagus sebab terpusat di bagian tengah pit, dengan kontur ketebalan maksimum 4m. Group seam D, yang terdiri dari Seam D upper, Seam D lower, dan Seam D sebagai parent seam memiliki perlapisan N196 0 E/18 0, N223 0 E/20 0, dan V 2
N94 0 E/17 0. Terdapat sinklin dan antiklin yang bersifat minor di bagian utara ( 9646013,32 9646513,32). Pemodelan Group Seam D menghasilkan kontur yang terputus di tengah pit, hal ini disebabkan tidak adanya titik bor yang menembus Group Seam D pada daerah tersebut. Sebaran ketebalan Group Seam D yang termodelkan menunjukkan ketebalan batubara yang terpusat di tengah pit, dengan kontur ketebalan maksimum 3,2 m. 5.3 VALIDASI MODEL Model dikatakan valid secara statistik apabila nilai parameter statistik model dan nilai parameter statistik data lubang bor tidak berbeda jauh. Pada Tabel IV.7. dan IV.8 terlihat adanya sedikit perbedaan nilai statistic lubang bor dan statistic model. Hal ini disebabkan nilai parameter statistic drill holes yang dihasilkan berasal dari rekapitulasi data ketebalan dari tiap-tiap seam, sedangkan nilai parameter statistic model dihasilkan dari model yang telah dikonstruksi berupa compound unit dan elemental unit. Konstruksi model ini mengakibatkan data dalam satu compound unit saling mempengaruhi. Seam yang mempunyai data lebih banyak akan mempengaruhi data pada seam lain dalan satu compound unit. Konstruksi model dengan membuat Compound unit tersebut didasarkan pada keadaan actual dilapangan. sedangkan validasi secara grafis, dikatakan valid apabila model endapan batubara yang dihasilkan melewati data seam batubara yang terdapat pada lubang bor, seperti yang terlihat pada Gambar 4.6. 5.4 PIT POTENSIAL Penentuan batasan pit potensial didasarkan pada beberapa faktor dan hanya diberlakukan pada group seam C: Minimum ketebalan; hal ini akan berhungan dengan teknik penambangan dan stripping ratio. Untuk ketebalan minimum mengacu pada klasifikasi V 3
batubara menurut BSN, 1999, di mana ketebalan batubara minimum yang dapat ditambang adalah 0.4m. Dari peta isopach seam C, C upper, dan C lower maka kontur isopach 0.4m dapat dijadikan sebagai batasan. Garis cropline; merupakan garis yang membatasi pada lowwal yang merupakan hasil pemodelan software Minescape 4.115c. Dari batasan di atas, diperoleh hasil perhitungan luas areal yang akan dijadikan sebagai pit potensial kurang lebih 60.23 Ha. 5.5 PERHITUNGAN SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA Perhitungan cadangan yang dilakukan dengan software minescape dilakukan terhadap Group Seam C dan Group Seam D, akan tetapi batasan pit yang digunakan sama. Hasil perhitungan dengan menggunakan software Minescape 4.115c menunjukkan hasil Stripping Ratio yang berbeda, dimana Stripping Ratio yang dihasilkan apabila hanya menghitung Group Seam C akan lebih kecil/ekonomis dibandingkan dengan Stripping Ratio yang dihasilkan dengan menghitung group seam C dan D. Hasil perhitungan ini akan dijadikan sebagai pertimbangan dalam proses penambangan. Selanjutnya hasil perhitungan cadangan dengan menggunakan software Minescape 4.115c akan dibandingkan dengan perhitungan cadangan dengan metode penampang vertikal yang dilakukan pada group Seam C. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan software Minescape 4.115c dan metode penampang vertikal, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel V.1. Perbandingan hasil perhitungan cadangan software Minescape 4.115c dengan metode penampang vertikal. Volume BB Tonase BB Volume OB SR Software Minescape 4.115c 1456281 1926537 13228150 6.80 Metode penampang vertikal 1481163 1925512 13048685 6.70 V 4
Berdasarkan hasil perhitungan, terdapat sedikit perbedaan jumlah cadangan batubara kedua metode tersebut, yaitu berbeda 24.881ton pada pit yang telah dikonstruksi. Perbedaan yang dihasilkan oleh kedua metode tersebut disebabkan oleh perbedaan cara penghitungannya. Metode penampang vertikal dalam penghitungannya menggunakan daerah pengaruh tiap penampang. Dalam kasus ini perhitungan dilakukan dengan menggunakan 2 penampang, dimana volume batubara dan overburden di antara 2 penampang tersebut merupakan rata-rata luas batubara dan overburden di masingmasing penampang dikali jarak antar 2 penampang tersebut. Ini berarti variasi ketebalan batubara maupun overburden di antara 2 penampang diasumsikan sama dengan rata-rata ketebalan batubara dan overburden di masing-masing penampang. Apabila terdapat variasi yang berarti di antara 2 penampang, maka harus dikonstruksi penampang tambahan di antara kedua penampang tersebut. Hal ini juga salah satu yang menyebabkan adanya perbedaan hasil perhitungan dengan software Minescape 4.115c. Perhitungan cadangan dengan software Minescape 4.115c menghitung dengan surface to surface yaitu memproyeksikan topografi ke struktur roof group seam C, selanjutnya diproyeksikan ke struktur floor group seam C tersebut. Perhitungan cadangan dengan software ini sangat efektif untuk variasi topografi dan variasi ketebalan batubara. V 5