BAB III METODE PENELITIAN. dan ringkasan anggaran. Sampel adalah sebagian dari elemen-elemen populasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dan komparatif. Dalam penelitian ini langkah pertama yang akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus diopenalisasikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

ANALISIS VALUE FOR MONEY PADA KINERJA PROGRAM DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGANKOTA DEPOK TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil lokasi di Kabupaten Brebes dan Pemalang dengan data yang

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

Value For Money. Arif Kurniawan Wahono ( ) Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB IV METODA PENELITIAN

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten Di Indonesia Sebelum Dan Setelah Pemekaran

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah termasuk didalamnya sumber penerimaan asli pada penerimaan PAD

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdiri dari dua kata yakni antos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

tercantum dalam salah satu misi yang digariskan GBHN yaitu perwujudan

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten di Jawa Tengah. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KOTA AMBON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004

PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. daerah sebagai variabel independen dan kinerja pemerintah daerah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan layanan tersebut di masa yang akan datang (Nabila 2014).

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

BAB V PENUTUP. dengan rencana yang telah dibuat dan melakukan pengoptimalan potensi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

BAB I PENDAHULUAN. penunjang dari terwujudnya pembangunan nasional. Sejak tanggal 1 Januari 2001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu tentang Pengaruh Fiscal Stress terhadap Pertumbuhan

ANALISIS PENGARUH PEMBERLAKUAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAERAH KOTA METRO

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. selesai pada bulan September Lokasi penelitian ini bertempat di Bursa Efek. Tabel 1 Jadwal Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menguji hipotesis (hypothesis testing) yang telah dirumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PASAR DAERAH: STUDI PENGEMBANGAN POTENSI MENUJU BUMD

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro pada

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA MELALUI KINERJA KEUANGAN VALUE FOR MONEY, KEMANDIRIAN DAERAH DAN DESENTRALISASI FISKAL

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

PENDAHULUAN Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia, sebagian besar banyak memberikan perubahan diberbagai bidang. Salah satu perubahan yang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan komparatif. Sumber data

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan adalah ringkasan realisasi APBD dan ringkasan anggaran APBD. Populasi dalam penelitian ini adalah ringkasan realisasi APBD dan ringkasan anggaran. Sampel adalah sebagian dari elemen-elemen populasi (Indriantoro, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah ringkasan realisasi APBD dan ringkasan anggaran APBD tahun 2004-2006 dimana menggunakan pendekatan anggaran tradisional dan tahun 2012-2014 dimana menggunakan pendekatan penganggaran berbasis kinerja. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling yakni pemilihan sampel secara tidak acak. Sampel yang diambil adalah 22 ringkasan realisasi APBD dan ringkasan anggaran APBD Kota maupun Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah tahun 2004-2006 dan tahun 2012-2014. 3.2. Sumber Data Penelitian ini mengambil data dari sumber www.djpk.depkeu.go.id dengan cara mengunduh file rangkuman anggaran dan rangkuman realisasi anggaran. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa ringkasan realisasi APBD dan ringkasan anggaran APBD tahun 2004-2006 dan tahun 2012-2014. 23

3.3. Identifikasi Variabel Ekonomis adalah pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomis merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomis terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif (Mardiasmo, 2009). Efisiensi adalah pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output atau input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2009). Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana, efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output (Mardiasmo, 2009). Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun pinjaman. Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekternal (terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya (Halim, 2007). Desentralisasi fiskal adalah pendelegasian tanggung jawab dan pembagian kekuasaan dan kewenangan untuk pengambilan keputusan di bidang fiskal 24

yang meliputi aspek penerimaan (tax assignment) maupun aspek pengeluaran (expenditure assignment). Desentralisasi fiskal ini dikaitkan dengan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam penyediaan barang dan jasa publik (public goods/public service) (Prawirosetoto, 2002). 3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penilaian kinerja organisasi sektor publik dilihat dalam ringkasan laporan realiasasi APBD. Penilaian ekonomis, efisiensi, efektifitas, desentralisasi fiskal dan kemandirian daerah. dilakukan dengan penggunaan rasio-rasio keuangan. 3.4.1. Rasio Ekonomis Ekonomis terkait dengan pengkonversian input primer berupa sumber daya keuangan menjadi input sekunder berupa tenaga kerja, bahan infrastruktur, dan barang modal yang di konsumsi untuk kegiatan operasi organisasi. Konsep ekonomis sangat terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh unit input. Ekonomis memiliki pengertian bahwa sumber daya input hendaknya di peroleh dengan harga lebih rendah yaitu harga yang mendekati harga pasar. Secara matematis ekonomis merupakan perbandingan antara input dengan nilai rupiah untuk memperoleh input tersebut (Mahmudi, 2011). Kriteria ekonomis mengacu pada kriteria yang dikemukakan Halim (2007) yang mengungkapkan bahwa (1) rasio 100% memiliki kriteria sangat ekonomis, (2) rasio 90,01% - 100% memiliki kreteria ekonomis, rasio 80,01% - 90,00% 25

memiliki kreteria cukup ekonomis, rasio 60,01% - 80,00% memiliki kreteria kurang ekonomis, dan rasio 60,00% memiliki kreteria tidak ekonomis. 3.4.2. Rasio Efisiensi Efisiensi terkait dengan hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang di hasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Secara matematis, efisiensi merupakan perbadingan antara output dengan input atau dengan istilah lain output per unit input. Suatu organisasi program atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya (spending well) (Mahmudi,2011). Kriteria efisiensi kinerja mengacu pada kriteria yang dikemukakan oleh Mahmudi (2005), yaitu: (1) rasio 10 % memiliki kriteria sangat efisien, rasio 10,01% - 20% memiliki kriteria efisien, rasio 20,01% - 30,00% memiliki kriteria cukup efisien, rasio 30,01% - 40,00% memiliki kriteria kurang efisien, dan rasio 40,01% memiliki kriteria tidak efisien. 3.4.3. Rasio Efektifitas Efektifitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektifitas ini pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kegiatan 26

operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Efektifitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektifitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Jika ekonomis berfokus pada input dan efisiensi pada input atau proses, maka efektifitas berfokus pada outcome (hasil). Suatu organisasi, program atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan, atau di katakan spending wisely (Mahmudi,2011). Kriteria pengukuran efektivitas mengacu pada kriteria Mahmudi (2005), yaitu: (1) rasio 100% memiliki kriteria sangat efektif, (2) rasio 90,01% - 100% memiliki kriteria efektif, (3) rasio 80,01% - 90,00% memiliki kriteria cukup efektif, (4) rasio 60,01% - 80,00% memiliki kriteria kurang efektif, dan rasio 60,00% memiliki kriteria tidak efektif. 3.4.4. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal x 100% Derajat Desentralisasi Fiskal adalah kemampuan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli daerah guna membiayai pembangunan. Derajat Desentralisasi Fiskal, khususnya komponen PAD dibandingkan dengan TPD, menurut hasil penelitian Tim Fisipol Universitas Gajah Mada menggunakan skala interval yang dikemukakan oleh, Wulandari (2001), yaitu: (1) rasio 0,00% - 10,00% memiliki kriteria kemampuan keuangan daerah sangat kurang, (2) 10,01% - 20,00% memiliki kriteria kemampuan keuangan daerah kurang, (3) 20,01% - 27

30,00% memiliki kriteria kemampuan keuangan daerah cukup, (4) 30,01% 40,00% memiliki kriteria kemampuan keuangan daerah sedang, (5) 40,01% - 50,00% memiliki kriteria kemampuan keuangan daerah baik, (6) >50,00% memiliki kriteria kemampuan keuangan daerah sangat baik. 3.4.5. Rasio Kemandirian Daerah Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian ditunjukkan oleh besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain (pihak eksternal) antara lain: Bagi hasil pajak, Bagi hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat dan Dana Pinjaman (Widodo, 2001). Tim litbang Departemen Dalam Negeri-Fisipol Universitas Gajah Mada (1991) menyatakan bahwa: (1) rasio 0,00% - 10,00% memiliki kriteria kemandirian keuangan daerah sangat baik, (2) 10,01% - 20,00% memiliki kriteria kemandirian keuangan daerah baik, (3) 20,01% - 30,00% memiliki kriteria kemandirian keuangan daerah cukup, (4) 30,01% 40,00% memiliki kriteria kemandirian keuangan daerah sedang, (5) 40,01% - 50,00% memiliki kriteria kemandirian 28

keuangan daerah kurang, (6) >50,00% memiliki kriteria kemandirian keuangan daerah sangat kurang. 3.5. Pengujian Data 3.5.1. Statistik Deskriptif Pengujian data menggunakan statistik deskriptif. Hasan (2001) Statistik deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan. Dengan kata statistik deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan. Penarikan kesimpulan pada statistika deskriptif apabila ada hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada. 3.5.2. Uji Normalitas Uji asumsi klasik yang digunakan pada uji beda adalah uji normalitas. Uji Normalitas Data digunakan untuk menguji kenormalan distribusi data untuk menghindari bias dan atau mengetahui apakah data yang dijadikan sampel berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006). Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan berdistribusi normal bila sig > alpha (Ghozali, 2006). 3.6. Pengujian Hipotesis Hasil uji normalitas data digunakan untuk menetukan alat uji apa yang paling sesuai digunakan dalam pengujian hipotesis. Apabila data berdistribusi 29

normal maka digunakan uji parametrik, yaitu paired sample t test. Sementara apabila data berdistribusi tidak normal uji non parametik wilcoxon signed rank test lebih sesuai digunakan. 3.6.1. Uji Beda Paired Sample T Test Pengujian hipotesis menggunakan uji beda Paired Sample T Test.Uji T termasuk dalam golongan statitik parametrik yang digunakan dalam pengujian hipotesis dan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan dari dua buah kelompok variabel yang dikomparasikan. Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda (Ghozali, 2006). Paired samples t-test berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau sering disebut sampel berpasangan yang berasal dari populasi yang memilki rata-rata (mean) sama. Jika signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan HA (H1,H2,H3,H4 dan H5) diterima yang berarti terdapat perbedaan kinerja keuangan pemerintah daerah dalam hal ekonomis, efisiensi, efektivitas, derajat desentralisasi fiskal dan kemandirian daerah sebelum dan sesudah penerapan penganggaran berbasis kinerja. Jika signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan HA (H1,H2,H3,H4 dan H5) ditolak, yang berarti tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan pemerintah daerah dalam hal ekonomis, efisiensi, efektivitas, derajat desentralisasi fiskal dan kemandirian daerah sebelum dan sesudah penerapan penganggaran berbasis kinerja. 30

3.6.2. Wilcoxon Signed Rank Test Uji statistik non parametik yang digunakan adalah dengan wilcoxon signed rank test. Uji ini digunakan untuk menganalisis data berpasangan karena adanya dua perlakuan yang berbeda dan memiliki subjek yang sama. Dalam hal ini wilcoxon signed rank test digunakan untuk mengetahui perbedaan antara ekonomis, efisiensi, efektivitas, derajat desentralisasi fiskal dan kemandirian daerah sebelum dan sesudah penerapan penganggaran berbasis kinerja. Ghozali (2006), uji ini memberikan bobot nilai lebih untuk setiap pasangan yang menunjukkan perbedaan besar antara dua kondisi dibandingkan dengan dua pasangan yang menunujukkan perbedaan kecil. 31