MENAKAR DAYA SAING KOMODITAS UTAMA INDONESIA DI MITRA DAGANG UTAMA ASEAN SETAHUN PASCA PENERAPAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Robby Alexander Sirait 1 Abstrak: Mitra dagang Indonesia di kawasan ASEAN adalah Singapura dan Malaysia, dengan komoditas utamanya masih didominasi oleh komoditas minyak dan gas (migas), dengan penguasaan pasar relatif sangat besar. Mengingat migas adalah komoditas yang bersifat terbatas dan tidak dapat diperbaharui, ekspor non migas seperti produksi manufaktur (barang eletronik, bahan kimia, plastik, kertas dan olahan makanan) serta produksi protein hewani dan nabati perlu difokuskan dan diperkuat. Sejak tanggal 1 Januari 2015, kawasan ASEAN resmi memberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Diberlakukannya MEA tersebut, menandakan hilangnya pembatasan atau barriers terhadap arus barang/jasa antar negara-negara ASEAN, selain arus modal, investasi dan tenaga kerja terlatih. Artinya, masyarakat ASEAN telah memasuki sebuah era persaingan berbagai barang/jasa yang lebih ketat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tidak terkecuali Indonesia. Pertanyaannya, bagaimana posisi Indonesia pasca penerapan MEA tersebut, khususnya pada pasar mitra dagang utama di kawasan ASEAN. Tulisan ini akan sedikit mengupas posisi Indonesia setelah setahun MEA diberlakukan, yang berfokus pada posisi komoditas utama Indonesia di negara mitra dagang utama ASEAN. SINGAPURA DAN MALAYSIA PATNER DAGANG UTAMA Dikawasan ASEAN, patner dagang utama Indonesia adalah Singapura dan Malaysia. Kurun waktu tahun 2012 2016, rata-rata sebesar 39,15 persen ekspor komoditas Indonesia di pasar ASEAN diekspor ke Singapura dan 24,38 persen ke Malaysia. Dalam kurun waktu tersebut, besaran share ekspor Indonesia ke Singapura dan Malaysia mengalami penurunan (gambar 1). Gambar 1. Share Ekspor Indonesia Menurut Negara di Kawasan ASEAN (%) 1 Analis APBN di Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI. e-mail: robby.sirait@dpr.go.id
Yang menarik adalah perkembangan share ekspor ke Filipina. Dalam kurun waktu tersebut, share ekspor Indonesia mengalami trend meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun 2016 (setahun paska penerapan MEA), share ekspor Indonesia ke Filipina meningkat cukup tajam yakni menjadi 15,87 persen dari 11,68 persen di tahun 2015. Data dan fakta ini mengindikasikan bahwa Filipina akan menjadi mitra dagang utama Indonesia kedepannya menggantikan Thailand, bahkan mungkin Malaysia. EKSPOR UTAMA KE SINGAPURA : MINYAK DAN GAS PETROLEUM SERTA BARANG ELEKTRONIK Komoditas ekspor Indonesia ke Singapura terbesar adalah kelompok komoditas minyak bumi dan batubara (Kode HS-27) yakni sebesar 34,26 persen dari total seluruh komoditas yang diekspor ke Singapura. Dari komoditas minyak bumi dan batubara tersebut, gas petroleum (Kode HS 2711) merupakan komoditas terbesar yang diekspor dengan penguasaan pasar yang dominan yakni sebesar 69,33 persen (gambar 2). Meskipun dominan, kinerja komoditas ini perlu diperhatikan karena pengusaan pasar sepanjang tahun 2012 2016 terus mengalami penurunan. Pesaing yang perlu mendapat perhatian adalah Australia, Malaysia dan Qatar. Penguasaan pasar ketiga negara ini cukup besar. Dari sisi daya saing, merupakan komoditas yang memiliki daya saing. Hal ini terlihat dari angka indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) 2 diatas 1. Akan tetapi, indeks daya saingnya mengalami penurunan di tahun 2016 dibanding 2015. Gambar 2. Sepertiga Ekspor Ke Singapura Adalah Kelompok Minyak Bumi dan Batubara Komoditas utama (terbesar) lainnya dari kelompok minyak bumi dan batubara adalah minyak petroleum (Kode HS 2709). Akan tetapi dari sisi penguasaan pasar, komoditas ini hanya mampu menguasai pasar sebesar 2,81 persen. Penguasaan pasar yang relatif kecil ini menunjukkan bahwa komoditas ini tidak berdaya saing di pasar Singapura (indeks RCA dibawah 1). Pasar minyak petroleum di Singapura dikuasai oleh beberapa negara-negara timur tengah, yakni Saudi Arabia denga penguasan pasar sebesar 28,53 persen, United Arab Emirates sebesar 26,69 persen, Qatar sebesar 16,13 persen dan Kuwait sebesar 12,11 persen. Sedangkan dari ASEAN, saingannya adalah Malaysia dengan penguasaan pasar 3,30 persen. Selain kelompok minyak bumi dan batubara, komoditas ekspor utama ke Singapura adalah kelompok komoditas barang elektronik, yakni sebesar 13,51 persen dari total ekspor Indonesia ke Singapura. Dari kelompok komoditas ini, transformator elektrik, konverter statis dan induktor (Kode HS - 8504) dan induktor dan sel primer baterai primer (Kode HS 8506) adalah jenis barang yang paling 2 Revealed Comparative Advantage (RCA) yang dipopulerkan oleh Ballasa (1965) adalah indeks yang menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk tersebut dalam perdagangan dunia atau pasar tertentu. Jika nilai RCA suatu produk atau komoditas diatas 1, maka produk atau komoditas tersebut memiliki keunggulan di pasar tertentu.
banyak di ekspor. Kedua jenis barang ini memiliki penguasaan pasar yang relatif besar (gambar 3). Akan tetapi, untuk transformator elektrik, konverter statis dan induktor penguasaan pasarnya mengalami tren penurunan dalam kurun waktu 2012 2016. Dari sisi daya saing, kedua komditas ini memiliki daya saing di pasar Singapura. Hal ini terlihat dari angka indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) diatas satu. Akan tetapi yang perlu menjadi catatan adalah indeks daya saing transformator elektrik, konverter statis dan induktor yang mengalami penuruan setahun diterapkannya MEA. Gambar 3. Komoditas ekspor terbesar kedua ke Singapura adalah Barang Elektronik Ke depan agar indeks daya saing transformator elektrik, konverter statis dan induktor tidak terus tergerus, memperhatikan kinerja dan penetrasi negara pesaing perlu diperhatikan. Pesaing terbesar komoditas ini adalah China dengan penguasaan pasar 36,88 persen, USA sebesar 6,45 persen dan Jepang sebesar 4,72 persen. Sedangkan dari zona ASEAN, pesaing Indonesia adalah Malaysia dengan penguasaan pasar sebesar 12,24 persen. Untuk komoditas sel primer dan baterai primer, kondisinya sedikit berbeda. Penguasaan pasar komoditas ini dalam kurun waktu 5 (lima ) tahun terkahir relatif besar dan stabil. Meskipun demikian, mengantisipasi penetrasi negara-negara pesaing tetap perlu dilakukan. Di pasar Singapura, pesaing komoditas ini adalah Jepang dengan penguasaan pasar sebesar 15,58 persen, China sebesar 14,34 persen, USA sebesar 13,39 persen dan Jerman sebesar 7,11 persen. Sedangkan dari kawasan ASEAN, pesaing utama komoditas ini adalah Malaysia dengan penguasaan pasar sebesar 7,35 persen. EKSPOR UTAMA KE MALAYSIA : BATUBARA, MINYAK KELAPA SAWIT DAN KOPRA Komoditas ekspor Indonesia ke Malaysia terbesar adalah kelompok komoditas minyak bumi dan batubara (Kode HS-27) yakni sebesar 35,58 persen dari total seluruh komoditas yang diekspor ke Malaysia. Dari komoditas minyak bumi dan batubara tersebut, komoditas terbesar yang diekspor adalah kokas petroleum, bitumen petroleum dan residu lainnya dari minyak petroleum (Kode HS 2713) dengan penguasaan pasar hanya sebesar 5,51 persen. Penguasaan pasar Indonesia masih tertinggal dengan Saudi Arabia yang mampu menguasai 27,48 persen pasar, Rusia sebesar 16,52 persen dan United Arab Emirates sebesar 13,14 persen. Bahkan penguasaan pasar Indonesia masih kalah dengan Vietnam yang mampu menguasai pasar sebesar 7,31 persen. Meskipun demikian, komoditas ini masih memiliki daya saing di pasar Malaysia. Hal ini terlihat dari nilai indeks RCA diatas 1. Akan tetapi, indeks daya saingnya pada tahun 2016 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Ke depan, penetrasi penguasan pasar perlu dilakukan, mengingat penerapan MEA yang sudah berjalan setahun.
Selain kokas petroleum, bitumen petroleum dan residu lainnya dari minyak petroleum, komoditas terbesar dari kelompok minyak bumi dan batu bara yang diekspor ke Malaysia adalah batu bara dan bahan bakar padat dari batu bara (Kode HS 2701). Komoditas ini mampu menguasai 59,75 persen pasar Malaysia (gambar 4). Gambar 4. Sepertiga Ekspor Ke Malaysia Adalah Kelompok Minyak Bumi dan Batubara Penguasaan pasar yang relatif sangat dominan ini menunjukkan bahwa komoditas ini berdaya saing di pasar Malaysia dan tahun 2016 indeks daya saingnya meningkat. Meskipun dominan, memperhatikan negara-negara pesaing tetap perlu dilakukan. Untuk komoditas ini, pesaing Indonesia adalah Australia dengan penguasaan pasar 21,95 persen dan Rusia sebesar 10 persen. Sedangkan untuk kawasan ASEAN, tidak ada pesaing yang berarti. Komoditas ekspor utama terbesar lainnya ke Malaysia adalah komoditas yang berasal dari kelompok minyak dan lemak. Share ekspor kelompok komoditas minyak dan lemak sebesar 10,76 persen dari total ekspor Indonesia ke Malaysia. Dari kelompok komoditas ini, jenis barang yang paling banyak di ekspor adalah minyak kelapa sawit dan fraksinya (Kode HS 1511). Minyak kelapa sawit Indonesia mampu menguasai 90,36 persen pasar Malaysia (gambar 5). Penguasaan yang sangat besar ini menandakan tidak ada pesaing komoditas ini, baik dari kawasan ASEAN maupun tidak. Gambar 5. Komoditas ekspor terbesar kedua ke Malaysia adalah Minyak dan Lemak Selain kelapa sawit, barang ekspor utama dari kelompok minyak dan lemak ke Malaysia adalah adalah minyak kelapa (kopra), kernel kelapa sawit atau babassu dan fraksinya (Kode HS 1513), dengan penguasaan pasar sebesar 70,88 persen. Penguasaan pasarnya sangat dominan. Akan tetapi, penguasaan pasar komoditas ini mengalami tren menurun sejak tahun 2013. Oleh karena itu,
memperhatikan pasokan komoditas dari Thailand perlu diperhatikan. Hal ini penting, mengingat pasokan dari Thailand cukup besar ke Malaysia, yakni sebesar 18,07 persen. Penguasaan pasar kedua jenis barang tersebut (kelapa sawit dan minyak kelapa) menunjukkan keduanya berdaya saing di pasar Malaysia. Hal ini juga terlihat dari indeks RCA kedua jenis barang diatas nilai 1. Akan tetapi, setahun penerapan MEA indeksnya mengalami penurunan. POTENSI FILIPINA SEBAGAI MITRA DAGANG UTAMA KE DEPAN Dengan menggunakan data perdagangan tahun 2012 2016, share ekspor ke Filipina terhadap total ekspor Indonesia ke negara-negara kawasan ASEAN terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, bahkan sudah mendekati share ekspor ke Thailand sebagai mitra dagang terbesar ketiga di kawasan ASEAN. Tahun 2016, share ekspor Indonesia ke Filipina sudah mencapai 15,87 persen. Angka ini meningkat tajam paska penerapan MEA, naik hampir 5 persen. Disisi lain, share ekspor ke mitra dagang utama (Singapura dan Malaysia) mengalami trend penurunan setiap tahunnya. Data dan fakta ini mengindikasikan bahwa Filipina punya potensi besar menjadi mitra dagang utama Indonesia kedepannya. Peluang ini harus dimaksimalkan, apalagi sudah tidak ada lagi tarif barrier paska penerapan MEA. Berkaca pada potensi pasar Filipina sebagai mitra dagang utama Indonesia ke depan, memetakan kebutuhan impor pasar Filipina menjadi sangat penting. Peta kebutuhan pasar ini penting agar Indonesia mampu memasarkan dan memsuplai komoditas sesuai dengan kebutuhan pasar Filipina. Berdasarkan data impor tahun 2016, komoditas terbesar impor Filipina adalah kelompok komoditas barang elektronik (Kode HS - 85) sebesar 27,32 persen. Komoditas ekspor terbesar lainnya adalah Batubara dan Minyak Bumi (Kode HS 27) sebesar 11,84 persen, Mesin (Kode HS 84) sebesar 11,39 persen dan Mobil (Kode HS 87) sebesar 6,92 persen. Disi lain, tiga kelompok komoditas ekspor utama Indonesia juga sama dengan komoditas utama yang di impor oleh Filipina, yakni kelompok minyak bumi dan batubara, barang elektronik dan kelompok mobil/kenderaan bermotor. Kesamaan ini dapat dijadikan data awal dalam memaksimalkan potensi pasar Filipina sebagai mitra dagang utama ke depan. Artinya, ketiga kelompok komoditas inilah yang dapat diutamakan untuk melakukan penetrasi ke pasar Filipina Dari kelompok barang elektronik, komoditas yang berpeluang menyasar pasar Filipina adalah kabel, kawat diisolasi, dan konduktor listrik diisolasi lainnya, monitor dan proyektor serta sel primer dan baterai primer. Pertimbangan memilih ketiga jenis barang ini adalah kebutuhan impor barang ini relatif besar dan barang ini merupakan barang utama ekspor Indonesia dari kelompok barang elektronik. Untuk kelompok barang Minyak Bumi dan Batubara, komoditas yang disasar di pasar Filipina adalah Gas petroleum dan gas hidrokarbon lainnya. Pertimbangannya adalah kebutuhan komoditas ini cukup besar dan Indonesia sama sekali tidak mengekspor komoditas ini Filipina. Padahal, komoditas ini merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia terbesar. Komoditas lainnya adalah Minyak petroleum dan minyak yang diperoleh dari mineral mengandung bitumen. Pertimbangannya adalah hanya ada 3 importir yang memasok komoditas ini ke Filipina yakni Malaysia, Rusia dan Indonesia, dimana Indonesia paling rendah. Padahal komoditas ini berupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia dari kelompok Minyak Bumi dan Batubara. Sedangkan dari kelompok mobil atau kenderaan bermotor, komoditas yang dapat disasar adalah bagian dan aksesori sepeda motor, sepeda roda dua, sepeda lainnya dan kenderaan untuk
orang cacat. Kebutuhan akan jenis barang ini relatif cukup besar di pasar Filipina dan total ekspor Indonesia atas jenis barang ini ke seluruh dunia melebihi kebutuhan impor Filipina. REKOMENDASI Berkaca dari kinerja ekspor Indonesia ke Singapura dan Malaysia sebagai mitra dagang utama di Kawasan ASEAN dan Filipina yang berpotensi menjadi mitra dagang utama ke depannya, ada beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian. Pertama, penguasaan pasar gas petroleum di Singapura yang mengalami penurunan setiap tahunnya harus menjadi perhatian. Hal ini penting, mengingat kebutuhan gas petroleum relatif cukup besar di pasar Singapura. Kedua, mendorong kinerja ekpor transformator elektrik, konverter statis dan induktor ke Singapura perlu menjadi fokus, mengingat penguasaan pasar komoditas ini mengalami penurunan tahun ke tahun sejak tahun 2012. Padahal, kebutuhan komoditas ini relatif besar di pasar Singapura. Ketiga, komoditas utama ke Singapura dan Malaysia sebagai mitra dagang utama di kawasan ASEAN serta Filipina masih sangat didominasi oleh komoditas-komoditas yang bersumber dari perut bumi (migas). Di sisi lain, kapasitas produksi komoditas-komoditas tersebut akan semakin habis dan terbatas ke depannya. Oleh karena itu, proses pengalihan orientasi ekspor ke komoditas-komoditas non migas, seperti plastik, optik, komponen barang eletronik dan hasil industri bahan kimia untuk pasar Singapura dan Malaysia. Sedangkan untuk pasar Filipina adalah komoditas protein hewani (daging dan susu), hasil industri olahan makanan, hasil industri bahan kimia, serealia dan kertas. Terakhir, Filipina sangat berpotensi menjadi mitra dagang utama Indonesia kedepannya di kawasan ASEAN. Oleh karena itu, melakukan penetrasi pasar perlu dilakukan, dengan mempertimbangkan kesesuain kebutuhan impor Filipina dengan komoditas ekspor unggulan Indonesia. Daftar Pustaka Siggel, Eckhard. (2007). The Many Dimensions of Competitiveness. CESifo Venice Summer Institute. Shohibul, Ana. (2013). Revealed Comparative Advantage Measure: ASEAN-China. Journal of Economics and Sustainable Development. Vol.4, No.7, 2013. hlm.136-145.