BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia, termasuk anakanak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal sesuai tahap perkembangan anak. Setiap orang tua akan mencari informasi dan mencari bantuan jika anaknya mengalami masalah kesehatan. Diare sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak di bawah 5 tahun. Diare merupakan salah satu penyakit menular yang hingga kini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena tingginya angka kesakitan dan angka kematian yang diakibatkannya. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, virus, atau infeksi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab-sebab lainnya (Depkes RI, 2010). Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012) Gambar di atas menjelaskan bahwa diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (colitis infeksi) menduduki peringat pertama penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Indonesia tahun 2010 yaitu sebanyak 96.278 kasus 1
2 dengan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 1,92% (Kemenkes RI, 2012). Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahawa penyakit diare menduduki penyakit nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%). Penderita diare di Indonesia tersebar disemua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi pada usia < 1 tahun sebesar 16,5%, usia 1-4 tahun sebesar 16,7%. Prevalensi diare 13% lebih banyak di pedesaan dibandingkan perkotaan (Depkes RI, 2007). Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Angka kematian akibat diare pada balita sebanyak 75 per 100 ribu balita (Widiyono, 2005). Berdasar data profil kesehatan Kabupaten Bantul 2012, kasus kematian bayi terjadi hampir di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Bantul, Kecamatan dengan kematian bayi tertinggi yaitu di wilayah Kecamatan Banguntapan dengan 19 kasus penyebab kematian. Angka kesakitan diare pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibanding tahun 2010, dari sebesar 14,4% menjadi 21,99%. Insiden rate diare tertinggi di wilayah Kecamatan Banguntapan dengan 196 kasus, Imogiri 129 kasus, Pandak 126 kasus, Jetis 120 kasus, Kasihan 117 kasus. Kasus kematian balita pada Tahun 2011 di Kabupaten Bantul sebanyak 136 balita atau 10,1 permil, dengan jumlah kematian balita terbesar di wilayah Kecamatan Banguntapan dan Jetis. Daerah tersebut merupakan daerah yang tercatat memiliki penduduk miskin terbanyak, sehingga faktor tersebut sangat berkaitan dengan banyaknya kasus kematian balita yang terjadi. Desa Banguntapan termasuk dalam tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, adapun daerah lainnya yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi yaitu Desa Sewon dan Desa Imogiri. Faktor kemiskinan dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai masalah kehidupan, dalam hal ini faktor kesehatan keluarga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat dipengaruhi oleh tingkat kemiskinan masyarakat.
3 Gambar 2. Penyebaran Kasus Diare Tahun 2011 (Dinkes Kab. Bantul, 2011) Gambar 3. Peta Penyebaran Kasus Kematian Balita Tahun 2011 di Kabupaten Bantul. (Dinkes Kab. Bantul, 2011)
4 Gambar 4. Grafik Penyebab Kematian Bayi Tahun 2011di Kab. Bantul (Dinkes Kab. Bantul, 2011) Gambar 5. Peta Penyebaran Penduduk Miskin Kab. Bantul Tahun 2011 (Dinkes Kab. Bantul, 2011) Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya dibanding pada orang dewasa dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding
5 orang dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian. Faktor ibu berperan sangat penting dalam penanganan diare pada balita. Ibu adalah sosok paling dekat dengan balita. Jika balita terserang diare maka tindakan-tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, diantaranya adalah pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis, pencegahan, dan cara penanganan yang tepat dari penyakit diare pada balita berperan penting dalam penurunan angka kematian dan pencegahan kejadian diare serta malnutrisi pada anak. Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bisa digunakan untuk peningkatan perilaku kerasionalan swamedikasi. Metode ini merupakan pembelajaran untuk para ibu rumah tangga agar lebih aktif dalam mencari informasi seputar obat yang digunakan oleh keluarga berdasarkan sumber informasi yang tersedia. Metode CBIA terbukti dapat meningkatkan ketrampilan memilih obat bebas secara bermakna. CBIA diadopsi dari metode belajar mengajar anak sekolah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang digunakan di Indonesia. Tujuan CBIA adalah terbentuknya kemampuan untuk menggali sumber informasi dan meningkatkan kebiasaan berfikir secara kritis sehingga mampu memecahkan masalah. CBIA telah terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan memilih obat dan mengurangi konsumsi jenis obat keluarga per bulan (Suryawati, 2003). Pada penelitian ini metode tersebut difokuskan pada pemberian informasi tentang cara penanggulangan diare pada balita sehingga pengetahuan, sikap dan perilaku ibu diharapkan dapat meningkat dan dapat menurunkan tingkat kematian balita yang disebabkan oleh diare. Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 506,9 km 2 dan merupakan 15,91% dari seluruh luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Banguntapan, Kabupaten Bantul dengan luas wilayah 819,33 Ha dengan batas-batas wilayah yaitu sebelah utara: Desa Catur Tunggal Kab. Sleman, sebelah timur: Desa Baturetno Kab. Bantul, sebelah selatan: Desa
6 Wirokerten Kab. Bantul, sebelah barat: Kelurahan Rejowinangun Kodya Yogyakarta. Adapun jumlah penduduk Desa Banguntapan pada tahun 2013 yaitu 43.108 jiwa. Penduduk Desa Banguntapan Kecamatan Banguntapan Bantul DIY adalah salah satu desa yang mempunyai corak masyarakat majemuk/heterogen, tidak seperti halnya sebuah desa yang penduduknya berciri matapencaharian pertanian dan homogen karena Desa Banguntapan lebih berciri pada masyarakat kota. Pengambilan data dan pelaksanaan kegiatan dilakukan pada suatu gerakan masyarakat yang disebut Bina Keluarga Balita (BKB) dimana BKB tersebut adalah turunan dari Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan orang tua dalam pembinaan tumbuh kembang anak umur 0-5 tahun. Di desa Banguntapan terdapat 3 BKB yang aktif dan rutin melakukan kegiatan Bina Keluarga Balita setiap 2 minggu sekali. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan atau pertanyaan yaitu: 1. Apakah intervensi melalui metode CBIA-Diare pada Ibu dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam penanggulangan diare pada balita? 2. Apakah terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terkait dengan pengetahuan ibu terhadap diare pada balita. C. Tujuan Penelitian Tujuan umum: Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penanggulangan diare pada balita dengan metode CBIA-Diare. Tujuan Khusus: 1. Mengembangkan metode CBIA-Diare untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang diare pada balita. 2. Mengkaji tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang diare pada balita
7 3. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap tatalaksana diare antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. D. Manfaat Penelitian Manfaat Praktis: 1. Mengembangkan bentuk kegiatan mengatasi diare pada balita untuk pembelajaran bagi masyarakat dalam penanggulangan diare. 2. Dapat meningkatkan pengetahuan ibu untuk melakukan tindakan yang benar jika terjadi diare pada balita. Manfaat Teoritis: Diharapkan bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai pengembangan metode CBIA-Diare bagi pendidikan kesehatan masyarakat. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku dalam pendidikan kesehatan telah banyak dilakukan, beberapa diantaranya adalah: 1. Penelitian tentang upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dengan metode CBIA oleh Suryawati (1995) yaitu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memilih obat dengan metode CBIA. Hasilnya adalah bahwa pengetahuan dan ketrampilan ibu meningkat dalam memilih obat. 2. Djaafar (2002) tentang Peranan Pendidikan Kesehatan pada Ibu dalam Menggunakan Sarana Air Bersih terhadap Pencegahan Diare pada Balita di Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala. Penelitian ini menitikberatkan kepada ada tidaknya pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode penyuluhan yang disertai dengan media folder dan penyuluhan tanpa folder terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu dalam menggunakan sarana air bersih terhadap pencegahan berjangkitnya penyakit diare pada balita. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah penyuluhan dengan metode folder terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu balita tentang penggunaan sarana air bersih
8 terhadap pencegahan terjangkitnya penyakit diare pada balita dibandingkan penyuluhan dengan metode tanpa folder. 3. Moa (2011) yang meneliti tentang Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu dalam Tatalaksana Diare dengan Derajat Keparahan Diare pada Balita di RSUD Ruteng Manggarai. Penelitian ini mengkaji tentang adanya hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam tatalaksana balita diare di rumah dengan derajat keparahan diare pada balita di RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Flores Propinsi NTT. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku ibu dengan derajat keparahan diare pada balita di RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai. 4. Rossetyowati (2012), penelitian tentang Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku penggunaan Antibiotika dengan Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) di Kabupaten Jember. Penelitian tersebut berisi tentang pengaruh metode CBIA untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penggunaan antibiotika, dan hasil yang didapat adalah dengan metode CBIA mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam penggunaan antibiotik secara tepat. Penelitian ini mengadopsi metode CBIA untuk penanggulangan diare pada balita pada Ibu di BKB Desa Banguntapan, Kabupaten Bantul dengan tujuan untuk memberi pemahaman lebih tentang cara penanggulangan diare pada balita.