BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR. Pengembangan Bahan Ajar. Sosialisasi KTSP 2008

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang dihadapi. Dalam proses pembelajaran, guru maupun siswa juga

I. PENDAHULUAN. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan pendekatan kontekstual,

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

SIGI TENTANG PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 19 SURABAYA

LAMPIRAN A. A3. Surat Permohonan Izin Validasi Perangkat Pembelajaran. A4. Surat Keterangan Validasi Perangkat Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPDIKNAS DIT. PEMBINAAN SMA HALAMAN 1

KONSEP KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI HIMPUNAN BERBANTU VIDEO PEMBELAJARAN

Pengertian Bahan Ajar

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

LEMMA VOL I NO. 2, MEI 2015

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN AHLI MATERI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Variasi Bahan Ajar pada Pembelajaran E-Learning Guna Menunjang Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ARTIKEL ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006, Standar Isi, Hlm. 19 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil dari masing-masing analisis yang telah dilakukan.

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

YUNICA ANGGRAENI A

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting pada

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Samsul : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA kelas XI. Pengembangan menggunakan model ADDIE (Analysis,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari tahap analysis (analisis), design (perancangan), development

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut. Produk

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh. Sri Thirteen Julian *), Rahmi **), Anna Cesaria **)

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MEDIA BROSUR DALAM MENULIS TEKS DESKRIPTIVE

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah

PENGEMBANGAN MODUL PADA MATERI SEGI EMPAT UNTUK SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

BAB III METODE PENELITIAN. mata pelajaran ekonomi ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik pada akhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Depdiknas, 2008: 6). Menurut Widodo dan Jasmadi (2008: 40) bahan ajar merupakan seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisi materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Dikmenjur dalam Depdiknas (2008: 6) bahan ajar merupakan seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar dapat didefinisikan sebagai seperangkat materi yang disusun dengan tampilan yang menarik dan sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa untuk belajar secara mandiri. 2. Penyusunan Bahan Ajar Menurut Depdiknas (2008: 2) bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran, melalui bahan ajar siswa dapat lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar tidak hanya bermanfaat bagi 6

7 siswa, namun juga bermanfaat bagi guru agar lebih sistematis dan terurut dalam melaksanakan pembelajaran. Bahan ajar harus dikembangkan sesuai dengan aturan-aturan pengembangan bahan ajar. Menurut Widodo dan Jasmadi (2008: 42) rambu-rambu yang harus dipatuhi dalam pembuatan bahan ajar adalah: 1) Bahan ajar harus disesuaikan dengan siswa yang sedang mengikuti proses belajar mengajar. 2) Bahan ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku siswa. 3) Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik diri siswa. 4) Di dalam bahan ajar telah mencakup tujuan kegiatan pembelajaran yang spesifik. 5) Bahan ajar harus memuat materi pembelajaran secara rinci, baik untuk kegiatan maupun latihan, untuk mendukung ketercapaian tujuan. 6) Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik. Proses penyusunan materi pembelajaran dalam penulisan bahan ajar, harus disusun secara sistematis sehingga bahan ajar tersebut dapat menambah pengetahuan dan kompetensi siswa secara baik dan efektif. Bahan ajar digunakan oleh guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

8 Berdasarkan teknologi yang digunakan, media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat kategori sebagai berikut (Depdiknas, 2008: 11-15): 1) Bahan ajar cetak (printed), seperti: handout, buku diktat, lembar kegiatan siswa (LKS), brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan model/maket. 2) Bahan ajar dengar (audio), seperti: kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. 3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), seperti: video compact disk dan film. 4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material), seperti: CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat beraneka ragam, maka pengajar dapat memilih salah satu atau beberapa diantaranya untuk digunakan dalam menyusun strategi pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan ini adalah bahan ajar cetak berbentuk diktat. B. Diktat Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi yang dipersiapkan guru untuk mempermudah/ memperkaya materi mata

9 pelajaran/ bidang studi yang disampaikan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dapat dikatakan bahwa diktat adalah buku yang diedarkan dalam lingkup terbatas (umumnya hanya digunakan oleh guru yang membuat), dalam bentuk yang lebih sederhana, cakupan isinya lebih sedikit. Pada hakekatnya diktat adalah buku pelajaran yang masih mempunyai keterbatasan, baik dalam jangkauan penggunaannya maupun cakupan isinya. Yang membedakan diktat dengan buku pelajaran antara lain: 1. Diktat umumnya disusun oleh guru untuk keperluan mengajarnya sendiri 2. Diperbanyak dan diedarkan secara terbatas 3. Cakupan isi diktat umumnya terbatas 4. Cukup banyak diktat setelah disempurnakan pada akhirnya menjadi buku pelajaran. Sering dikatakan bahwa diktat adalah calon buku pelajaran. Dengan demikian kerangka isi diktat yang baik seharusnya tidak berbeda dengan buku pelajaran. Namun karena masih digunakan di kalangan sendiri, beberapa bagian isi seringkali ditiadakan. Bagian yang seharusnya tetap tersaji pada suatu diktat adalah sebagai berikut: a. Bagian Pendahuluan: 1. Daftar Isi 2. Penjelasan Tujuan Diktat Pelajaran b. Bagian Isi: 1. Judul Bab atau Topik Isi Bahasan

10 2. Penjelasan Tujuan Bab 3. Uraian Isi Pelajaran 4. Penjelasan Teori 5. Sajian Contoh c. Soal Latihan Bagian Penunjang d. Daftar Pustaka Dalam penyusunan diklat, perlu dilihat beberapa persyaratan. Persyaratan dalam penyusunan diktat berkaitan dengan: a. Keamanan nasional Isi, cara penyajian, bahasa, dan ilustrasi dalam buku diktat selaras dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Isi diktat Dalam menyusun isi diktat sebaiknya memuat sekurang-kurangnya bahan pelajaran minimal yang harus dikuasai siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku. c. Cara penyajian 1) Urutan uraian teratur 2) Penahapan penyajian 3) Sederhana ke kompleks 4) Mudah ke sukar/ sulit 5) Saling memperkuat bahan kajian terkait 6) Menarik minat dan perhatian siswa

11 7) Menantang dan merangsang siswa untuk mempelajari diktat 8) Pengorgasisasian dan sistematika penulisan memperhatikan aspek kemampuan siswa d. Bahasa yang digunakan 9) Menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dan baku 10) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan siswa 11) Istilah, kata-kata, dan simbol-simbol dapat mempermudah pemahaman siswa 12) Menggunakan transliterasi yang telah dibakukan e. Ilustrasi 13) Relevan dengan isi buku pelajaran yang bersangkutan 14) Tidak mengganggu kesinambungan antarkalimat, antarparagraf, dan bagian dari keseluruhan isi buku 15) Jelas, baik, dan esensial untuk membantu siswa dalam memahami konsep C. Matematika Matematika (dari bahasa Yunani mathematike) berarti relating to learning mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lain yang serupa, yaitu mathanein yang berarti belajar (Suherman, 2003: 15). Russel (dalam Uno dan Umar, 2009: 108) mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu

12 studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstruktif), secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan bulat ke bilangan pecahan, bilangan riil ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral, menuju matematika yang lebih tinggi. Pembelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. D. Materi Barisan dan Deret Barisan dan Deret merupakan salah satu materi yang diajarkan pada jenjang SMK sesuai dengan standar isi tahun 2006, dengan Standar Kompetensi (SK) materi Barisan dan Deret kelas X adalah menerapkan barisan dan deret dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar (KD) dari Standar Kompetensi materi Barisan dan Deret kelas X antara lain: 1. Mengidentifikasi pola, barisan dan deret bilangan 2. Menerapkan konsep barisan dan deret aritmatika 3. Menerapkan konsep barisan dan deret geometri Berdasarkan SK dan KD di atas, peneliti merumuskan beberapa indikator, yaitu: 1. Menuliskan rumus suku ke-n suatu barisan bilangan. 2. Mengubah notasi jumlah suatu deret dalam notasi sigma.

13 3. Menentukan rumus suku ke-n barisan aritmatika. 4. Menentukan rumus jumlah suku ke-n deret aritmatika. 5. Menentukan rumus suku ke-n barisan geometri. 6. Menentukan rumus jumlah suku ke-n deret geometri. 7. Menentukan jumlah suku geometri sampai suku tak hingga. 8. Menyikapi suatu masalah dengan melihat pola permasalahan. Dari indikator-indikator tersebut, nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam pengembangan bahan ajar berbentuk diktat matematika untuk SMA kelas X pada materi Barisan dan Deret di SMK yang meliputi materi pola bilangan, barisan dan deret; barisan dan deret aritmatika; barisan dan deret geometri; deret geometri tak hingga. Dalam penelitian ini akan dikembangkan bahan ajar berbentuk diktat dengan pendekatan kontekstual. E. Model Pengembangan Buku Diktat Dalam penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan ADDIE. Model pengembangan ADDIE adalah model perencanaan pembelajaran yang efektif dan efisien serta prosesnya bersifat interaktif, dimana hasil evaluasi setiap fase dapat membawa pengembangan pembelajaran ke fase sebelumnya. Menurut Pribadi (2009: 127-137) model pengembangan ADDIE terdiri atas 5 tahapan, yaitu:

14 1. Tahap Analisis (Analisys) Tahap ini merupakan dasar dari semua tahapan lainnya. Pada tahap analisis dilakukan analisis kurikulum, analisis bahan ajar, dan analisis karakteristik siswa. 2. Tahap Desain (Design) Tahap ini terdiri dari kegiatan penyusunan garis-garis besar isi pembelajaran. 3. Tahap Pengembangan (Development) Tahap ini terdiri dari kegiatan pembuatan teks, grafik, audio, visual, dan animasi. Selanjutnya dilakukan proses pemrograman dengan authoring tools, pengemasan, dan penyuntingan. 4. Tahap Implementasi (Implementation) Tahap implementasi terdiri dari kegiatan uji coba pemanfaatan produk pengembangan, penyempurnaan atau revisi dan penggandaan. 5. Tahap Evaluasi (Evaluation) Pada tahap ini efisiensi dan efektifitas pembelajaran diukur melalui kegiatan penilaian untuk mengukur validitas produk, bisa berupa evaluasi formatif yang mencakup, observasi, interview, dan angket. Proses penilaian, termasuk dinilai manfaatnya atau pengaruhnya.

15 F. Penilaian Kualitas Diktat Menurut Nieveen (1999: 127-128) penilaian kualitas produk pendesainan, pengembangan dan pengevaluasian produk harus memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Aspek validitas meliputi 2 hal yaitu: 1) apakah produk yang dikembangkan berdasarkan rasional teoritik yang kuat, 2) apakah terdapat konsistensi internal antara komponen-komponen produk. Aspek kepraktisan meliputi 2 hal yaitu: 1) apakah para ahli dan praktisi menyatakan produk yang dikembangkan dapat diterapkan, 2) apakah secara nyata di lapangan, produk yang dikembangkan dapat diterapkan. Aspek keefektifan meliputi 2 hal yaitu: 1) apakah para ahli dan praktisi menyatakan bahwa produk tersebut efektif, 2) apakah dalam operasionalnya model tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. Dalam penelitian pengembangan ini, kualitas diktat dinilai dari: 1) Aspek Kevalidan Diktat dikatakan valid jika memenuhi kriteria, yaitu: hasil penilaian validator menyatakan bahwa diktat dinyatakan valid dengan revisi atau tanpa revisi, berdasarkan pada landasan teoritik yang kuat. Diktat matematika dengan pendekatan kontekstual dikembangkan dengan memenuhi aspek yang terkandung dalam pendekatan kontekstual dan penyusunan diktat yang baik. Aspek yang harus dipenuhi dalam diktat ini adalah aspek: (1) pendekatan kontekstual; (2) kelayakan isi; (3) kelayakan bahasa; (4) kelayakan penyajian, dan (5) kelayakan grafika.

16 2) Aspek Kepraktisan Diktat dikatakan praktis jika memenuhi kriteria yaitu para responden menyatakan bahwa diktat dapat diterapkan di kelas dan bermanfaat. 3) Aspek Keefektifan Diktat dikatakan efektif jika memenuhi kriteria yaitu presentase ketuntasan hasil belajar siswa termasuk dalam kategori tinggi atau lebih dari 66%. G. Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual a. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006: 255). Masalah kontekstual sangat baik digunakan di awal pembelajaran suatu topik yang baru yang diharapkan agar anak didik dapat ditantang untuk membangun atau menemukan sendiri suatu cara atau suatu pengertian atau sifat tertentu (Soedjadi, 2007: 43). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu strategi pembelajaran yang membantu guru untuk menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh

17 agar dapat ditantang untuk membangun atau menemukan sendiri suatu cara atau suatu pengertian atau sifat tertentu sehingga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Menurut Sanjaya (2006: 256) terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual diantaranya: 1) Mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik (activing knowledge). 2) Memperoleh pengetahuan baru (acquiring knowledge). 3) Memahami pengetahuan (understanding knowledge). 4) Menerapkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. b. Komponen-komponen dalam Pembelajaran Kontekstual Menurut Sanjaya (2006: 263-268) ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya

18 (authentic assessment). Ketujuh komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Konstruktivisme (Constructivism) Komponen ini merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual. Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Dalam konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk mengintepretasi objek tersebut. Pembelajaran kontekstual pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Karena pengetahuan hanya akan fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Atas dasar asumsi yang mendasar itulah, maka penerapan asas konstruktivisme dengan pendekatan kontekstual, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata. 2) Bertanya (Questioning) Komponen ini merupakan strategi utama pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran

19 dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. 3) Menemukan (Inquiry) Komponen menemukan merupakan kegiatan inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. 4) Masyarakat Belajar (Learning community) Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Dalam kelas dengan pendekatan kontekstual, penerapan komponen masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok-kelompok yang anggotanya sedapat mungkin yang heterogen dalam segala hal. Sehingga hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa tercipta apabila ada proses komunikasi dua arah.

20 5) Pemodelan (Modeling) Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran pengetahuan dan keterampilan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, model tersebut dapat berupa contoh cara mengerjakan sesuatu, cara melukis bangun-bangun geometri, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya, dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang dapat ditiru. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. 6) Refleksi (Reflection) Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi aktivitas yang telah dilakukan atau mengevaluasi kembali bagaimana belajar yang telah dilakukan. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya dapat berupa pernyataan langsung tentang apa-apa

21 yang diperolehnya hari itu, membuat rangkuman, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. 7) Penilaian Nyata (Authentic assessment) Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan data yang dapat memberikan gambaran tentang perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Penilaian bukan hanya sekedar untuk mencari informasi tentang hasil belajar siswa tetapi juga mengetahui bagaimana prosesnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa kemudian membimbing siswa untuk dapat menemukan dan memahami konsep materi yang dipelajari dengan menggunakan tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

22 H. Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran matematika siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran serta memahami konsep dari materi yang dipelajari. Siswa harus memiliki kemandirian dalam belajar sehingga pembelajaran berlangsung aktif, kreatif, mandiri, dan efektif. Kenyataannya di lapangan dalam pembelajaran matematika, beberapa kegiatan masih menggunakan pendekatan yang memusatkan pembelajaran pada guru sehingga banyak siswa yang merasa enggan untuk bertanya pada guru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan keaktifan, kekreatifan, dan kemandirian siswa adalah memanfaatkan diktat dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan diktat dapat menfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu diktat disusun dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini akan disusun diktat berdasarkan pendekatan kontekstual. Pengembangan diktat ini mengikuti langkah-langkah penyusunan diktat dengan memperhatikan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui cara

23 mengembangkan diktat dengan pendekatan kontekstual dan mengetahui kualitas diktat berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Dari uraian di atas, pengembangan diktat matematika untuk SMK kelas X dengan pendekatan kontekstual ini penting karena untuk meningkatkan keaktifan dan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran, mempermudah pemahaman siswa terhadap konsep dan materi matematika, serta membantu siswa mencapai standar ketuntasan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah. Jika disajikan dengan suatu bagan, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

24 Siswa SMK kelas X MASALAH Pemahaman konsep siswa masih relatif kurang Masih terbatasnya bahan ajar yang dikembangkan dengan pendekatan kontekstual SOLUSI Menyusun diktat dengan pendekatan kontekstual ALASAN Siswa dapat belajar mandiri di sekolah maupun di luar sekolah Mendorong siswa meningkatkan kemampuan dan menguasai pemahaman konsep Meningkatkan prestasi belajar siswa SMK kelas X Diagram 2.1 Alur Kerangka Berpikir