LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN. TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

7. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN

PERMENDAGRI NO. 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang.

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 6a TAHUN 2011 TENT ANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

TBY,'fJ?\TfiUfi*:t- TENTANG PEIIY-ERATIAIY PRASARANA, SARANA, DAII UTTLITAS PERI'UAIIAIT DAN PER}IUKIMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

-2- Dengan Persetujuan

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

- 1 - BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2017 T E N T A N G

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LOKASI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN PEMERINTAH NO. 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 81 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10 /PERMEN/M/2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENGESAHAN RENCANA TAPAK BUPATI TANGERANG

WALIKOTA BANJARMASIN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA TIDAK TERDUGA TAHUN ANGGARAN 2013

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PADA KAWASAN INDUSTRI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, PERUMAHAN, DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan kawasan industri, perdagangan, pariwisata, perumahan, dan permukiman tumbuh semakin meningkat sehingga diperlukan suatu jaminan atas ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas di kawasan tersebut; b. bahwa dalam rangka memberikan jaminan ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas di kawasan industri, perdagangan, pariwisata, perumahan, dan permukiman perlu dilakukan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas; c. bahwa dalam rangka keberkelanjutan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas di kawasan perumahan dan permukiman perlu dilakukan pengaturan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas dari Pengembang kepada Pemerintah Daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyediaan, Penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Kawasan Industri, Perdagangan, Pariwisata, Perumahan dan Permukiman; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang...

-2-2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437, sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Perubahan Undang Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 5. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataaan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4470); 6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 9. Undang...

-3-9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5252); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987, tentang Penyediaan dan Pengunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3350); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2007 Republik Indonesia Nomor 4737); 15. Peraturan...

-4-15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009, tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 09 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah; 18. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010, tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Wilayah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 1985 Nomor 09, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0985); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 06 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2010 Nomor 06, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0610); 21. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0810); 22. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2011 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1311); Dengan...

-5- Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG dan BUPATI TANGERANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS KAWASAN INDUSTRI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, PERUMAHAN, DAN PERMUKIMAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Tangerang. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tangerang. 3. Bupati adalah Bupati Tangerang. 4. Kantor Pertanahan adalah Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang. 5. Pengembang adalah institusi atau lembaga penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman. 6. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. 7. Kawasan perdagangan adalah suatu kawasan perdagangan yang terdiri dari beberapa blok bangunan, dimana pada kawasan tersebut selain fungsi perdagangan sebagai fungsi utama juga terdapat fungsi lainnya, antara lain: perkantoran, hunian/tempat tinggal, dan ruang pamer. 8. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas. 9. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. 10. Prasarana...

-6-10. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 11. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. 12. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan. 13. Penyediaan adalah menyediakan berupa tanah dengan bangunan dan/atau tanpa bangunan untuk kepentingan umum pada kawasan perumahan dan permukiman. 14. Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas adalah penyerahan berupa tanah dengan bangunan dan atau tanah tanpa bangunan dalam bentuk asset dan tanggung jawab pengelolaan dari Pengembang kepada Pemerintah Daerah. 15. Tim verifikasi adalah tim yang dibentuk oleh Bupati dalam rangka pelaksanaan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman dari Pengembang kepada Pemerintah Daerah. 16. Rencana tapak adalah tata letak penempatan bangunan dan sarana pendukungnya pada suatu lokasi persil atau penggambaran untuk memenuhi persyaratan teknis peruntukan. 17. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD Kabupaten Tangerang atau berasal dari perolehan lain yang sah. 18. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan barang milik daerah. BAB II TUJUAN DAN PRINSIP Pasal 2 (1) Penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas kawasan industri, perdagangan, pariwisata, perumahan dan permukiman bertujuan untuk menjamin terwujudnya fungsi keseimbangan kawasan lingkungan yang sehat, aman, serasi, terencana, dan terpadu. (2) Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman dari Pengembang kepada Pemerintah Daerah bertujuan untuk menjamin keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas di lingkungan perumahan dan permukiman. Pasal...

-7- Pasal 3 Penyediaan, penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas kawasan industri, perdagangan, pariwisata, perumahan dan permukiman berdasarkan prinsipprinsip : 1. Keterbukaan; 2. Akuntabilitas; 3. Kepastian Hukum; 4. Keberpihakan; dan 5. Keberlanjutan. BAB III PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS (1) Prasarana, antara lain: a. jaringan jalan; Pasal 4 b. jaringan saluran pembuangan air limbah; c. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL); d. Tempat penampungan air/folder/tandon; e. Jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase); dan f. Tempat Pembuangan Sampah (TPS). (2) Sarana, antara lain: a. sarana perniagaan/perbelanjaan; b. sarana pelayanan umum dan pemerintahan; c. sarana pendidikan; d. sarana kesehatan; e. sarana peribadatan; f. sarana rekreasi dan olah raga; g. sarana pemakaman; h. sarana kantin; i. sarana kawasan perumahan bagi pekerja/buruh/mess karyawan; j. sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; k. sarana parkir, dan l. sarana tempat atau ruang untuk pedagang informal/pedagang kaki lima dan/atau usaha mikro kecil dan menengah. (3) Utilitas...

-8- (3) Utilitas, antara lain: a. jaringan air bersih; b. jaringan listrik; c. jaringan telepon; d. jaringan gas; e. jaringan transportasi (termasuk halte dan/atau sub terminal); f. pemadam kebakaran; dan g. sarana penerangan jalan umum. BAB IV PENYEDIAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS Bagian Kesatu Kawasan Industri Pasal 6 (1) Setiap Pengembang yang melakukan pembangunan Kawasan Industri/Pergudangan wajib menyediakan prasarana, sarana, dan utilitas dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari keseluruhan luas lahan. (2) Jenis prasarana, sarana, dan utilitas serta luasan lahan yang akan dipergunakan untuk penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Rencana Tapak yang diatur dalam peraturan bupati. (3) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ketentuan mengenai pengesahan gambar rencana tapak diatur dalam peraturan bupati. Bagian Kedua Kawasan Perdagangan Pasal 7 (1) Setiap Pengembang yang melakukan pembangunan Kawasan Perdagangan wajib menyediakan prasarana, sarana, dan utilitas dengan luas paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan. (2) Jenis prasarana, sarana, dan utilitas serta luasan lahan yang akan dipergunakan untuk penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Rencana Tapak yang diatur dalam peraturan bupati. (3) Selain...

-9- (3) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ketentuan mengenai pengesahan gambar rencana tapak diatur dalam peraturan bupati. Bagian Ketiga Kawasan Pariwisata Pasal 8 (1) Setiap Pengembang yang melakukan pembangunan Kawasan Pariwisata wajib menyediakan prasarana, sarana, dan utilitas dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari keseluruhan luas lahan. (2) Jenis prasarana, sarana, dan utilitas serta luasan lahan yang akan dipergunakan untuk penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Rencana Tapak yang diatur dalam peraturan bupati. (3) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ketentuan mengenai pengesahan gambar rencana tapak diatur dalam peraturan bupati. Bagian Keempat Kawasan Perumahan dan Permukiman Pasal 9 (1) Setiap Pengembang yang melakukan pembangunan Kawasan Perumahan dan Permukiman wajib menyediakan prasarana, sarana, dan utilitas dengan luas paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan. (2) Setiap Pengembang yang melaksanakan pembangunan Kawasan Perumahan dan Permukiman wajib menyediakan sarana pemakaman dengan luas paling sedikit 2% (dua persen) dari keseluruhan luas lahan. (3) Jenis prasarana, sarana, dan utilitas serta luasan lahan yang akan dipergunakan untuk penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Rencana Tapak yang diatur dalam peraturan bupati. (4) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ketentuan mengenai pengesahan gambar rencana tapak diatur dalam peraturan bupati. Pasal...

-10- Pasal 10 Perumahan dan permukiman terdiri atas : a. perumahan tidak bersusun; dan b. rumah susun. Pasal 11 (1) Perumahan tidak bersusun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, berupa kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian. (2) Kelompok rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlantai satu atau dua. Pasal 12 (1) Rumah susun sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf b, berupa bangunan gedung bertingkat dalam suatu lingkungan. (2) Bangunan gedung bertingkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, bendabersama, dan tanah bersama. BAB V PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS Pasal 13 (1) Pengembang wajib menyerahkan prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 kepada Pemerintah Daerah. (2) Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan : a. Paling lambat 1 (satu) tahun setelah masa pemeliharaan; b. Sesuai dengan rencana tapak yang telah disetujui oleh Pemerintah Daerah; c. Sesuai existing, apabila terlantar dan tidak dapat membuktikan dokumen rencana tapak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b. (3) Penyerahan...

-11- (3) Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman sesuai rencana tapak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan : a. Secara bertahap, apabila rencana pembangunan dilakukan bertahap; b. Sekaligus, apabila rencana pembangunan dilakukan tidak bertahap; atau c. Secara parsial terhadap sarana apabila dibutuhkan. (4) Pengembang yang melaksanakan pembangunan Kawasan Industri/ Pergudangan, Perdagangan, dan Pariwisata tidak wajib menyerahkan prasarana, sarana, dan utilitas kepada Pemerintah Daerah. BAB VI PERSYARATAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS Pasal 14 (1) Pemerintah Daerah menerima Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman yang sesuai dengan perijinan yang telah dipersyaratkan. (2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. BAB VII PEMBENTUKAN TIM VERIFIKASI Pasal 15 (1) Bupati membentuk Tim Verifikasi untuk memproses Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman. (2) Keanggotaan Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. (3) Tugas Tim Verfikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bab...

-12- BAB VIII TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS Pasal 16 (1) Tata cara Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman dilakukan melalui: a. Persiapan; b. Pelaksanaan penyerahan; dan c. Pasca penyerahan. (2) Tata cara penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB IX PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS YANG DITELANTARKAN DAN TERLANTAR Pasal 17 (1) Dalam hal prasarana, sarana, dan utilitas yang diterlantarkan/tidak dipelihara oleh Pengembang dan belum diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Daerah berwenang untuk memberikan surat peringatan/teguran untuk memperbaiki/memelihara sebelum diserahkan kepada Pemerintah Daerah. (2) Dalam hal Pengembang tidak sanggup memperbaiki/memelihara sebagaimana dimaksud ayat (1), maka Pengembang membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa Pengembang tidak sanggup memperbaiki/memelihara prasarana, sarana, dan utilitas. (3) Berdasarkan surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Daerah membuat Berita Acara Serah Terima Prasarana dan Sarana, yang akan digunakan sabagai dasar bagi Pengelola Barang Milik Daerah dalam melakukan pencatatan ke Daftar Barang Milik Daerah. Pasal 18 (1) Dalam hal prasarana, sarana, dan utilitas yang terlantar dan belum diserahkan, Pemerintah Daerah membuat Berita Acara perolehan prasarana, sarana, dan utilitas Perumahan dan Permukiman. (2) Pemerintah Daerah membuat pernyataan asset atas tanah prasarana, sarana, dan utilitas sebagai dasar permohonan pendaftaran hak atas tanah di Kantor Pertanahan. Bab...

-13- BAB X PELAPORAN Pasal 19 Bupati menyampaikan laporan perkembangan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas kepada Gubernur Banten secara berkala setiap 12 (dua belas) bulan. BAB XI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 20 Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyediaan, penyerahan, dan pemanfaatan prasarana, sarana, dan utilitas. BAB XII PEMBIAYAAN Pasal 21 (1) Pembiayaan pemeliharaan prasarana, sarana, dan utilitas sebelum Penyerahan menjadi tanggung jawab Pengembang. (2) Pembiayaan pemeliharaan prasarana, sarana, dan utilitas setelah Penyerahan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tangerang. BAB XIII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 22 (1) Bupati berwenang menerapkan sanksi administratif kepada setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. (2) Jenis sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Peringatan tertulis; b. Penundaan persetujuan dokumen dan/atau perizinan; c. Dimasukkan ke dalam daftar hitam (black list). (3) Sanksi...

-14- (3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1), dikenakan juga kepada Pengembang yang menyerahkan prasarana, sarana, dan utilitas dalam kondisi dan/atau dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2). (4) Ketetentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerapan sanksi administratif diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati. BAB XIV PENYIDIKAN Pasal 23 Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran tindak pidana Peraturan Daerah ini. BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 24 (1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 (1), Pasal 8 (1), Pasal 9 (1), Pasal 9 ayat (2), dan Pasal 13 Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25 Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, prasarana, sarana, dan utilitas Kawasan Perumahan dan Permukiman yang telah selesai atau dalam tahap penyelesaian, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Untuk prasarana, sarana, dan utilitas yang telah selesai dibangun lebih dari 5 (lima) tahun dapat langsung diserahkan kepada Pemerintah Daerah setelah dilakukan verifikasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 14; b. Untuk prasarana, sarana dan utilitas yang telah selesai dibangun kurang dari 5 (lima) tahun, tetapi lebih dari 1 (satu) tahun, diserahkan kepada Pemerintah Daerah secara formal dan fisik dengan tenggang waktu paling lama 1 (satu) tahun diantara kedua tahap dimaksud; c. Untuk...

-15- c. Untuk prasarana, sarana dan utilitas yang masih dalam tahap penyelesaian/pembangunan, tata cara Penyerahan harus mengikuti Peraturan Daerah ini, termasuk prasarana, sarana dan utilitas yang telah selesai dibangun sampai dengan 1 (satu) tahun; dan d. Untuk prasarana, sarana dan utilitas yang ditinggalkan Pengembang berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka : 1. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial pada Kawasan Perumahan, Industri, Pergudangan dan Pariwisata; dan 2. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 09 Tahun 2006 tentang Rencana Tapak. dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Ditetapkan di Tigaraksa pada tanggal 23-7 - 2012 BUPATI TANGERANG, ttd. Diundangkan di Tigaraksa pada tanggal 23-7 - 2012 SEKRETARIS DAERAH, H. ISMET ISKANDAR ttd. H. HERMANSYAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2012 NOMOR 04

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PADA KAWASAN INDUSTRI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN I. UMUM Kedudukan dan peranan prasarana, sarana, dan utilitas pada hakikatnya agar terjadi keteraturan dan keserasian pengaturan prasarana, sarana, dan utilitas di suatu kawasan perumahan dan permukinan dalam suatu wilayah guna memenuhi kebutuhan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Manfaat Peraturan Daerah tentang Penediaan, Penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas ini adalah untuk terlaksananya dan menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan penyelenggaraan penyediaan, penyerahan dan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas di wilayah Kabupaten Tangerang, serta menimbulkan peran serta masyarakat dan pelaku usaha dalam pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah Pusat kepada Daerah di dalam pelaksanaan Kewenangan Daerah untuk mengatur hal tersebut, sehingga pembangunan suatu kawasan daerah dibidang penyelenggaraan prasarana, sarana, dan utilitas dapat dilaksanakan secara terencana, terarah, dan terintegrasi sesuai dengan Peraturan Perundangundangan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 1. Keterbukaan, yaitu masyarakat mengetahui prasarana, sarana, dan utilitas dalam rangka penyediaan, penyerahan serta kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi terkait prasarana, sarana, dan utilitas. 2. Akuntabilitas, yaitu proses penyediaan dan penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

-2-3. Kepastian Hukum, yaitu menjamin kepastian ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas di lingkungan Kawasan Industri, Perdagangan, Pariwisata, Perumahan dan Permukiman sesuai dengan standar, rencana tapak yang disetujui oleh Pemerintah Daerah, serta kondisi dan kebutuhan masyarakat. 4. Keberpihakan, yaitu Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas bagi kepentingan masyarakat di lingkungan perumahan dan permukiman, dan 5. Keberlanjutan, yaitu Pemerintah Daerah menjamin keberadaan prasarana, sarana, dan utilitas sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Prasarana yang dapat di serahkan adalah prasarana yang terletak di luar lahan efektif. Sarana yang dapat di serahkan adalah sarana yang terletak di luar lahan efektif. Utilitas yang dapat di serahkan adalah utilitas yang terletak di luar lahan efektif. Pasal 8 Prasarana yang dapat di serahkan adalah prasarana yang terletak di luar lahan efektif. Sarana yang dapat di serahkan adalah sarana yang terletak di luar lahan efektif. Utilitas yang dapat di serahkan adalah utilitas yang terletak di luar lahan efektif. Pasal 9 Prasarana yang dapat di serahkan adalah prasarana yang terletak di luar lahan efektif. Sarana yang dapat di serahkan adalah sarana yang terletak di luar lahan efektif. Utilitas yang dapat di serahkan adalah utilitas yang terletak di luar lahan efektif.

-3- Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23

-4- Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 0412