BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten/Kota

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Setiap provinsi terbagi dari beberapa Kabupaten maupun Kota.

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang berdampak perubahan dalam undang-undang pajak

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dapat menetepkan berbagai jenis sumber penerimaan

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. dan aspirasi masyarakat yang sejalan dengan semangat demokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. tentunya perlu mendapatkan perhatian serius baik dari pihak pemerintah pada

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan dari. program-program di segala bidang secara menyeluruh terarah dan

I. PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat. mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang.

1 UNIVERSITAS INDONESIA

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas )

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten/Kota merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi dan apa yang menjadi kebutuhan daerahnya. Menurut Blakely (dalam Kuncoro,2004), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Kemandirian suatu daerah dalam pembangunan nasional merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah pusat. Pemerintah pusat membuat kebijakan dimana pemerintah daerah diberikan kekuasaan untuk mengelola keuangan daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan desentralisasi, hal ini dilakukan dengan harapan daerah akan memiliki kemampuan untuk membiayai pembangunan daerahnya sendiri sesuai prinsip daerah otonom yang nyata. Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pembangunan otonomi daerah di indonesia. Undang-undang ini memberikan otonomi secara utuh pada daerah untuk 1

2 membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat sesuai aturan perundang-undangan. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah ini diharapkan kepada pemerintah daerah mampu mendorong perbaikan pengelolaan sumber daya yang dimiliki setiap daerah. Otonomi daerah memiliki implikasi yang luas pada kewenangan daerah untuk menggali dan mengelola sumber-sumber pendapatan daerah dalam rangka pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah (Abdul,Tjahjanulin,Ratih:2013). Pendapatan daerah bersumber dari 3 kelompok sebagai berikut : a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) b. Dana Perimbangan c. Lain-lain pendapatan yang sah Berikut disajikan target dan penerimaan dari pendapatan daerah di Kabupaten Tangerang: Tabel 1.1 Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang Periode 2011-2013 Tahun 2011 Jenis Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain PAD yang sah Penerimaan Pencapaian 665.231.223.713 29,9% 1.288.462.389.417 57,9% 270.614.153.161 12,1% Jumlah 2.224.307.766.291

3 2012 2013 Pendapatan 689.427.609.063 27,5% Asli Daerah Dana 1.542.498.443.349 61,5% Perimbangan Lain-lain PAD 272.759.387.739 10,8 % yang sah Jumlah 2.504.685.440.151 Pendapatan 1.033.942.090.522 33,6% Asli Daerah Dana 1.498.947.577.711 48,8% Perimbangan Lain-lain PAD 535.128.973.604 17,4 % yang sah Jumlah 3.068.018.641.837 Sumber : www.tangerangkab.go.id Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang dari tahun 2011-2013 mengalami fluktuatif. Dengan menyumbang pada daerah sebesar 29,9%, 27,5%, 33,6%. Dana perimbangan mengalami fluktuatif selama tahun 2011-2013, dengan menyumbang pada daerah sebesar 57,9%, 61,5%, 48,8%. Sedangkan Lain-lain PAD yang sah menyumbang pada daerah selama tahun 2011-2013 sebesar 12,1%, 10,8%, 17,4%. Terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang masih didominasi oleh dana perimbangan dari pemerintah pusat. Namun, Pendapatan Asli Daerah tiap tahunnya juga mengalami peningkatan, dengan peningkatan tertinggi tahun 2013 yaitu sebesar 33,6%. Konsekuensi dari penerapan otonomi daerah yaitu setiap daerah dituntut untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) guna membiayai urusan rumah tangganya sendiri. Peningkatan ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik sehingga dapat menciptakan tata pemerintahan yang lebih baik.

4 Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan penerimaan dari sumber sumber penerimaan daerah, salah satunya dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah beberapa pos pendapatan asli daerah harus ditingkatkan antara lain pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Salah satu penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari sektor pajak daerah. Pajak daerah di Indonesia menurut Undang-Undang 34 Tahun 2000 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribaadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pajak daerah terbagi menjadi dua yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten atau kota. Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan (budgetary function) yang utama dan juga sebagai alat pengatur (regulatory function). Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, membiayai kegiatan pemerintah daerah dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat disediakan oleh pihak swasta yaitu berupa barang-barang publik. Melihat dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa pentingnya pajak bagi suatu daerah,terutama dalam menyokong pembangunan daerah itu sendiri merupakan pemasukan dana yang sangat

5 potensial karena besarnya penerimaan pajak akan meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk,perekonomian dan stabilitas politik. Dalam pembangunan suatu daerah, pajak memegang peranan penting dalam suatu pembangunan. Kabupaten Tangerang berdampingan dengan Kota Tangerang sebagai bagian dari Pemerintahan Provinsi Banten dan sebagai daerah penunjang ibukota Jakarta, karena letaknya yang dekat dan bertetangga langsung, memiliki tingkat pertumbuhan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk yang cepat. Bertambahnya jumlah industri, perumahan baru dan jasa perdagangan serta luasnya wilayah pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan menjadikan sektor-sektor ini sebagai tulang punggung perekonomian daerah. Menurut Sobri Nurdin, Ketua dewan pengurus daerah (Apersi Banten) mengungkapkan bahwa wilayah Tangerang (Kota Tangerang, Kota Tangsel, Kabupaten Tangerang) masih menjadi primadona pembangunan perumahan di provinsi Banten. Di kabupaten tangerang pembangunan perumahan banyak untuk kalangan menengah kebawah, namun pembangunan perumahannya terus meningkat setiap tahunnya (Beritasatu.com,06/02/2014). Berkembang pesatnya wilayah permukiman di wilayah Kabupaten Tangerang berdampak meningkatnya pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Salah satu jenis pajak daerah kabupaten/kota yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan pendapatn asli daerah di Kabupaten Tangerang yaitu Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Potensi daerah yang ada tersebut dapat menghasilkan pemasukan yang cukup pada PAD Kabupaten Tangerang.

6 Lahirnya Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah mengubah sistem pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah (BPHTB) yang awalnya merupakan pajak pusat kini menjadi pajak daerah. Terhitung 1 Januari 2011 pengelolaan BPHTB diserahkan dan menjadi wewenang sepenuhnya masing-masing kabupaten/kota. Oleh karena itu, BPHTB menjadi pajak daerah yang berpotensi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan bertujuan meningkatkan local taxing power kabupaten dan kota (Ardiyanto,Fauzan: 2012). Berikut disajikan, target dan realisasi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Kabupaten Tangerang periode 2011 sampai 2014 : 2011 2012 2013 Tabel 1.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kabupaten Tangerang Periode 2011-2014 Tahun Target BPHTB (Rp) Realisasi Penerimaan BPHTB (Rp) Rasio Efektivitas (%) 88.961.252.709 29.036.964.422 32,6% 88.961.252.709 82.550.705.475 92,8% 88.961.252.709 146.186.945.725 164,3% 114.624.680.823 269.014.975.950 234,7% 145.153.099.498 43.344.661.650 29,9% 145.153.099.498 112.404.690.699 77,4% 145.153.099.498 191.241.978.846 131,8% 185.501.944.900 334.875.748.148 180,5% 186.000.000.000 170.823.203.564 91,8% 186.000.000.000 288.053.616.760 154,9% 350.000.000.000 402.502.764.137 115,0%

7 2014 350.000.000.000 552.443.062.830 157,8% 326.000.000.000 40.539.871.750 12,4% 326.000.000.000 174.839.204.597 53,6% 358.000.000.000 256.324.163.227 71,6% 358.000.000.000 402.605.881.863 112,5% Rata-Rata 107,1% Sumber : Dispenda Kab.Tangerang. Berdasarkan tabel 1.2 terlihat bahwa realisasi pajak BPHTB dari triwulan I- IV setiap tahunnya terus mengalami peningkatan dari target penerimaan BPHTB. Pada tahun 2011 triwulan I-IV realisasi pajak BPHTB melebihi dari target yang telah ditentukan dengan tingkat efektivitas sebesar 32.6%, 92.8%, 164.3% dan 234.69%. Pada tahun 2012 selama trwiulan I-IV realisasi BPHTB melebihi dari target yang telah ditentukan dengan tingkat efektifitas sebesar 29.9%, 77.4%, 131.8% dan 180.52%. Pada tahun 2013 selama triwulan I-IV tingkat efektivitas penerimaan BPHTB sebesar 91.8%, 154.9%, 115.0% dan 157.84%. Pada tahun 2014 selama triwulan I-IV tingkat efektivitas penerimaan BPHTB sebesar 12.4%, 53.6%, 71.6% dan 112,46%, dalam hal ini rasio efektifitas tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mengindikasikan terjadi ketidak efektifanya pengelolaan keuangan daerah. Namun dilihat dari rata-rata tingkat efektivitas penerimaan BPHTB yaitu sebesar 107,1%, angka tersebut termasuk kriteria efektivitas sangat baik. Berikut disajikan penerimaan BPHTB dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tangerang tahun 2011 sampai 2014 :

8 2011 2012 2013 2014 Tahun Tabel 1.3 Penerimaan BPHTB dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tangerang serta Kontribusi BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Penerimaan BPHTB (Rp) Sumber : Dispenda Kab.Tangerang. Tahun 2011-2014 Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Rp) Kontribusi BPHTB terhadap PAD (Persentase) 29.036.964.422 97.490.628.728 29,8% 82.550.705.475 261.089.967.570 31,6% 146.186.945.725 423.276.501.135 34,5% 269.014.975.950 676.919.862.915 39,7% 43.344.661.650 138.137.155.686 31,4% 112.404.690.699 341.117.278.842 33,0% 191.241.978.846 556.393.476.237 34,4% 334.875.748.148 839.459.000.807 39,9% 170.823.203.564 317.829.513.464 53,7% 288.053.616.760 616.193.270.316 46,7% 402.502.764.137 891.647.980.789 45,1% 552.443.062.830 1.218.576.390.249 45,3% 40.539.871.750 206.683.527.198 19,6% 174.839.204.597 634.758.999.735 27,5% 256.324.163.227 1.138.891.267.591 22,5% 402.605.881.863 1.599.578.973.891 25,2% Rata-Rata 35,0% Berdasarkan data pada Tabel 1.3 terlihat bahwa jumlah penerimaan BPHTB selama tahun 2011 hingga tahun 2014 (triwulan I-IV) mengalami fluktuatif.

9 Kontribusi Penerimaan BPHTB terhadap PAD tertinggi yaitu pada tahun 2013 triwulan I-IV sebesar 53.7%, 46.7%, 45.1% dan 45,3% dan terendah tahun 2014 selama triwulan I-IV sebesar 19.6%, 27.5%, 22.5% dan 25.2%. Rata-rata kontribusi penerimaan BPHTB terhadap PAD selama kurun waktu empat tahun sebesar 35.0%, angka tersebut termasuk kriteria kontribusi yang cukup baik. angka tersebut masih bisa ditingkatkaan dengan melakukan beberapa upaya seperti intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah. Pengembangan potensi BPHTB di kabupaten Tangerang masih terbuka lebar terlihat dari penerimaan pajaknya selama empat tahun yaitu tahun 2011 hingga 2014 selalu mengalami peningkatan. Selain itu penerimaannya selalu melampaui target yang ditetapkan pemerintah. Akan tetapi terjadi penurunan pertumbuhan penerimaan BPHTB di tahun 2014 yang diikuti pula penurunan kontribusi BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kontradiksi antara peningkatan penerimaan BPHTB dengan pertumbuhan penerimaan dan kontribusinya menandakan bahwa realisasi penerimaan pajaknya belum optimal. Sedangkan jika dilihat dari target dan realisasinya, penerimaan BPHTB selalu melampaui target yang ditetapkan pemerintah. Hal ini menunjukan bahwa secara umum realisasi penerimaan pajaknya belum sesuai dengan potensi rill yang ada. (Indra dalam Pradita, 2009). Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdul dan Ratih (2013) yang meneliti mengenai Efektifitas Pemungutan BPHTB dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kediri, hasil penelitiannya menunjukan bahwa efektifitas BPHTB berhasil mencapai target

10 atau tujuannya yaitu meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Kediri. Penelitian yang dilakukan oleh Ardiyanto dan Fauzan (2012) tentang Akuntansi dan efektivitas Pemungutan BPHTB dan Kontribusinya terhadap PAD di Kota Semarang, hasil penelitiannya menunjukan bahwa tingkat efektivitas pemungutan BPHTB periode 2008-2011 berfluktuatif, dengan pendapatan rata-rata sebesar 108% yang termasuk dalam kriteria sangat efektif. Kontribusi BPHTB terhadap PAD dengan rata-rata 45,41% termasuk kriteria baik dan kontribusi BPHTB terhadap Pajak Daerah dengan rata-rata 52,52% termasuk kategori sangat baik. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk memilih judul penelitian mengenai ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH. (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang Periode 2011-2014). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah : 1. Bagaimana tingkat efektivitas penerimaan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten Tangerang?

11 2. Seberapa besar kontribusi Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten Tangerang? 3. Bagaimana target dan realisasi Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan selama 4 tahun terakhir terhadap Pendapatan Asli Daerah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahn yang dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui efektivitas penerimaan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) pada Kab.Tangerang. 2. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penerimaan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten Tangerang. 3. Untuk mengetahui Target dan Realisasi Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan selama 4 tahun terakhir. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan Penelitian yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan pemahaman lebih mendalam dari teori yang telah diperoleh dengan kenyataan yang terjadi, terutama dalam bidang perpajakan.

12 2. Bagi Akademis Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu perpajakan khususnya dalam perpajakan daerah dan diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk pendalaman penelitian selanjutnya. 3. Bagi Instansi Terkait Dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi instansi terkait untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di masa yang akan datang dan sebagai bahan evaluasi sampai sejauh mana kontribusi pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan terhadap pendapatan asli daerah pada Kabupaten Tangerang. 1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang sebagai tempat pengumpulan data yang beralamat di Jl. Tigaraksa Tangerang. Dengan sumber data dari Target dan Realisasi Pendapatan Daerah periode 2011-2014. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2015 sampai dengan selesai.