PROTEKSI VAKSIN MUTAN BRUCELLA ABORTUS RB27 DERIVASI ISOLAT LAPANG S67 PADA MENCIT

dokumen-dokumen yang mirip
umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl

EPIDEMIOLOGI DAN PENGENDALIAN BRUCELLOSIS PADA SAPI PERAH DI PULAU JAWA

SDR-2 SUATU KANDIDAT VAKSIN POTENSIAL TERHADAP BRUCELLOSIS PADA HEWAN

STUDI PATOGENISITAS BRUCELLA SUIS ISOLAT LAPANG DAN KEMAMPUAN PENULARANNYA DARI BABI KE MANUSIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pertama kali saat terjadinya perang di Crimea, Malta pada tahun Gejala

Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Jl. Mayjend Sutoyo S. No Banjarmasin

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deteksi Antibodi Brucella pada Sapi yang Dipotong di RPH Krian Kabupaten Sidoarjo dengan Rose Bengal Test (RBT)

PENGENDALIAN PENYAKIT BRUCELLOSIS DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2017

KEJADIAN PENYAKIT STRATEGIS PADA TERNAK RUMINANSIA BESAR DAN PROGRAM PENANGGULANGANNYA DI PROVINSI NANGGRO ACEH DARUSSALAM

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-l1 Th

DETEKSI ANTIBODI ANTI- Escherichia coli K99 DI DALAM SERUM INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BUNTING POST VAKSINASI E. coli DENGAN TEKNIK ELISA

AHMAD MAIZIR, SYAEFURROSAD, ERNES A, NENENG A, N M RIA ISRIYANTHI. Unit Uji Bakteriologi

Lilis Sri Astuti, Istiyaningsih, Khairul Daulay, Sarji, Deden Amijaya, Neneng Atikah, Meutia Hayati, Ernes Andesfha

PERBEDAAN RESPON SEROLOGIS ANTARA SAPI YANG MENDAPAT INFEKSI ALAMI, INFEKSI BUATAN, DAN YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN BRUCELLA ABORTUS GALUR 19

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BRUCELLA ABORTUS PENYEBAB KEGUGURAN PADA SAPI

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL

STUDI PERBANDINGAN SIFAT-SIFAT PROTEIN ANTIGENIK SEL BRUCELLA ABORTUS ISOLAT LAPANG DENGAN TEKNIK ELEKTROFORESIS DANIMMUNOBLOTTING

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

DETEKSI KEBERADAAN ANTIBODI ANTI H5N1 MENGGUNAKAN METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA SERUM SAPI YANG DIVAKSINASI H5N1 NOVIYANTI

RESPON TITER ANTIBODI PASCAVAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM YANG DIBERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.)

PERBANDINGAN GAMBARAN TITER ANTIBODI PASCA VAKSINASI ANTRAKS DENGAN MENGGUNAKAN 2 VAKSIN PRODUKSI DALAM NEGERI

RESPON IMUN ANAK BABI PASCA VAKSINASI HOG CHOLERA DARI INDUK YANG TELAH DIVAKSIN SECARA TERATUR ABSTRAK

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 HALAMAN PENGESAHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN

TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS)

LAPORAN BULANAN SEPTEMBER 2016 BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PRODUKSI ANTIBODI POLIKLONAL ANTI H5N1 PADA MARMOT (Cavia porcellus) YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA H5N1 DAN H5N2 KUNTO WIDYASMORO

RESPON ANTIBODI DAN PROTEKSI VAKSIN INAKTIF INFECTIOUS BRONCHITIS ISOLAT LOKAL PADA AYAM PETELUR

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI

ABSTRAK. Shella Hudaya, 2008 Pembimbing I : Khie Khiong, S.Si,M.Si.,M.Pharm.Sc,Ph.D Pembimbing II : Hana Ratnawati, dr., M.Kes

RIWAYAT HIDUP. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 1

GAMBARAN RESPON VAKSINASI IBD MENGGUNAKAN VAKSIN IBD INAKTIF PADA AYAM PEDAGING KOMERSIAL DEVA PUTRI ATTIKASARI

EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK

Proteksi Vaksin Hidup Pasteurella multocida B:3,4 terhadap Penyakit Septicaemia epizootica pada Sapi

PENGARUH VAKSINASI BRUCELLOSIS PADA SAPI PERAH DENGAN BERBAGAI PARITAS TERHADAP EFISIENSI REPRODUKSI

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

KETERSEDIAAN TEKNOLOGI VETERINER DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT STRATEGIS RUMINANSIA BESAR

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition)

Lokakarya Fungsional Non Pene/iti DISTRIBUSI ETEC DI BEBERAPA DAERAH DI INDONESIA Penyebab kolibasilosis neonatal pada anak babi yang utama ialah ETEC

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.)

KETERSEDIAAN VAKSIN DALAM RANGKA PENGENDALIAN PENYAKIT STRATEGIS PADA RUMINANSIA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.

METODOLOGI UMUM. KAJIAN ECP BAKTERI S. agalactiae MELIPUTI

PENGEMBANGAN VAKSIN KHOLERA UNGGAS: II. PATOGENITAS DAN DAYA PROTEKSI VAKSIN PASTEURELLA MULTOCIDA ISOLAT LOKAL PADA ITIK PERCOBAAN

STUDI EPIDEMIOLOGI BRUCELLOSIS DAN DAMPAKNYA TERHADAP REPRODUKSI SAPI PERAH DI DKI JAKARTA

Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114, Indonesia. (Diterima dewan redaksi 24 Juli 1997) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Jumlah (ekor) Frekuensi

PENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS DI NUSA TENGGARA TIMUR

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

Serodeteksi Brucella abortus pada Sapi Bali di Timor Leste

TENTANG. wilayah Provinsi Sumatera Utara dapat menyebabkan penyebaran penyakit keluron menular (Brucr,llosis);

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bujur Timur dengan jarak 149 km dari Dili, suhu maksimun 32 o C dan

Vaksinasi Anthrax di Indonesia

ABSTRAK. Susan, 2007, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami S., Dra., M.Kes.

I. PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. rata-rata konsumsi daging sapi selama periode adalah 1,88

ABSTRAK. Pembimbing II: Lusiana Darsono, dr., M.Kes

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ASCARIS SUUM YANG DIRADIASI TERHADAP POPULASI LARVA PADA REINFEKSI

SEROPREVALENSI DINAMIK LEPTOSPIROSIS PADA DAERAH PENGEMBANGAN SAPI PERAH

STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA ( SERVICE LEVEL AGREEMENT )

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun.

BAB I PENDAHULUAN. Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran. Dian Kusumaningrum 3, Winarto 4

Komposisi per liter: Pancreatic digest of casein Enzymatic digest of soya bean Sodium chloride

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN PAPAYA ( Carica papaya L ) PADA MENCIT SWISS-WEBSTER JANTAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PRODUKSI TELUR AYAM RAS MENGANDUNG ANTIBODI (IMUNOGLOBULIN Y ) ANTI PROTEASE Eschericia coli. Oleh: Wendry Setiyadi Putranto

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB IV METODE PENELITIAN. imunologi, farmakologi dan pengobatan tradisional. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan Mikrobiologi

ISOLASI DAN REIDENTIFIKASI Brucella abortus bv. 1 DI BALAI BESAR VETERINER (BBVet) WATES. Intisari

Brucellosis adalah penyakit hewan nenular yang disebabkan. oleh bakteri genus Brucella dan pada ternak

Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 MATERI DAN METODA Vaksin ND ( Newcastle Diseases ) Vaksin ND yang dipergunakan terdiri dari a Ga

IMUNOGENISITAS HEAT KILLED Aeromonas hydrophila STRAIN GPl-02, GL-01, DAN GJ-01 PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

SKRIPSI PENGUJIAN ISOLAT VIRUS YANG DILEMAHKAN DENGAN PEMANASAN UNTUK MELINDUNGI KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI VIRUS MOSAIK

RINGKASAN PENDAHULUAN

Gambar 6. Desain Penelitian

VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE SECARA LATERAL PADA AYAM PEDAGING : PENGARUH RASIO DAN DENSITAS

PENGARUH TANDUR LIEN PASKA SPLENEKTOMI TERHADAP KADAR IMMUNOGLOBULIN G, A DAN M SERUM PADA TIKUS WISTAR

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS

PENINGKATAN KEKEBALAN SPESIFIK ANTI STREPTOCOCCUS PADA BUDI DAYA IKAN NILA

ABSTRAK. Ajeng Annamayra, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II : Fen Tih, dr., M.Kes.

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT NURBARIAH

PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN SITUASINYA DI KALIMANTAN TIMUR

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

STUDI AWAL PENGEMBANGAN VAKSIN MALARIA DENGAN TEKNIK NUKLIR : PENGARUH IRADIASI GAMMA PADA Plasmodium berghei TERHADAP DAYA TAHAN MENCIT

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

Transkripsi:

PROTEKSI VAKSIN MUTAN BRUCELLA ABORTUS RB27 DERIVASI ISOLAT LAPANG S67 PADA MENCIT (The Efficacy of RB27 Mutant Vaccine Derived from Brucella abortus S67 against Challenge with Field Isolate of B. Abortus in BALB/C Mice) SUSAN M. NOOR dan M. POELOENGAN Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114 ABSTRACT A recent study showed that unlike the S19 vaccine, the mutant vaccine of Brucella abortus when given to pregnant cattle does not induce abortion. The objective of this study is to evaluate the efficacy of RB27 mutant vaccine that was derived from Brucella abortus S67 against challenge with field isolate of B. abortus in BALB/c mice. Four groups of 6 BALB/c mice were used in this study. Group I was inoculated intraperitoneally with RB27 that is derivation of S67; Group II was inoculated with RB27 organisms that is derivation of S158; Group III was inoculated with S19 vaccine; and Group III was used as a control. A month after booster, all groups were challenged against field isolate of B. abortus. All mice were killed by ether at 4 weeks post-challenge and spleens were cultured for the presence of Brucella abortus organisms. The results showed that Group I had protection of 83%, Group II and Group III had 50% protection, group IV (control) had no protection. Keywords: Brucellosis, RB27, efficacy, S67, S158, S19, mice ABSTRAK Vaksin Brucella abortus galur mutan diketahui tidak menginduksi terjadinya abortus pada sapi bunting yang divaksinasi dibandingkan dengan vaksin B. abortus S19. Pada penelitian ini dianalisis tingkat proteksi vaksin mutan B. abortus RB27 yang diderivasi dari isolat lapang S67. Sebanyak 24 ekor mencit dibagi menjadi 4 Kelompok. Kelompok 1, mencit divaksinasi dengan vaksin mutan B. abortus RB27 derivasi S67. Kelompok 2 divaksinasi dengan vaksin RB27 derivasi S158. Kelompok 3 divaksinasi dengan vaksin S19 dan Kelompok 4 tidak divaksinasi (kontrol). Vaksinasi dilakukan sebanyak 2 kali secara intraperitoneal dengan interval waktu satu bulan. Satu bulan setelah booster, semua kelompok mencit ditantang dengan B. abortus isolat lapang. Satu bulan setelah ditantang mencit dibunuh dan dilakukan pemeriksaan bakteriologis pada organ limpa. Proteksi vaksin dianalisis berdasarkan jumlah mencit yang tidak terinfeksi oleh B. abortus pada limpanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proteksi vaksin kelompok 1 adalah 83%, kelompok 2 adalah 50%, kelompok 3 adalah 50 % dan kelompok 4 adalah 0% (tidak ada proteksi). Kata kunci: Brucellosis, RB27, efikasi, S67, S158, S19, mencit PENDAHULUAN Brucellosis pada sapi mengakibatkan gangguan reproduksi yang ditandai dengan abortus dan infertilitas (ENRIGHT, 1990). Brucella abortus dapat pula mengakibatkan demam undulan pada manusia (ACHA dan SZYFRES, 1980). Menurut DITJENNAK (1981), kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit brucellosis di Indonesia mencapai 10 milyard rupiah setiap tahunnya. Brucellosis telah menyebar ke seluruh propinsi kecuali Pulau Bali dengan angka prevalensi bervariasi dari 1% sampai 40% (SUDIBYO dan RONOHARDJO, 1989; SUDIBYO et al., 1991; SUDIBYO et al., 1997). Pengendalian brucellosis melalui program vaksinasi dengan vaksin B. abortus S19 mengakibatkan keguguran pada sapi bunting (CORNER dan ALTON, 1981; BECKETT dan MACDIARMID, 1987) dan hanya menimbulkan proteksi 65 75% pada sapi yang divaksinasi (MANTHEI, 1959 dan CORNER et al., 1985). Penggunaan B. abortus strain RB51 yang 741

merupakan strain mutan pada hewan model dapat memberikan proteksi pada mencit bunting yang ditantang dengan strain 2308 (SCHURIG et al., 1991) karena diketahui tingkat virulensi strain RB51 lebih rendah dari S19 pada uji in vitro (ENRIGHT, 1990). Efikasi vaksin B. abortus mutan RB27 yang diderivasi dari isolat lokal S158 pada marmut kurang memberikan proteksi setelah ditantang dengan B. abortus isolat lokal. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena kandidat vaksin tersebut kurang imunogenik dan kemungkinan lainnya adalah aplikasi pemberian vaksin dan waktu vaksinasi yang kurang tepat sehingga mengakibatkan rendahnya titer antibodi dalam tubuh hewan uji. Berdasarkan alasan tersebut pada penelitian ini akan melakukan uji efikasi strain B. abortus RB27 yang diderivasi dari isolat lokal S67 pada mencit serta evaluasi terhadap tingkat keamanannya. MATERI DAN METODE Rekoveri strain B. abortus RB27 derivasi isolat lokal S67 pada mencit Untuk mengetahui rekoveri strain B. abortus RB27 derivasi isolat lokal S67 pada mencit pascavaksinasi digunakan 40 ekor mencit BALB/c yang dibagi menjadi 8 kelompok percobaan (5 ekor/kelompok). Mencit divaksinasi dengan 1x10 8 cfu strain B. abortus RB27 secara intraperitoneal. Rekoveri strain B. abortus pada limpa diamati setiap minggu dengan melakukan isolasi dan identifikasi bakteri B. abortus serta jumlah shedding bakteri. Kultur bakteri dikarakterisasi berdasarkan inspeksi visual, kemampuan autoaglutinasi (BRAUN dan BONESSTALL, 1947), dan absorbsi kristal violet (WHITE dan WILSON, 1951). Monitoring rekoveri bakteri B. abortus dilakukan mulai pada minggu ke-1 sampai minggu ke-8 pascavaksinasi. Minggu ke-1, mencit kelompok 1 dieutanasi dan limpa dikoleksi, kemudian pada minggu ke-2 mencit Kelompok 2, minggu ke-3 mencit. Kelompok 3 begitu seterusnya sampai pada minggu ke-8 post vaksinasi (kelompok 8). Uji Efikasi strain B. abortus RB27 pada mencit Pada uji efikasi ini akan menggunakan 24 ekor mencit (BALB/c) yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan seperti tampak pada Tabel 1. Vaksinasi strain B. abortus RB27 dilakukan pada mencit secara intraperitoneal dengan dosis 1x10 8 cfu seperti pada Tabel 1. Mencit pada semua kelompok ditantang dengan strain B. abortus yang virulen secara intraperitoneal pada minggu ke-4 pascavaksinasi dengan dosis 1x10 5 cfu. Pada minggu ke-8 semua kelompok mencit dieutanasi, limpa dikoleksi secara aseptis untuk pemeriksaan bakteriologis. Tingkat proteksi dihitung berdasarkan ada tidaknya strain B. abortus yang terdapat pada limpa. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandidat vaksin Brucella abortus mutan RB27 diperoleh dari pasase berulang strain B. abortus isolat lokal S67 dalam rifampisin. Kuman B. abortus S67 tersebut diisolasi dari susu sapi perah penderita Brucellosis di DKI Jakarta. B. abortus S67 mempunyai koloni yang halus (smooth) dan setelah dipasase berulang dalam TSA agar dengan penambahan rifampisin diperoleh B. abortus R27 yang mempunyai koloni kasar (rough). Koloni kasar B. abortus RB27 dapat dideterminasi dengan adanya reaksi aglutinasi dengan penambahan acriflavin (BRAUN dan BONESTELL, 1947) dan absorbsi kristal violet oleh koloni bakteri (WHITE dan WILSON, 1951). Kuman B. abortus RB27 diuji rekoveri sebelum diuji daya proteksinya pada mencit dan dibandingkan dengan daya proteksi strain RB27 yang diderivasi dari S158 dan juga vaksin S19 yang biasa digunakan dalam program vaksinasi Brucellosis. Sebagai hewan coba pada penelitian ini digunakan mencit BALB/c karena mencit banyak digunakan sebagai model untuk mempelajari beberapa aspek pada brucellosis sapi (MONTARAZ dan WINTER, 1986). Uji rekoveri strain RB27 derivasi isolat lokal S67 pada mencit menunjukkan bahwa pada minggu pertama pascainfeksi ditemukan 742

Tabel 1. Rencana uji patogenesitas vaksin B. abortus RB27 pada mencit Kelompok Mencit (ekor) Vaksin I 6 RB27 (derivasi S67) II 6 RB27 (derivasi S158) III 6 S19 IV 6 Kontrol (Saline) Vaksinasi dosis 1x10 8 cfu, ip Tabel 2. Reisolasi B. abortus strain RB27 dari limpa mencit yang diinjeksi dengan 1x10 8 cfu RB27 secara intraperitoneal pada minggu ke-1 sampai ke-8 pascainokulasi Kelompok Minggu ke- Pascainfeksi Rata-rata kuman (cfu) Ratio BL/BB (%) I 1 >300 - II 2 15 x 10 4 4,19 III 3 23 x 10 2 1,03 IV 4 33,7 x 10 2 3,89 V 5 14,2 x 10 2 2,42 VI 6 22,2 x 10 2 1,28 VII VIII 7 8 0 0 1,16 - Jumlah mencit/kelompok 5 ekor shedding kuman B. abortus pada limpa dengan jumlah kuman mencapai lebih dari 300 colony forming unit (cfu) dan kemudian mengalami penurunan mulai minggu ke-2 sampai sampai dengan minggu ke-6 dan menghilang mulai pada minggu ke-7 pascainokulasi (Tabel 2). Rendahnya jumlah shedding kuman B. abortus pada limpa mencit yang diinokulasi dengan strain RB27 secara intraperitoneal menunjukkan bahwa strain RB27 yang diderivasi dari isolat lokal B. abortus S67 adalah strain yang tidak virulen sehingga aman digunakan sebagai kandidat vaksin brucellosis. Hal ini didukung pula dengan hasil analisis rasio berat limpa per berat badan marmut pada Tabel 2 yang juga menunjukkan adanya penurunan berat mulai minggu ke-2 walaupun pada minggu ke-3 tampak rasio tersebut lebih rendah dibandingkan minggu ke-4. Hal ini bisa terjadi kemungkinan karena mencit yang dibunuh setiap minggu sebanyak 5 ekor diambil secara acak dari total mencit 40 ekor dan pada minggu ke-3, sebanyak 2 ekor dari 5 ekor mencit yang dibunuh menunjukkan rekoveri koloni kuman B. abortus pada limpa lebih cepat terjadi sehingga rata-rata jumlah kuman pada limpa menjadi lebih rendah. Strain brucella dikatakan virulen apabila berat limpa lebih besar dari 2 gram dan jumlah bakteri pergram limpa mencapai lebih dari 1000 koloni (ALTON et al., 1988). Selain itu strain RB27 ini dapat tumbuh tanpa penambahan CO 2, strain yang bebas CO 2 dalam pertumbuhannya merupakan strain yang tidak virulen karena strain B. abortus yang patogen sangat tergantung CO 2 untuk pertumbuhannya. Setelah diketahui tingkat keamanan strain RB27 tersebut maka dilakukan uji proteksi pada mencit dengan ditantang B. abortus isolat lokal. Pemeriksaan serologis (RBT dan CFT) dilakukan terhadap serum mencit dari tiap-tiap kelompok sebelum uji tantang. Hasil pemeriksaan serologis RBT dan CFT tercantum pada Tabel 3. Hasil serologis Rose Bengal Test (RBT) menunjukkan bahwa pada saat ditantang, mencit-mencit yang divaksinasi (Kelompok I, II dan III) menunjukkan reaksi positif, sedangkan kelompok mencit yang tidak 743

divaksinasi bereaksi negatif. Hasil serologis Complement Fixation Test (CFT) menunjukkan titer antibodi yang terbentuk pada mencit kelompok I lebih tinggi dibandingkan denga kelompok II dan III. Hasil uji proteksi dihitung berdasarkan ada tidaknya strain B. abortus yang terdapat pada limpa. Pada penelitian ini untuk membedakan kuman vaksin RB27 dengan kuman B. abortus tantang isolat lokal dideterminasi dengan adanya reaksi aglutinasi dengan penambahan acriflavin dan absorbsi kristal violet oleh koloni bakteri. Penambahan acriflavin pada koloni kuman RB27 segar akan terjadi reaksi aglutinasi dan koloni strain RB27 akan menyerap warna kuning apabila dikultur pada media dengan penambahan kristal violet (BRAUN dan BONESTELL, 1947; WHITE dan WILSON, 1951). Uji proteksi menunjukkan bahwa B abortus strain RB27 (kelompok I) mampu melindungi mencit hingga 83% setelah ditantang dengan B abortus isolat lokal. Tingkat proteksi B abortus strain RB27 ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat proteksi strain RB27 derivasi S158 (kelompok II) dan vaksin S19 (kelompok III) yaitu masing-masing sebesar 50% (Tabel 4). Hal ini terjadi karena mencit yang divaksinasi dengan RB27 derivasi S67 menghasilkan titer antibodi yang lebih tinggi dari pada titer antibodi mencit kelompok II dan III (Tabel 3.) sehingga proteksi terhadap uji tantang juga lebih tinggi. Tingkat proteksi vaksin S19 pada hewan coba marmut pada penelitian sebelumnya hanya mencapai 10% sedangkan hasil uji proteksi pada mencit sekarang ini tingkat proteksi mencapai 50%. Perbedaan ini terjadi kemungkinan karena perbedaan aplikasi vaksin atau dapat pula seed S19 yang digunakan pada tahun lalu sudah mengalami perubahan karena pasase yang berulang, dan seed S19 yang sekarang diuji berbeda dengan seed S19 tahun lalu. Tabel 3. Hasil pemeriksaan serologis RBT dan CFT serum mencit sebelum uji tantang dengan B. abortus isolat lokal Kelompok Perlakuan RBT CFT I RB27 (S67) II RB27 (S158) +2 3/8 +3 1/32 +3 1/32 +2 1/16 +3 1/128 III S19 IV Kontrol (Saline) 744

Tabel 4. Proteksi vaksin B. abortus RB27 pada mencit setelah ditantang dengan isolat lokal B. abortus Kelompok Σ mencit (ekor) Proteksi (x/n) % Rasio BB/BL I 15 14/15 (93,3%) 3,85 ± 0,64 II 15 11/15 (73%) 5,22 ± 0,87 III 15 0/15 (0%) 4,81± 0,80 x: banyaknya mencit yang tidak terinfeksi n: banyaknya mencit yang diinfeksi Walaupun strain B abortus RB27 derivasi isolat lokal S67 pada penelitian ini memberikan tingkat proteksi yang tinggi pada mencit namun strain tersebut masih perlu dievaluasi lebih lanjut sebagai kandidat vaksin brucellosis terutama mengenai aplikasi dan dosis vaksin yang diperlukan pada hewan besar (ruminansia) khususnya pada sapi dan juga tingkat proteksinya. KESIMPULAN Brucella abortus strain RB27 derivasi isolat lokal S67 merupakan strain yang tidak virulen dan aman digunakan sebagai kandidat vaksin Brucellosis. Tingkat proteksi B abortus strain RB27 derivasi isolat lokal S67 lebih tinggi dibandingkan B abortus strain RB27 derivasi isolat lokal S158 dan vaksin S19. DAFTAR PUSTAKA ACHA, P.N. and B. SZYFRES. 1980. Zoonosis and communicable diseases common to man and animals. Washington, DC. Pan American health organisation.pp. 28 45. ALTON, G.G., J.M. JONES, R.D. ANGUS and J.M. VERGER. 1988. Techniques for the brucellosis laboratory. Institute National de la Recherche Agronomique. Paris. BRAUN, W. and A.E. BONESTALL. 1947. Independent variation of characteristics in Brucella abortus variants and their detection. J. Am. Vet. Res. 8: 386 390. BECKETT, F.W. and S.C. MACDIARMID. 1987. Persistent serological titres following reduced dose Brucella abortus strain 19 vaccination. Br. Vet. J. 143: 477 479. CORNER, L.A. and G.G. ALTON. 1981. Persistent of Brucella abortus strain 19 infection in adult cattle vaccinated with reduced doses. Res. Vet. Sci. 31: 342 344. DITJENNAK. 1981. Penyakit Keluron Menular (Brucellosis). Pedoman Pengendalian Penyakit Menular. Bina Direktorat Kesehatan Hewan. Dirjen Peternakan. Jakarta. ENRIGHT, F.M. 1990. The pathogenesis and pathobiology of brucella infection in domestic animals. In: Animal Brucellosis. Eds K. Nielson and J.R. Duncan. Boca Raton. Florida, CRC Press. pp. 301 320. GOODWIN, C.J., S.J. HOLT, S. DOWNES and N.J. MARSHALL. 1995. Microculture tetrazolium assay: a comparison between two new tetrazolium salt, XTT and MTS. J. Immunological Methods. 179: 95 105. MANTHEI, C.A. 1959. Summary of controlled research with strain 19. Proceedings of the 63 rd Annual meeting. United States Livestock sanitation Association.pp. 91 93. NICOLETTI, P. 1977. A preliminary report on the efÿficacy of adult cattle vaccination using strain 19 in selected dairy herds in Florida. Proc. 8 0t h Annu. Met. US Animal Health Assoc. pp. 9??(100. SCHURIG, G.G., AT. PRINGLE and S.S. BRESSe. 1981. Localization of Brucella antigens that elicit a humoral immune response in Brucella abortus infected cattle. Infect. Immun. 34: 100??(1007. SUDIBYO, A dan P. RONOHARDJo. 1989. Brucellosis pada sapi perah di Indonesia. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. pp. 2??(31. SUDIBYO, A. A. PRIADI, M. DARODJAT dan SUPAr. 198. Pengembangan vaksin oral brucellosis: Tingkat proteksi vaksin oral Brucella suis galur 2 terhadap tantangan 745

brucella suis isolat lapang pada marmot. Pros. Seminar Hasil-hasil penelitian Veteriner. pp. 51 55. SUDIBYO, A., P. RONOHARDJO, B. PATTEN dan Y. MUKMIN. 1991. Status brucellosis pada sapi potong di Indonesia. Penyakit Hewan. 23 (41):18 22. SUDIBYO A., E.D. SETIAWAN dan SJAMSUL BAHRI. 1997. Evaluasi vaksinasi brucellosis pada sapi potong di Nusa Tenggara Timur. Laporan Penelitian Tahun Anggaran 1996/1997. Balitvet, Bogor. WHITE, P.G. and J.B. WILSON. 1951. Differentiation of smooth and non-smooth colonies of brucellae. J. Bact. 61:239 240. 746