SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

IRMA MUSTIKA SARI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

HUBUNGAN PERAWATAN DAN DUKUNGAN SOSIALKELUARGA DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN KEMBANGARUM SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

menempati posisi paling tinggi dalam kehidupan seorang narapidana (Tanti, 2007). Lapas lebih dikenal sebagai penjara. Istilah tersebut sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan yang memasuki usia premenopause akan melonjak dari 107 juta

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lanjut usia (lansia). Kecenderungan peningkatan jumlah lansia. hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya.

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

DETERMINAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI JOMPO HARAPAN JAYA MARELAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Pada tahun 2000, dua di antara tiga orang lanjut usia (lansia) di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : GALIH SETIA ADI NIM.

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEPIAN PADA LANSIA YANG DITINGGAL PASANGAN DI DESA MENSERE ABSTRAK

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKATT DEPRESI PADA LANSIA DI DESA KEDUNGWADUK KARANGMALANG SRAGEN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjanaa keperawatan Disusun oleh: CAHYANI FITRI WULANDARI J. 210.060.094 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Kondisi ini membuat populasi orang berusia lanjut di Indonesia semakin tinggi. Menurut laporan WHO tahun 1988, angka harapan hidup orang Indonesia meningkat dari 65 tahun (1997) menjadi 73 tahun (2025). Kondisi ini akan menempatkan Indonesia pada urutan ketiga yang memiliki populasi usia terbanyak didunia pada tahun 2020, setelah Cina dan India (Wirakusumah, 2002). Perkiraan bertambahnya jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 2025, tergolong tercepat di dunia (Mudjaddid, 2003). Jumlah pada tahun 2002 sebanyak 16 juta dan diperkirakan akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 % penduduk dan ini merupakan peringkat ke empat dunia, di bawah Cina, India dan Amerika Serikat. Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS 1998 adalah 63 tahun untuk pria dan 67 tahun untuk perempuan.usia harapan hidup orang Indonesia rata-rata adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke 103 dunia, dan nomor satu adalah Jepang dengan usia harapan hidup rata-rata 74,5 tahun (Kuntjoro, 2002). Menyadari akan proporsi penduduk berusia 55 tahun ke atas akan meningkatkan sejalan dengan peningkatan dan membaiknya kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya bangsa dimasa-masa yang akan datang perlu

dilakukan pengkajian lebih medalam masalah-masalah penduduk berusia lanjut ini yang lebih mendasar. Secara individu, pengaruh proses ketuaan menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental maupun sosial ekonominya. Pada SKRT 1986 di dapat angka kesakitan pada usia 55 tahun ke atas adalah 15,1%. Angka kesakitan pada penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit kardiovaskuler dan penyakit degeneratif lainnya memperlihatkan kecenderungan yang kian meningkat. Di dalam penyelenggaraan upaya kesehatan bagi usia lanjut ini, pada umumnya membutuhkan biaya yang besar sesuai dengan gangguan kesehatan atau penyakit yang dideritanya, sementara itu peran serta keluarga dalam mendukung pembinaan kesehatan usia lanjut belum berkembang sepenuhnya (Depkes, 1999) Peningkatan jumlah penduduk lansia ini sebagai konsekuensi dari peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia ini merupakan indikasi berhasilnya pembangunan jangka panjang salah satu di antaranya yaitu bertambah baiknya keadaan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Akan tetapi dengan bertambahnya umur rata-rata ataupun harapan hidup (life expectancy) pada waktu lahir, karena berkurangnya angka kematian kasar (crude date rate) maka presentasi golongan tua akan bertambah dengan segala masalah yang menyertainya (Maramis, 2004). Peningkatan usia harapan hidup tentunya mempunyai dampak lebih banyak terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Empat gangguan mental yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah depresi, insomnia, anxietas, dan

delirium (Depkes, 2000). Tingginya angka lansia membutuhkan perhatian khusus, salah satunya adalah gejala depresi yang sering muncul pada lansia. Gejala depresi ini bisa mengakibatkan dapat memperpendek harapan hidup dengan mencetuskan atau memperburuk kemunduran fisik. Dampak terbesarnya sering terjadi penurunan kualitas hidup dan menghambat pemenuhan tugas-tugas perkembangan lansia (Stanley dan Beare, 2006). Depresi merupakan masalah mental yang paling banyak ditemui pada lansia. Prevalensi depresi pada lansia di dunia sekitar 8 15 %. Hasil survey dari berbagai negara di dunia diperoleh prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5 % dengan perbandingan pria dan wanita 14,1 : 8,5. Sementara prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan Panti Perawatan sebesar 30 45 %. Karenanya pengenalan masalah mental sejak dini merupakan hal yang penting, sehingga beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau dipulihkan (Evy, 2008). Menurut Nugroho (2000), lanjut usia yang mengalami depresi dengan gejala umum yaitu kurang atau hilangnya perhatian diri, keluarga atau lingkungan. Oleh karenanya, dalam menghadapi permasalahan di atas beruntunglah lansia yang masih memiliki keluarga. Keberadaan anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit maupun sanak saudara yang lain yang masih memperhatikan, membantu (care) dan peduli dengan permasalahan yang dihadapi lansia. Namun bagi lansia yang hidup sendiri, telah kehilangan pasangan, memiliki pasangan tapi tidak punya anak, berada jauh dari anak-

anak (rantauan) akan membuat lansia merasa kesepian, sendiri, tidak ada perhatian dari lingkungan. Menurut Darmojo dan Martono (2004), pada umumnya lansia menikmati hari tuanya di lingkungan keluarga namun dalam keadaan tertentu dan sebab tertentu mereka tidak tinggal bersama keluarganya. Sama halnya menurut, Marchira, CR, Wirasto, RT, Sumarni (2007), depresi terjadi lebih banyak pada umur yang lebih tua dan dukungan keluarga yang rendah. Oleh karena itu, lansia yang berada di lingkungan keluarga atau tinggal bersama keluarga serta mendapat dukungan dari keluarga akan membuat lansia merasa lebih sejahtera. Lillian, dalam Santrock (2004), mengemukakan bahwa lansia yang berhubungan dekat dengan keluarganya mempunyai kecenderungan lebih sedikit untuk stres dibanding lansia yang hubungannya jauh. Berdasarkan uraian di atas kebanyakan lansia yang mengalami depresi disebabkan karena kondisi fisik yang menurun, kemunduran psikososial seperti perasan tidak berguna, tidak produktif, kehilangan pasangan hidup, berada jauh dari anak, sehingga kurangnya perhatian diri baik dari orang lain maupun lingkungan. Jumlah penduduk di desa Kedungwaduk pada tahun 2009 yaitu 4500 penduduk dengan jumlah lansia yang berumur >60 tahun 467 lansia. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti, lansia yang berada di desa Kedungwaduk banyak yang ketika memasuki masa lansia mereka mengatakan sering tidak bisa tidur saat malam hari, ada yang mengatakan ketika berada dalam keramaian mereka merasa bingung dan

pusing,dan ada yang terlihat suka melamun sendirian, dan ada yang mengatakan sedih karena ditinggal pasangan hidup, dan mereka juga mengatakan, meskipun hidup bersama keluarga mereka sering tidak diingatkan ketika melupakan ada kegiatan yang harus dihadiri, ada juga lansia yang berjalan harus menggunakan tongkat tapi dari keluarga tidak memberikan tongkat, sehingga ketika berjalan harus dekat dengan tembok supaya bisa berpegangan. Sedangkan dengan bertambahnya usia menyebabkan kemunduran fungsi fisik yang akan mengakibatkan tingginya tingkat depresi pada lansia. Sehingga dukungan keluarga dan masyarakat sangat membantu untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di Desa Kedungwaduk Karangmalang Sragen. B. Rumusan Masalah Latar belakang di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk mengetahui Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia?. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Kedungwaduk Karangmalang Sragen.

2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan dukungan keluarga pada lansia di Desa Kedungwaduk Karangmalang Sragen. b. Untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia di Desa Kedungwaduk Karangmalang Sragen. c. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada lansia. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah khasanah pengetahuan bidang keperawatan, khususnya pada lansia dan dukungan keluarga. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Menambah wawasan peneliti tentang hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada lansia, sehingga dapat memberikan penanganan yang optimal mengenai gangguan depresi yang terjadi pada lansia. b. Bagi Instansi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu keperawatan gerontologi dan sebagai acuan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada lansia

E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang depresi pada lansia sudah sering dilakukan. Penelitian yang berhubungan dengan penelitin ini adalah: 1. Penelitian Moa (2008) Dengan judul Hubungan antara tingkat depresi dengan tingkat kemampuan dalam aktivitas dasar sehari hari pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso yogyakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptiv analitik menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desai cross sectional,. Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner GDS dan Barthel lndeks. Data yang diperoleh kemudian diuji dengan menggunakan uji statistik spearman s rank. Hasil penelitian di PSTW Abiyoso yogyakarta. 2. Penelitian Kartinah (2007) dengan judul penelitian Kontribusi Dukungan Sosial terhadap Tingkat Depresi pada Pensiunan Pengawai Negeri Sipil di Kecamatan Sukoharjo. Subyek penelitian adalah pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) di Kecamatan Sukoharjo yang terdaftar dan aktif sebagai anggota PWRI komisariat Kecamatan Sukoharjo, desain penelitian descriptive corelative dengan tehnik pengambilan data cross sectional. Perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian yaitu lansia yang berada di rumah dengan latar belakang pekerjaan yang beraneka ragam, kuesioner yang digunakan adalah GDS untuk tingkat depresi dan DUKE-UNC FSSQ untuk dukungan sosial dan penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan porpotional random sampling.

3. Penelitian Nungki Rahmawati (2009), Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga terhadap Tingkat Depresi pada Lansia Di Desa Ngadirojo Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan Jawa Timur. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu menilai pengaruh pemberian dukungan sosial keluarga terhadap tingkat depresi pada lansia dengan pendekatan pre experimental dengan menggunakan one group pretest- postest. ubjek penelitian adalah lansia penderita depresi dengan usia 60->90 tahun warga Desa Ngadirojo Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan Jawa Timur. Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling (sampling bertujuan) sebanyak 105 responden. Uji analisis pada penelitian ini adalah paired t- test. Perbedaan dengan penelitian ini adalah teknik sampling dan analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi lansia dengan uji Chi Square. 4. Penelitian AM Olanrewaju, AE Akintunde, F. Femi, B. Ibrahim, AA Olugbenga (2009), dengan judul Pola Dari Depresi Dan Dukungan Keluaarga Dalam A Praktice Penduduk Nigeria, adapun metode penelitian ini dengan metode sampling acak sistematis. Data yang relevan dikumpulkan dengan menggunakan pra-diuji pewawancara diberikan kuesioner yang dimasukkan depresi zang dan perceived skala dukungan sosial skala keluarga.