BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam agenda pembangunan nasional Tahun 2004 2009, secara politis dikatakan bahwa kondisi perbankan dan lembaga keuangan lainya belum mantap. Lemahnya pengaturan dan pengawasan terhadap produk perbankan dan keuangan yang semakin bervariasi dan kompleks,serta mengantisipasi globalisasi perdagangan jasa dan inovasi teknologi informasi, telah meningkatkan arus transaksi keuangan masuk keluar Indonesia. Pernyataan politik hukum ini pada tataran landasan teknis operasional menghendaki adanya beberapa perubahan Undang Undang Perbankan dimasa yang akan datang. 1 Kepercayaan masyarakat terhadap perbankan perlu diperkuat. Untuk itu perlu diberikan jaminan atas dana yang disimpannya. Keberadaan suatu sistem penjaminan simpan yang diatur secara tegas dan disusun secara lengkap dan meningkatkan kepercayaan pada akhirnya memperkuat seluruh sistem perbankan. 2 Di seluruh Dunia, industri perbankan adalah salah satu industri yang paling banyak diatur oleh pemerintah karena stabilitas dan sistem perbankan dan keuangan merupakan prasyarat mutlak bagi pertumbuhan dan stabilitas perekonomian secara keseluruhan. 3 1 Tan Kamello,Karakter Hukum Perdata Dalam Fungsi Perbankan Melalui Hubungan Antara Bank Dengan nasabah,pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Hukum,,Medan 2006 hal.3 2 Zulkarnain Sitompul,Perlindungan Dana Nasabah Bank,Fakultas Hukum Universitas Indonesia,Jakarta,2002 hal.140 3 Ibid hal.161
Keinginan untuk mengatur penjaminan dana nasabah penyimpan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 37b 4 tersebut setelah adanya peristiwa krisis moneter yang berakibat kepada kepada 16 bank yang dilikuidasi. Keadaan ini memperlihatkan bahwa hukum selalu ketinggalan dibelakang peristiwanya (het recht hinkt achter de feiten aan). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang seharusnya diatur dalam bentuk peraturan pemerintah sebagaimana dikehendaki oleh Pasal 37b ayat (4), namun dalam realitas yuridisnya telah dibentuk dalam Undang-Undang No.24 Tahun 2004 5 Lahirnya Undang-Undang RI No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan dengan Pertimbangan : a. Bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian nasional yang stabil dan tangguh, diperlukan suatu sistem perbankan yang sehat dan stabil b. Bahwa untuk mendukung sistem perbankan yang sehat dan stabil diperlukan penyempurnaan terhadap program penjamin simpanan nasabah bank c. Bahwa dalam rangka melaksanakan program penjaminan terhadap simpanan, nasabah Bank perlu dibentuk suatu lembaga yang independen yang diberi tugas dan wewenang untuk melaksanakan program yang dimaksud. 6 Maka terbentuklah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kemudian dengan adanya lembaga ini maka setiap bank yang akan menjalankan usahanya di Indonesia diwajibkan untuk menjadi peserta dan membayar Premi Jaminan. Lembaga penjamin simpanan sendiri mempunyai 2 (dua) fungsi yaitu, sebagai Penjamin nasabah bank dan melakukan penyelesaian atau penanganan bank gagal. Oleh karena itu lembaga ini fungsinya yang sangat penting, maka harus benar benar independen, transparan dan akuntabel dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Sehingga 4 Undang-Undang No 10Tahun 1998 5 Tan Kamelo,op.cit hal.8 6 Lihat Undang-Undang RI No.24 Tahun 2004,bagian Menimbang
menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja LPS, serta dapat lebih menjamin keamanan simpanan para nasabah dan dapat meningkatkan peran baik sebagai penyedia dana pembangunan dan pelayanan jasa perbankan. Masalah perlindungan nasabah dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 ini ditonjolkan dalam pasal pasal tertentu. namun,mesti diakui semua sistem perlindungan nasabah selaku penitip dana masyarakat tetap dititik beratkan kepada pembinaan dan pengawasan bank, agar bank tetap dalam keadaan sehat. Perlindungan kepada nasabah bank dalam Undang-undang No.7 Tahun 1992 ini secara rinci dalam beberapa pasalnya disebutkan : (1) untuk kepentingan nasabah, bank menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian bagi transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank, (2) memperberat hukuman pengusahaan bank tanpa izin. 7 Adalah menarik bila dibahas mengapa didalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 dan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 terdapat perbedaan mengenai arti atau perumusan perbankan. Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 yang dimaksud dengan bank : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan baik untuk disalurkan maupun digunakan untuk tujuan lain. Sedangkan yang dimaksud dengan simpanan : Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu 7 RM.Subanindyo Hadiluih,SH MBA,Hukum perbankan antara pembinaan kepercayaan masyarakat dan ancaman likuidasi,fakultas Hukum Universitas Dharmawangsa,Medan 1997.hal.10-11
Dengan perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang No.10 Tahun 1998, kita dapat melihat secara lengkap hal apa saja mengenai arti dan perumusan dalam perbankan. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan yang dimaksud dengan simpanan Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Serta hal hal lain yang tidak terdapat didalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992, tetapi dijelaskan pada Undang-Undang No.10 Tahun 1998, terlebih mengenai nasabah penyimpan dan lembaga penjamin simpanan. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan Nasabah Penyimpan : Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan Lembaga Penjamin Simpanan : Lembaga Penjamin Simpanan adalah badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas simpanan Nasabah Penyimpan melalui skim asuransi, dana penyangga, atau skim lainnya; Industri perbankan merupakan salah satu komponen sangat penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan eknonomi
nasional. Stabilitas industri perbankan dimaksud sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara keseluruhan, sebagaimana pengalaman yang pernah terjadi pada saat krisis moneter dan perbankan di Indonesia pada tahun 1998. Kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional merupakan salah satu kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan sehingga krisis tersebut tidak terulang. Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan simpanan nasabah bank untuk meningkatkan kelangsungan usaha bank secara sehat. Kelangsungan usaha bank secara sehat dapat menjamin keamanan simpanan para nasabahnya serta meningkatkan peran bank sebagai penyedia dana pembangunan dan pelayan jasa perbankan. Apabila bank kehilangan kepercayaan dari masyarakat sehingga kelangsungan usaha bank dimaksud tidak dapat dilanjutkan, bank dimaksud menjadi Bank Gagal yang berakibat dicabut izin usahanya. Oleh sebab itu, baik pemilik dan pengelola bank maupun berbagai otoritas yang terlibat dalam pengaturan dan/atau pengawasan bank, harus bekerja sama mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Lembaga penjamin simpanan melakukan tindakan penyelesaian atau penanganan bank yang mengalami kesulitan keuangan dalam kerangka mekanisme kerja yang terpadu, efisien dan efektif untuk menciptakan ketahanan sektor keuangan Indonesia atau disebut Indonesia Financial Safety Net (IFSN). LPS bersama dengan Menteri Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Pengawas Perbankan (LPP) menjadi anggota Komite Koordinasi. 8 8 Lihat penjelasan atas Undang-Undang No24 tahun 2004 Tentang LPS
B. Perumusan Masalah Sejalan dengan hal hal tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah, sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk hubungan hukum antara bank dengan nasabah? 2. Bagaimanakah peranan Lembaga Penjamin Simpanan dalam perlindungan terhadap nasabah bank,ditinjau dari Undang-Undang No.24 Tahun 2004? 3. Bagaimanakah pembayaran klaim penjaminan kepada nasabah penyimpan sedangkan bank tersebut telah dicabut izin usahanya? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan Penulisan: 1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungann hukum antara bank dengan nasabah penyimpan. 2. Untuk mengetahui bagaimana peranan Lembaga Penjamin Simpanan dalam perlindungan terhadap nasabah bank, ditinjau dari Undang-Undang No.24 Tahun 2004 3. Untuk mengetahui Bagaimana pembayaran klaim penjaminan kepada nasabah penyimpan sedangkan bank tersebut telah dicabut izin usahanya. Manfaat Penulisan: Sekiranya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk dapat memberikan masukan sekaligus menambah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademis,khususnya tentang hal hal yang berhubungan dengan dunia perbankan dan penjaminan nasabah bank. Secara praktis berharap agar skripsi ini dapat memberikan ilmu pengetahuan bagi para pihak yang terlibat didalam penjaminan simpanan terhadap nasabah
penyimpan.atau dalam keikutsertaan di dunia perbankan,karena perlu diketahui kepercayaan masyarakat terhadap perbankan perlu diperkuat. Untuk itu perlu diberikan jaminan atas dana yang disimpannya. Keberadaan suatu sistem penjaminan simpan yang diatur secara tegas dan disusun secara lengkap dan meningkatkan kepercayaan pada akhirnya memperkuat seluruh sistem perbankan D. Keaslian Penulisan Pembahasan skripsi dengan judul : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM PERLINDUNGANNYA TERHADAP NASABAH BANK ini sudah tak asing lagi didengar oleh masyarakat kebanyakan,terutama pada nasabah bank atau setiap orang yang sehari harinya berhubungan dengan dunia perbankan. Kelangsungan usaha bank secara sehat dapat menjamin keamanan simpanan para nasabahnya serta meningkatkan peran bank sebagai penyedia dana pembangunan dan pelayan jasa perbankan. Apabila bank kehilangan kepercayaan dari masyarakat sehingga kelangsungan usaha bank dimaksud tidak dapat dilanjutkan, bank dimaksud menjadi Bank gagal yang berakibat dicabut izin usahanya. Penjaminan simpanan nasabah bank tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS sendiri memiliki dua fungsi yaitu menjamin simpanan nasabah bank dan melakukan penyelesaian atau penanganan Bank-Gagal. Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan LPS bersifat terbatas tetapi dapat mencakup sebanyak-banyaknya nasabah. Setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia diwajibkan untuk menjadi peserta dan membayar premi penjaminan. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni dari hasil pemikiran si penulis yang dikaitkan dengan teori teori hukum yang berlaku maupun dengan doktrin doktrin yang ada, dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum, dan apabila ternyata kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama, maka penulis harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini. E. Metode Penelitian 1. Bentuk penelitian Dalam menyusun skripsi ini, penelitian digunakan metode hukum normatife, yaitu penelitian dengan hanya menggunakan data-data sekunder atau disebut juga dengan metode kepustakaan yang berkaitan dengan Lembaga Penjamin Simpanan 2. Alat pengumpul data Untuk melengkapi dan memenuhi materi skripsi, maka penulis mencari dan mengambil materi data-data sekunder. Yaitu sebagai berikut : A. Bahan Hukum Primer Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan Undangundang No.24 Tahun 2004 dan Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998. B. Bahan Hukum Sekuder Yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan baku primer, seperti : kamus, ensiklopedi, situs internet dan lain-lain. F. Tinjauan Kepustakaan A. Pengertian Lembaga Penjaminan Simpanan
Untuk mengetahui pengertian lembaga penjamin simpanan, dapat kita lihat pada Undang- Undang No.10 Tahun 1998 dimana Lembaga Penjamin Simpanan adalah badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas simpanan Nasabah Penyimpan melalui skim asuransi, dana penyangga, atau skim lainnya. Lembaga penjamin simpanan adalah lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, serta lembaga penjamin simpanan ini juga bertanggung jawab kepada Presiden. Adapun simpanan yang dijamin oleh lembaga penjamin simpanan meliputi : 1. Simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. 2. Simpanan nasabah Bank berdasarkan Prinsip Syariah yang dijamin meliputi : a. Giro berdasarkan Prinsip Wadiah. b. Tabungan berdasarkan Prinsip Wadiah. c. Tabungan berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau Prinsip Mudharabah muqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank. d. Deposito berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau Prinsip Mudharabah muqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank. e. Simpanan berdasarkan Prinsip Syariah lainnya yang ditetapkan oleh LPS setelah mendapat pertimbangan LPP. 3. Simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal dari masyarakat, termasuk yang berasal dari bank lain. 4. Nilai Simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin usaha Bank. 5. Saldo tersebut berupa : a. Pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang memiliki komponen bagi hasil yang timbul dari transaksi dengan prinsip syariah. b. Pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang memiliki komponen bunga. c. Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan menggunakan tingkat diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk Simpanan yang memiliki komponen diskonto. 6. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah hasil penjumlahan saldo seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank tersebut, baik rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint account); 7. Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang diperhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan tersebut yang dibagi secara prorata dengan jumlah pemilik rekening; 8. Dalam hal nasabah memiliki rekening tunggal dan rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang terlebih dahulu diperhitungkan adalah saldo rekening tunggal; 9. Dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis
diperuntukkan bagi kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening tersebut diperhitungkan sebagai saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang bersangkutan; 10. Sejak 13 Oktober 2008, saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah paling banyak sebesar Rp 2 Milyar. 9 Mengingat fungsinya yang sangat penting, Lembaga penjamin simpanan harus independen, transparan, dan akuntabel dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Karena itu, status hukum, governance, pengelolaan kekayaan dan kewajiban, pelaporan dan akuntabilitas Lembaga penjamin simpanan serta hubungannya dengan organisasi lain. B. Pengertian Perlindungan Terhadap Nasabah Bank Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998, Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional merupakan salah satu kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan sehingga krisis tersebut tidak terulang. Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan simpanan nasabah bank untuk meningkatkan kelangsungan usaha bank secara sehat. Kelangsungan usaha bank secara sehat dapat menjamin keamanan simpanan para nasabahnya serta meningkatkan peran bank sebagai penyedia dana pembangunan dan pelayan jasa perbankan. Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan Lembaga penjamin simpanan bersifat terbatas tetapi dapat mencakup sebanyak-banyaknya nasabah. Setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia diwajibkan untuk menjadi peserta dan membayar premi penjaminan. Dalam hal bank tidak dapat melanjutkan usahanya dan harus dicabut izin 9 http://www.lps.go.id/v2/home.php?link=simpanan
usahanya, Lembaga penjamin akan membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah tertentu. Adapun simpanan yang tidak dijamin akan diselesaikan melalui proses likuidasi bank. Likuidasi ini merupakan tindak lanjut dalam penyelesaian bank yang mengalami kesulitan keuangan. Menurut Pasal 9 Undang-Undang No.24 Tahun 2004 : Sebagai peserta Penjaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, setiap Bank wajib: a. Menyerahkan dokumen sebagai berikut: 1) Salinan anggaran dasar dan/atau akta pendirian bank; 2) Salinan dokumen perizinan bank; 3) Surat keterangan tingkat kesehatan bank yang dikeluarkan oleh LPP yang dilengkapi dengan data pendukung; 4) Surat pernyataan dari direksi, komisaris, dan pemegang saham bank, yang memuat: Komitmen dan kesediaan direksi, komisaris,dan pemegang saham bank untuk mematuhi seluruh ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan LPS; Kesediaan untuk bertanggung jawab secara pribadi atas kelalaian dan/atau perbuatan yang melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank; Kesediaan untuk melepaskan dan menyerahkan kepada LPS segala hak, kepemilikan, kepengurusan, dan/atau kepentingan apabila bank menjadi Bank gagal dan diputuskan untuk diselamatkan atau dilikuidasi;
b. Membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0,1% (satu perseribu) dari modal sendiri (ekuitas) bank pada akhir tahun fiscal sebelumnya atau dari modal disetor bagi bank baru; c. Membayar premi Penjaminan; d. Menyampaikan laporan secara berkala dalam format yang ditentukan; e. Memberikan data, informasi, dan dokumen yang dibutuhkan dalam rangka penyelenggaraan Penjaminan; dan f. Menempatkan bukti kepesertaan atau salinannya didalam kantor bank atau tempat lainnya sehingga dapat diketahui dengan mudah oleh masyarakat. Lembaga penjamin simpanan menjamin Simpanan nasabah bank yang berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dapat kita lihat pula pada Pasal 11 Undang-Undang No.24 Tahun 2004 : (1) Nilai Simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Nilai Simpanan yang dijamin dapat diubah apabila dipenuhi salah satu atau lebih kriteria sebagai berikut: a. Terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar secara bersamaan; b. Terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun; atau c. Jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kurang dari 90% (sembilan puluh per seratus) dari jumlah nasabah penyimpan seluruh bank. (3) Perubahan besaran nilai Simpanan yang dijamin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
(4) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan nilai Simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah penyimpan pada satu bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan LPS. 10 G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan dan penjabaran penulisan, penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM TERHADAP PERBANKAN Didalam bab ini akan diulas tinjauan umum terhadap perbankan antara lain memuat, Pengertian dan Dasar Hukum Perbankan, Kelembagaan Perbankan, Kegiatan Usaha Bank, Perlindungan Nasabah Bank, Melemahnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Bank BAB III : KETENTUAN PENJAMINAN NASABAH PENYIMPAN Dalam bab ini akan dibahas ketentuan penjaminan nasabah penyimpan yang memuat, Pengaturan Penjamin Simpanan Nasabah Bank, Bebarapa sistem perlindungan Nasabah Penyimpan, Fungsi, Tugas dan Wewenang Lembaga 10 Undang-undang no24 tahun 2004
Penjamin Simpanan, Simpanan Nasabah yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan BAB IV : TINJAUAN TERHADAP LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Bab ini akan mengulas mengenai tinjauan terhadap lembaga penjamin simpanan yang meliputi, Bentuk Hubungan Antara Bank Dengan Nasabah Penyimpan, Peranan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Hal Bank Tak Sanggup Bayar, Pembayaran Klaim Penjaminan BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN : Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan Kesimpulan dan Saran penulis.