BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi tiga, yaitu hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. 1. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, terdiri dari : (a) Kawasan hutan suaka alam, yaitu cagar alam dan suaka margasatwa, (b) Kawasan pelestarian alam, yaitu taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, dan taman buru. 2. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok memproduksi hasil baik produksi kayu maupun non kayu. 3. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah 1
2 banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Suaka Marga Sermo Kabupaten Kulon Progo ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 171/Kpts-II/2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 188.4/3710 tanggal 22 Oktober 2003 tentang Perincian dan Status dan fungsi hutan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan ini merupakan alih fungsi dari kawasan hutan produksi pada petak 20, 21, 22, 23, dan sebagian petak 24 dengan luas total 181,0 Ha masuk dalam RPH Sermo BDH Kulon Progo, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administratif pemerintahan kawasan ini berada di antara 2 desa yaitu Desa Hargowilis yang masuk dalam wilayah Kecamatan Kokap dan Desa Karangsari yang masuk dalam wilayah Kecamatan Pengasih. Suaka Margasatwa Sermo ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. SK 3112/Menhut-VII/KUH/2014 pada 25 April 2014 tentang penetapan kawasan hutan Suaka Margasatwa Sermo seluas 184,990 Ha di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perubahan luasan kawasan Suaka Margasatwa Sermo terjadi setelah dilaksanakan kegiatan tata batas pada tahun 2012. Luasan hutan konservasi bertambah 3,99 Ha, sehingga menjadi 184,99 Ha (BKSDA Yogyakarta, 2015).
3 Desa Hargowilis merupakan salah satu desa yang terdekat dan berbatasan langsung dengan kawasan Suaka Perubahan status kawasan menjadi hutan konservasi secara langsung menyebabkan interaksi masyarakat menjadi terbatas. Hal tersebut terkait dengan fungsi utama dari Suaka Margasatwa, yaitu untuk melindungi satwa dan flora serta ekosistem khas daerah tersebut. Namun hingga kini, masyarakat Desa Hargowilis masih memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap kawasan Suaka Pemilihan lokasi penelitian di Desa Hargowilis, karena dirasa perlu adanya penelitian dan pembaharuan informasi terkait dengan sosial masyarakat di sekitar kawasan tersebut. Khususnya mengenai persepsi dan interaksi di kawasan Suaka Margasatwa Sermo setelah 10 tahun lebih perubahan status kawasan tersebut. Tentunya masyarakat Desa Hargowilis telah diberikan penjelasan melalui sosialisasi mengenai kawasan Suaka Adapula aktivitas-aktivitas apa saja yang diperkenankan dan tidak diperbolehkan untuk dilakukan di kawasan Suaka Persepsi dan interaksi masyarakat terhadap kawasan Suaka Margasatwa Sermo memiliki artian yang penting terhadap keberadaan dan kelestarian kawasan. Persepsi masyarakat yang paham terkait dengan kawasan serta memiliki tingkat interaksi rendah akan mendatangkan dampak positif terhadap kawasan Suaka Margasatwa Sermo, maupun masyarakat di sekitar kawasan. Menurut Masria dkk
4 (2015), persepsi masyarakat terhadap hutan dapat diketahui melalui bagaimana pengetahuan mereka tentang hutan dan fungsi hutan tersebut bagi kehidupan mereka. Penelitian ini membutuhkan data-data yang nantinya mampu menunjang dalam proses pembuatan laporan. Data-data primer berupa hasil wawancara dan observasi yang diperoleh langsung di lapangan dapat digunakan untuk bahan awal pembuatan laporan. Data-data sekunder seperti buku-buku referensi dari BKSDA Yogyakarta, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kecamatan Kokap, Monografi Desa, dan peta batas-batas kawasan yang mampu mendukung dan melengkapi data primer selama proses pembuatan laporan. Penelitian ini akan dimaksudkan untuk mencermati bagaimana interaksi masyarakat Desa Hargowilis terhadap kawasan Suaka Karena interaksi masyarakat sangat terkait erat dengan persepsi maka perlu juga dilakukan kajian mengenai persepsi masyarakat di sekitar kawasan Suaka Diharapkan penelitian ini menghasilkan output berupa masukan bagi pihak pengelola kawasan dan dapat digunakan dalam penelitian lebih lanjut. 1.2 Rumusan Masalah Persepsi masyarakat tentang hutan yang begitu beragam, akan mewarnai sikap masyarakat yang beragam pula terhadap keberadaan hutan, dan akan membentuk perilaku masyarakat dalam memandang keberadaan hutan. Perubahan status kawasan dari hutan produksi menjadi Suaka Margasatwa Sermo menyebabkan interaksi
5 masyarakat Desa Hargowilis dengan kawasan menjadi terbatas. Sejauh ini bentuk interaksi yang diperbolehkan adalah mengambil tinggalan di petak, namun kenyataannya hingga saat ini masyarakat masih melakukan berbagai interaksi di dalam kawasan. Oleh karena itu diperlukannya penelitian mengenai : a. Bagaimana persepsi masyarakat Desa Hargowilis terhadap Suaka Margasatwa Sermo? b. Bagaimana interaksi masyarakat Desa Hargowilis terhadap Suaka Margasatwa Sermo? 1.3 Tujuan a. Mengetahui persepsi masyarakat Desa Hargowilis terhadap Suaka b. Mengetahui interaksi masyarakat Desa Hargowilis terhadap Suaka 1.4 Manfaat a. Bagi pihak pengelola, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam di Suaka Margasatwa Sermo Kulon Progo. b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran bagi penelitian selanjutnya.