BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kolonialisme Belanda di Nusantara, penyebaran agama Kristen

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB II PENDIDIKAN THEOLOGI SEBELUM TAHUN Sumatera dilakukan oleh Zending-zending ke Tanah Batak (Tapanuli) yaitu dimulai

BAB I PENDAHULUAN. penginjil Rheinische Mission Gesellschaft (RMG) masih sedikit. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah

BAB III METODE PENELITIAN

2014), hal , Th. Van den End, Harta Dalam Bejana. Sejarah Gereja Ringkas, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2003), hal 267.

abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang disebut Onan Sitahuru (= pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu umat manusia. Pengisahan sejarah itu jelas sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. pulau Sumatera. Pada tahun 1820, Gereja Baptis Inggris mengirimkan tiga orang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB II SEJARAH BERDIRINYA UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN ( )

BAB I PENDAHULUAN. Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

GEREJA HKBP DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

BAB I PENDAHALUAN. Dengan mencatat besarnya jumlah organisasi gereja di Indonesia, serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. ada sisi positif yang dihasilkan oleh misi pekabaran Injil yaitu sejalan dengan kata Brunner

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perkebunan VII (Persero) Desa Bah Jambi di Kabupaten Simalungun. Keberadaan Sub Etnis

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Meliza Faomasi Laoli, 2013 Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

Bab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB II TERBENTUKNYA COMITE NA RA MARPODAH SIMALOENGOEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketidak kesepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

TRADISI MASYARAKAT DESA JANJI MAULI KECAMATAN SIPIROK KABUPATEN TAPANULI SELATAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN. tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi.

DAFTAR PUSTAKA. Abdulah, T. (2006). Budaya Sunda Kini, Dulu dan Masa Depan. Bandung: Kencana Utama.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB II SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP. 2.1 Sejarah Gereja Huria Kristen Batak Protestan

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin.

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

PROPOSAL JUBILEUM 70 TAHUN HKBP YOGYAKARTA ( ) DAN TAHUN KELUARGA HKBP 2016

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di

BAB III PEMAHAMAN DAN PRAKTEK MISI NOMMENSEN DAN HKBP. Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki awal abad ke 20, mulai muncul sebuah trend baru mengenai

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting bagi pemerintah Belanda karena gama Kristen mengajarkan perdamaian. Oleh karena itu, penyebaran agama Kristen dinilai dapat mengurangi perlawanan masyarakat Indonesia khususnya di Tanah Batak terhadap pemerintahan Belanda. Kristenisasi awalnya dilakukan oleh zending-zending 2 barat ke Indonesia khususnya Tanah Batak (Tapanuli) 3, yaitu lembaga Pekabaran Injil Baptis di Inggris tahun 1820. Kemudian zending Amerika, tahun 1834. Setelah itu masuk Zending Ermello dari kota Ermello, Belanda, yang tiba di Sumatera Mei 1856 dan berpos di Sipirok, tahun 1857. Kristenisasi yang selanjutnya adalah RMG 4 dari Jerman. Fabri, salah seorang tokoh pimpinan RMG pergi ke Negeri Belanda untuk menemui pemerintah Belanda agar mengizinkan missionarisnya ke Tanah Batak menyebarkan agama Kristen. Sebelum 1 Usaha yang dilakukan untuk menjadikan penganut (pemeluk) agama Kristen; menjadikan Kristen. 2 Istilah Zending digunakan bagi Badan Penginjilan Protestan, sedangkan Zendeling digunakan untuk menyebut Pendeta pendeta Protestan dalam melakukan penyebaran agam Kristen Protestan. Jan S. Aritonang, Sejarah Pendidikan Kristen Di Tanah Batak, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988, hlm, 3. Untuk seterusnya istilah-istilah ini akan digunakan untuk menyebutkan Pendeta pendeta Protestan dan Badan yang mengutus mereka. 3 Tanah Batak yang dimaksud di sini adalah mencakup wilayah masyarakat Batak Toba (Silindung, Toba, Samosir, Humbang). 4 Rheinische Missions Gesselschaft (RMG) adalah badan Zending asal Jerman yang menyebarkan agama Kristen. J.R. Hutauruk, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di Dalam Kristus. Sejarah 150 Tahun HKBP: 7 Oktober 1861 7 Oktober 2011, Pearaja Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2011, hlm. 35.

menemui Pemerintah Belanda, RMG sudah mendatangi wilayah yang akan menjadi tempat penyebaran injil RMG. Pemerintah Belanda pun mengizinkan zending RMG melakukan tugasnya di Tanah Batak dan bekerja sama dengan zending Ermelo. Pada 7 Oktober 1861, missionaris RMG dan Ermelo melakukan rapat pembagian tugas. Dari hasil rapat tersebut diambil keputusan pembagian tugas dan tempat kerja masing-masing missionaris dalam menyebarkan agama Kristen. Betz mendapat tugas di Bungabondar, Klammer di Sipirok, sedangkan Heine dan Van Asselt di Pangaloan. Tanggal pembagian tugas inilah yang kemudian dicatat sebagai hari jadi atau lahirnya HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). 5 Untuk memudahkan penyebaran agama Kristen, maka missionaris belajar tentang sistem sosial, politik, budaya, agama. Perjumpaan masyarakat batak dengan Zending RMG mengalami perubahan dalam beberapa hal, seperti : kepercayaan yang mereka anut lambat laun mereka tinggalkan, kemudian menganut agama Kristen, yang dulunya orientasi masyarakat batak adalah kehidupan pertanian anak-anak mereka akan menjadi sumber rejeki dalam mengolah sawah, namun seiring masuknya zending diperkenalkanlah tehnik-tehnik pertanian modern. Kristenisasi di Tanah Batak semakin meluas. 6 Pada tanggal 23 juni tahun 1862 RMG mengirim kembali misionaris yang bernama Ingwer Ludwig Nommensen, I.L Nommensen adalah orang yang sangat berperan penting dalam sejarah perkembangan HKBP. Zending RMG di 5 End, Van Den, Harta Dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982, hlm. 175. 6 Jan S Aritonang, op.cit., hlm 7.

bawah pimpinan I.L. Nommensen merasakan perlunya pendeta Batak, orang pribumi yang lebih cocok untuk melayani sebagai pendeta bagi orang Kristen Batak itu sendiri untuk memenuhi keinginan itu para misionaris ini melakukan pendekatan terutama melalui pendidikan. Pendekatan lewat pendidikan diawali dengan perkenalan terhadap pengetahuan umum yang diikuti dengan pendidikan agama Kristen. Salah satu yang dapat dilihat bahwa semangat penginjilan oleh para misionaris tempo dulu telah membawa pengaruh dalam dunia pendidikan yang mampu membebaskan dari kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan. Kehadiran pendidikan di Indonesia khususnya di Tanah Batak, dilatarbelakangi oleh penginjilan para misionaris di daerah Tanah Batak dan sekitarnya. Hal itu berlangsung dengan pengembangan pendidikan. Peranan pendidikan ini sangat besar dalam proses penginjilan dan pada masa tertentu membawa perubahan dan transformasi sosial di tengah masyarakat Batak sendiri, maupun di tengah masyarakat yang lebih luas. Titik awal pendidikan di Tanah Batak pada umumnya berlangsung secara bersamaan dengan aktivitas penginjilan dari lembaga-lembaga zending itu sendiri. Hal itu terjadi karena para misionaris telah diinstruksikan untuk membuka sekolah teologi, dan untuk itu mereka sudah dibekali dengan pedagogi teoritis maupun praktis. 7 Sekolah-sekolah yang didirikan para misionaris telah melahirkan putra-putri terbaik orang Batak. Putra putri hasil dari didikan misionaris inilah kemudian 7 Ibid., hlm. 26.

menjadi generasi sulung yang merantau ke berbagai penjuru tanah air setelah mendapat pendidikan terbaik di Tanah Batak. Di samping itu, sejak masuknya Injil di Tanah Batak, pendidikan merupakan salah satu pilar yang paling menentukan dalam penyebaran Injil oleh para misionaris. Karena itu kalau diperhatikan sejak datangnya para misionaris, pendidikan berkembang dengan pesat, hampir di setiap gereja yang didirikan oleh para misionaris juga didirikan sekolah untuk mendidik masyarakat pribumi. 8 HKBP semakin terpanggil untuk melayani jemaat dan untuk membangun pendidikan ditengah tengah bangsa Indonesia yang semakin maju. Sehingga dalam Sinode Agung HKBP tahun 1952 diputuskan bahwa HKBP akan mendirikan universitas. 9 Sinode Agung menerima usulan tersebut dan membentuk suatu Panitia Persiapan Pendirian dengan jangka waktu kerja satu tahun. Pada Sinode Agung tahun 1953, panitia ini bertugas melaporkan hasil kerja yang kemudian diterima dan disahkan oleh pimpinan HKBP pada sinode tersebut. Selama dua tahun bekerja, panitia tersebut mempersiapkan alat-alat perlengkapan yang dibutuhkan yaitu kompleks universitas (gedung untuk ruangan kuliah termasuk didalamnya perumahan staf pengajar) di bekas Kompleks Rumah Sakit Pantoan milik Marjanji Estate Pematang Siantar, yang dibeli karena konsesinya telah berakhir. 10 Pada tanggal 7 Oktober 1954 berdirilah Universitas HKBP Nommensen di 8 Ibid., hlm. 28. 9 J.R. Hutauruk, op.cit., hlm. 210. 10 Wawancara, dengan Jubil Raplan Hutauruk, Kompleks Pemda Tk II Jalan Flamboyan I, Medan, 30 Mei 2016

Pematangsiantar dengan Fakultas Teologi sebagai Fakultas perdana bertujuan untuk mendidik calon Pendeta HKBP dan Gereja pendukungnya di Sumatera Utara. Pendirian Universitas HKBP Nommensen (UHN) di Pematangsiantar merupakan tingkat kepedulian HKBP yang berperan dalam bidang sosial masyarakat. Alasan berdirinya Universitas HKBP Nommensen di Pematangsiantar dikarenakan Kota Pematangsiantar sebagai kota transit untuk wilayah Sumatera Utara dan kota yang mulai berkembang pasca Indonesia merdeka. Selain itu, menandakan bahwa Gereja dan lembaga pendidikannya (Theologi) ikut dalam arus kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Sejak tahun 1883 sampai tahun 1941, seminari yang didirikan oleh missionaris dibuka secara berkesinambungan ditengah-tengah masyarakat. Setelah berdirinya Universitas HKBP Nommensen, sekolah theologi menengah di Sipoholon dipindahkan ke Pematangsiantar dan siswa-siswanya menjadi Mahasiswa Fakultas Theologi. Fakultas Theologi Universitas HKBP Nommensen berperan sebagai lembaga pendidikan pendeta bagi Gereja HKBP dan Gereja pendukungnya di Sumatera Utara. 11 Dengan dibukanya Fakultas Theologi di Universitas ini, Sekolah Pendeta di Seminari Sipoholon ditutup dan dipindahkan ke Pematangsiantar. Pada Sinode Godang HKBP 23-27 Januari 1978 di Seminari Sipoholon, No.36/SG/78. Fakultas Theologi Universitas HKBP Nomensen diubah menjadi STT- HKBP dengan alasan agar pendidikan para calon pendeta lebih dekat kepada Gereja HKBP. Segala fasilitas dari Fakultas Theologi Universitas HKBP Nommensen 11 J.R. Hutauruk, loc. cit.

dialihkan menjadi milik STT-HKBP. 12 Demikianlah STT-HKBP hingga kini menjadi suatu lembaga pendidikan theologi HKBP, yang bertujuan untuk mempersiapkan para calon pendeta bagi HKBP dan bagi Gereja-gereja Protestan lain di Indonesia. Penulis mengangkat judul penulisan ini karena Fakultas Theologi merupakan fakultas pertama yang berdiri di Universitas HKBP Nommensen yang pada tahun 1954 merupakan tahun awal berdirinya sebuah Universitas di Pematangsiantar. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penulisan mengenai perkembangan Fakultas Theologi Universitas HKBP Nommensen. Skop temporal penelitian ini diawali pada tahun 1954 hingga 1978. Penetapan tahun 1954 sebagai awal penelitian adalah untuk mengkaji tonggak awal pendirian Universitas HKBP Nommensen dengan Fakultas Theologia sebagai fakultas perdananya. Batas akhir penelitian pada tahun 1978 merupakan tahun yang penting bagi Fakultas Theologi karena pada tahun ini Fakultas Theologia berkembang menjadi Sekolah Tinggi Theologi HKBP. Perkembangan yang dapat kita lihat dari sebuah fakultas menjadi sekolah tinggi yaitu dari peningkatan mutu pendidikan guna melahirkan pendeta bagi HKBP dan Gereja - gereja Protestan lain di Indonesia. Maka dari penjelasan tersebut diangkatlah penelitian berjudul "Perkembangan Fakultas Theologi Universitas HKBP Nommesen menjadi STT HKBP (1954-1978). 12 Ibid., hlm. 211.

1.2 Rumusan Masalah Dalam tulisan ini penulis mengkaji masalah yang berhubungan dengan Perkembangan Fakultas Theologi Universitas HKBP Nommesen menjadi STT HKBP (1954-1978). Untuk membatasi permasalahan yang dikaji maka penulis membatasi masalah dalam beberapa pertanyaan, antara lain: 1. Bagaimana keadaan pendidikan theologi sebelum 1954? 2. Bagaimana sejarah berdirinya Fakultas Theologi Universitas HKBP Nommensen 1954 di Pematangsiantar? 3. Bagaimana perkembangan Fakultas Theologi menjadi Sekolah Tinggi Theologi tahun 1954 1978 di Pematangsiantar? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan pokok pemikiran di atas, terdapat tujuan yang hendak dicapai oleh penulis yaitu merupakan jawaban dari masalah-masalah yang dirumuskan sebelumnya antara lain: 1. Menjelaskan keadaan pendidikan theologi sebelum tahun 1954. 2. Menjelaskan sejarah berdirinya Universitas HKBP Nommensen pada tahun 1954 di Pematangsiantar. 3. Menjelaskan perkembangan Fakultas Theologi menjadi Sekolah Tinggi Theologi pada tahun 1954 1978 di Pematangsiantar. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan antara lain sebagai berikut :

1. Penulis mengaharapkan tulisan ini dapat menjadi landasan untuk tetap mempertahankan peranannya sebagai lembaga pendidikan baik secara religius maupun pengetahuan umum. 2. Sebagai tambahan literatur kepustakaan yang dapat dimanfaatkan bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya ilmu sejarah dalam hal sejarah pendidikan 3. Sebagai sarana infomasi bagi pihak yang berkepentingan dalam penelitian lebih lanjut mengenai Universitas HKBP Nommensen baik dari pihak perguruan tinggi itu sendiri maupun masyarakat umum. 1.4 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, selain akan melakukan penelitian ke lapangan dan wawancara, peneliti juga menggunakan beberapa sumber tertulis dan literature kepustakaan berupa buku-buku dan laporan sebagai bentuk studi kepustakaan yang akan dilakukan selama penelitian. Ada banyak kajian tentang pendidikan Kristen, terutama tentang perkembangan teologi. Adapun buku-buku yang peneliti gunakan sebagai acuan tinjauan pustaka ini antara lain adalah J.R Hutauruk dalam Tuhan Menyertai UmatNya. Garis-garis besar Sejarah 125 tahun HKBP : 7 Oktober 1861 1986. Pearaja Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 1986. Dalam buku ini menjelaskan HKBP sebagai Gereja yang mendirikan sekolah-sekolah pendeta yang didirikan untuk kebutuhan jemaat pada awalnya serta menceritakan bagaimana latar belakang dan perkembangan Sekolah Tinggi Theologi

HKBP dimulai dari pelayanan pekabaran Injil di Tanah Batak, dan yang semakin lama berkembang pesat dimulai dari seminari di Sipirok tepatnya di daerah Parausorat, Seminari Pansur Napitu, Seminari Sipoholon sampai kepada Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen yang pada akhirnya memisahkan diri menjadi Sekolah Tinggi Theologi. Bahasan lain dalam buku ini adalah menguraikan secara jelas Sejarah Pekabaran Injil di tengah-tengah masyarakat Batak yang diawali dari sejarah penginjilan oleh para penginjil Barat dari Lembaga Pekabaran Injil Rheinische Missionsgesselschaft. Selain itu kajian lain adalah Uli Kozok, dalam Utusan Damai di Kemelut Perang Peran Zending dalam Perang Toba. Mengulas perjalanan seorang zending Nomensen di Tanah Batak. Uli kozok lebih menjelaskan perjumpaan para zending dengan masyarakat Batak Toba. Uli Kozok menulis peran Misi Protestan Jerman dalam sejarah Tanah Batak dan dalam perkembangan masyarakatnya. Melalui dokumen-dokumen otentik (surat-surat dan artikel para misionaris), Uli Kozok membuktikan bahwa para misionaris meminta Pemerintah Belanda agar menganeksasi daerah Silindung dan Toba, bahkan ikut sendiri secara fisik dalam Perang Batak I, pada tahun 1878. Uli Kozok menuliskan secara rinci pengalaman para penginjil (zending) di Tanah Batak. Dia menuliskan sejarah masuknya injil ke Tanah Batak, melalui tokoh-tokoh. Buku ini secara beruntun memaparkan tokohtokoh yang pernah menginjakkan kakinya di Tanah Batak.

O.H.S Purba, Elvis Purba dalam Migran Batak Toba di Luar Tapanuli Utara: Suatu Deskripsi, Medan: Monora, 1998. Di dalam buku ini secara detail menjelaskan motip, sebab dan akibat perpindahan penduduk dari dataran tinggi toba ke luar Tapanuli Utara. Bagi etnis Toba migrasi ini adalah perpindahan keluar dari desa asalnya yang dimotivasi oleh nilai-nilai 3H, Hamoraon, Hagabeon dan Hasangapon. Hal yang menyebabkan orang batak Toba pindah ke luar Tapanuli adalah, kehadiran kolonial Belanda di Tanah Batak. Juga menjelaskan bagaimana peran missionaris Jerman yang pada waktu itu juga ikut melebarkan misi penginjilannya keluar dari Tapanuli Utara seperti ke wilayah Simalungun. Dimana kehadiran para missionaris ini membawa pengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat setempat. Selain itu dalam buku ini juga dijelaskan keadaan orang batak Toba diluar Tapanuli Utara dimulai dari masa kolonial, masa pendudukan Jepang dan masa revolusi kemerdekaan J.R Hutauruk dalam Kemandirian Gereja: Penelitian Historis-Sistematis Tentang Gerakan Kemandirian Gereja di Sumatera Utara Dalam Kancah Pergolakan Kolonialisme dan Gerakan Kebangsaan di Indonesia, 1899-1942, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992. Buku ini menjelaskan bagaimana Gereja Batak menuju kemerdekaannya terlepas dari pengaruh bangsa barat. Selain itu juga menjelaskan kemandirin Gereja Batak dilihat dari segi historis. Jan S. Aritonang dalam bukunya Sejarah Pendidikan Kristen di Tanah Batak, 1988 yang menjelaskan secara rinci awal penyebaran agama Kristen di Tanah Batak. Dimana para Zending ini awalnya mendirikan pendidikan formal sejak awal kiprah

mereka yakni supaya anak-anak yang belum beragama Kristen supaya menganut agama Kristen dan orang-orang yang mereka injili dapat dapat membaca Alkitab dan literatur-literatur kristiani lainnya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Batak. Hingga sampai didirikannya sekolah-sekolah teologi yang berawal dari Seminari Pansurnapitu, Seminari Sipoholon sampai kepada didirikannya Universitas HKBP Nommensen. Bagaimana perjumpaan orang Batak dengan Zending. Khususnya RMG dibidang pendidikan. 1.5 Metode Penelitian Dalam penulisan sejarah yang ilmiah, pemakaian metode sejarah yang ilmiah sangatlah penting. Metode penelitian sejarah lazim disebut dengan metode sejarah. Metode itu sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksana atau petunjuk teknis. 13 Sejumlah sistematika penulisan yang terangkum di dalam metode sejarah sangat membantu setiap penelitian di dalam merekonstruksi kejadiann pada masa yang telah berlalu. Untuk mendapatkan penulisan sejarah yang deskriptif analitis haruslah melalui tahapan demi tahapan, yaitu: Tahap pertama heuristik (pengumpulan sumber) yang sesuai dan mendukung sumber objek yang diteliti. Dalam hal ini dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Dalam penelitian kepustakaan dilakukan 13 Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ar-Ruz Media Group, 2007, hlm. 53.

dengan mengumpulkan beberapa buku, dan skripsi yang pernah ditulis sebelumnya berkaitan dengan judul yang dikaji. Kemudian penelitian lapangan akan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terhadap Dosen Fakultas Theologi, Dosen STT HKBP, serta alumni dari Fakultas Thelogi memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini. Tahapan kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari kesahihan sumber tersebut baik dari segi substansial (isi) yakni dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis misalnya buku-buku atau dokumen. Kritik ini disebut kritik intern. Mengkritik dari segi materialnya untuk mengetahui keaslian atau palsukah sumber tersebut agar diperoleh keautentikannya, kritik ini disebut kritik ekstern. Tahapan ketiga adalah interpretasi, dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan satu analisis yang baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Tahap terakhir adalah historiografi, yakni penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya tersebut menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis. Yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis dan ilmiah.

Dalam perkembangan penelitian dan penulisan sejarah terutama abad ke-20 dan ke-21 ini para sejarawan telah membiasakan diri mengenal dan menggunakan sejumlah konsep-konsep, baik yang dikenal dari dalam lingkungan sejarah sendiri maupun yang diangkat dari ilmu-ilmu sosial lain. Ketika menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lalu, sejarawan menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajian. Ini dikenal dengan pendekatan interdisiplin atau multidimensional yang memberikan karakteristik ilmiah kepada sejarah. Penggunaan berbagai konsep disiplin ilmu sosial lain ini memungkinkan suatu masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah itu, baik keluasaan maupun kedalamannya, akan semakin jelas. 14 14 Ibid. hal. 303-304.