FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Ayu Idaningsih

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

Jurnal Harapan Bangsa Vol.1 No.2 Desember 2013

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

periode April-Juni tahun 2013 sebanyak 38 responden dengan teknik Total

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Popy Handayani, Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes, Cahyaningrum, S.SiT Program Studi DIII Kebidanan

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA BERAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG 2013

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2014

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

HUBUNGAN SEKSIO SESAREA DAN PARITAS DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD AHMAD YANI KOTA METRO

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn Mulyanti

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Buku Kesesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Rancamanyar Baleendah Kabupaten Bandung

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

ANALISIS MULTILEVEL PENYEBAB BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY T GII P 1001 TRIMESTER II DENGAN GEMELLI DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

HUBUNGAN SEKSIO SESAREA DAN PARITAS DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD AHMAD YANI KOTA METRO

USIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN KEHAMILAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PARADISE TAHUN 2015

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Ayu Idaningsih ABSTRAK Persalinan prematur merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatal di seluruh dunia yaitu 60-80%.Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kejadian persalinan prematur di RSUD pada tahun 2015 sebanyak 86 kasus dari 1.794 persalinan (4,8%). Tingginya kejadian persalinan prematurdi RSUD Cideres tahun 2015 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,diantaranya adalah faktor umur, paritas dan riwayat premature. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan case control.populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur yaitu sebanyak 86 orang dan populasi kontrol adalah ibu bersalin yang tidak mengalami persalinan prematur yaitu sebanyak 1.708 orang, dengan jumlah sampel untuk control sebanyak 134 orang. Instrument penelitian yang digunakan adalah format data. Analisis data meliputi analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi square dengan α = (0,05), serta analisis OR. Hasil penelitian menunjukkan proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur dan berumur resti (29,1%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu bersalin normal dan berumur resti (13,4%). Proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur dengan paritas beresiko (16,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi bersalin normal dengan paritas beresiko (6,0%). Proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur dan memilki riwayat prematur (17,4%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi bersalin normal dan memiliki riwayat prematur (7,5%). Ada hubungan antara umur ibu (OR : 2,6), paritas (OR:3,06) dan rwiayat prematur (OR : 2,6) dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015. Saran diajukan bagi petugas kesehatan agar memberikan konseling pada ibu hamil berumur resti, paritas beresiko dan ibu dengan riwayat prematur agar pemeriksaan secara intensif untuk mendeteksi dini adanya kelainan pada masa kehamilan dan persalinan kepada petugas kesehatan. Kata Kunci : Persalinan Prematur

ABSTRACT Preterm laboris a major causeof neonatalmorbidityandmortalityworldwideis60-80%. Indonesiahasthe incidence ofprematureapproximately19% andis a major causeof perinatalmortality. Incidence ofpreterm birthin hospitalsin 2015were 86casesof1,794births(4.8%). The highincidence ofpreterm birthin hospitalsin 2015Ciderescan be affectedbyseveralfactors, including the factor ofage, parityandhistory ofpremature. The purpose ofthis study wastodeterminefactorsassociatedwithpreterm birthin hospitalscideresmajalengkain 2015. This research is aquantitativestudyusing acase control design. The populationof casesinthis study were allwomen giving birthwho experiencepreterm laboras many as86peopleandpopulationcontrolisthebirthmotheris notexperiencingpreterm laboras many as1,708people, withthe number of samplestocontrolas many as134people. Research instrumentused is thedata format. Dataanalysisincludedunivariateanalysisusingfrequency distributionandbivariate analysisusingchi square testwithα=(0.05), as well asanalysis ofor. The results showedthatthe proportion ofwomen giving birthpreterm laborandrestiold (29.1%) is higherthan the proportionof normalmaternalandresti-old (13.4%). The proportion ofwomen giving birthwho areat risk ofpreterm laborbyparity(16.3%) is higherthan the proportionof normaldeliverywithriskparity(6.0%). The proportion ofwomen giving birthwho experiencepreterm laborandpretermhave thehistory(17.4%) is higherthan the proportionof normaldeliveryandhave a history ofpreterm(7.5%). There is a relationshipbetweenmaternal age(or: 2.6), parity(or: 3.06) andrwiayatpreterm(or: 2.6) withpreterm birthin hospitalscideresmajalengkain 2015. Suggestionsput forwardfor health workerstoprovidecounselingto pregnant womenrestiage, parityandriskof pretermmotherswitha history ofintensiveinvestigationin orderto detectany abnormalitiesearlyin pregnancyandchildbirthto health workers. Keywords: Preterm Birth PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.untuk menilai derajat kesehatan masyarakat terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan.indikator-indikator tersebut umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas dan status gizi. Pada umumnya derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka morbiditas beberapa penyakit (Depkes RI, 2010 : 35). Kematian ibu, bayi dan balita merupakan suatu gambaran masyarakat yang mempunyai derajat kesehatan yang rendah.akb merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu negara seluruh dunia. AKB di Indonesia masih sangat tinggi, menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup dimana target Millenium Development Goals (MDG s) tahun 2015 yaitu 26 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, RI, 2012:45). Berdasarkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 AKB mencapai 40,87 per 1.000 kelahiran hidup, yang menjadi penyebab langsung kematian bayi di Jawa Barat sebagian besar disebabkan asfiksia, Infeksi dan

BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) yang berat badan kurang dari 2.500 gram(pemda Provinsi Jabar, 2012 : 10). Sedangkan menurut Dinas Kesehatan Majalengka jumlah kematian ibu pada tahun 2015 sebanyak 30 orang dari 21.988 kelahiran hidup,jumlah kematian bayi sebanyak 264orang (1,20%) dari 21.988 kelahiran hidup dan jumlah kematian neonatal pada tahun 2012 sebanyak 183 orang (0,83%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2015:51). Penyebab kematian neonatal di Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 yaitu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 69orang (26,14%), asfiksia 62 orang (23,5%), sepsis7 orang (2,65%), kelainan kongenital23 orang (8,71%), ikterus 3 (1,13%) dan lain-lain sebanyak 22 orang (8,33%) (Profil Dinkes Majalengka, 2015:3).BBLR merupakan salah satu penyebab tertinggi kematian neonatal di Kabupaten Majalengka.Bayi dengan kondisi lahir BBLR salah satunya di sebabkan oleh persalinan kurang bulan atau prematur.persalinan prematur merupakan persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 28 37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Kejadian kelahiran prematur terdapat pada sekitar lima persen kehamilan (Prawirohardjo, 2010:429). Persalinan prematur merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatal di seluruh dunia yaitu 60-80%.Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kelahiran di Indonesia diperkirakan sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat diperhitungkan kematian bayi 56/1000 KH, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal. Penyebab kematian tersebut antara lain asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan (1-3%) (Kurniasih, 2009:135). Prematur merupakan masalah besar karena dengan berat badan janin yang kurang dan belum cukup umur maka alat-alat vital belum sempurna sehingga mengalami kesulitan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.persalinan preterm atau prematur masih merupakan masalah penting dalam obstetri khususnya di bidang perinatologi, karena baik di negara berkembang maupun negara maju penyebab morbiditas dan mortalitas neonatus terbanyak adalah bayi yang lahir preterm.kira-kira 75% kematian neonatus berasal dari bayi yang lahir preterm atau prematur (Nuada, 2004). Persalinan prematur merupakan persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 28-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Masalah utama dalam persalinan prematur adalah perawatan bayinya, semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya (Saifuddin, 2009:721).Penyebab persalinan prematur yaitu iatrogenik (20%), infeksi (30%), ketuban pecah dini saat preterm (20-25%), dan persalinan preterm spontan (20-25%) (Norwitz & Schorge, 2008:217). Secara teoritis faktor risiko prematur dibagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor iatrogenik, faktor maternal, faktor janin, dan faktor perilaku.faktor iatrogenik merupakan faktor dari kesehatan medis.faktor maternal meliputi riwayat prematur sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, plasenta previa, kelainan serviks, hidramnion, infeksi intra-amnion, hipertensi dan trauma.faktor janin meliputi kehamilan kembar, janin mati, dan cacat bawaan.faktor perilaku meliputi ibu yang merokok dan minum alkohol (Cuningham, dkk. 2006:152). Berdasarkan data rekamedik RSUD Cideres didapatkanpada tahun 2012 jumlah persalinan prematur mencapai 69 kasus dari 1323 persalinan (5,21%). Sedangkan jumlah persalinan prematur pada tahun 2015 sebanyak 86 kasus dari 1.794 persalinan (4,8%).Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 0,41%. Di RSUD Majalengka tahaun 2015 angka kejadian prematur lebih rendah bila dibandingkan dengan RSUD Cideres yaitu sebanyak 32 kasus.masih banyaknya persalinan prematur di RSUD Cideres tahun 2015 dapat disebabkan oleh

faktor umur ibu, paritas dan riwayat prematur. Usia ibu yang 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami persalinan prematur. Sedangkan ibu dengan usia 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan berisiko tinggi mengalami persalinan prematur (Varney, 2007:216).Menurut Bobak (2004:164) yang menyatakan bahwa persalinan prematur lebih banyak terjadi pada ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 5 kali). Ibu bersalin dengan paritas tinggi mengalami kehamilan dan persalinan berulang kali sehingga padasistem reproduksi terdapat penurunan fungsi dan akan meningkat menjadi risiko tinggi apabila ibu dengan paritas lebih dari 5. Persalinan prematur dapat terjadi pada ibu dengan riwayat prematur sebelumnya.risiko persalinan prematur berulang bagi wanita yang persalinan pertamanya preterm, dapat meningkat tiga kali lipat disbanding dengan wanita yang persalinan pertamanya mencapai aterm (Oxorn, 2003:329). Dari uraian tersebut, peneliti tertarik ingin meneliti tentang Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015, secara khusus akan meneliti : 1. Diketahuinya gambaran kasus dan kontrol berdasarkan usia ibu bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015 2. Diketahuinya gambaran kasus dan kontrol berdasarkanparitas ibu bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015 3. Diketahuinya gambaran kasus dan kontrol berdasarkanriwayat prematur sebelumnya di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015 4. Diketahuinya hubungan antara usia ibu bersalin dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015 5. Diketahuinya hubungan antara paritas ibu bersalin dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015 6. Diketahuinya hubungan antara riwayat prematur dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan pendekatan / desain case control yaitu suatu penelitian dimana efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasikan pada saat ini kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur yaitu sebanyak 86 orang dan populasi kontrol adalah ibu bersalin yang tidak mengalami persalinan prematur yaitu sebanyak 1.708 orang.jumlah HASIL PENELITIAN sampel untuk kasus yaitu 86 dan sampel untuk control yaitu 134 orang. Cara pengambilan sampel untuk kasus adalah secara total sampling. Untuk kontrol, sampel diambil secara sistematik random samplingyaitu sampel yang diambil secara acak sistematik dari populasi.analisis data dalam penelitiang ini yaitu Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel yang diteliti dan Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Sutanto, 2007:105). Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Umur Ibu di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015

Umur Ibu Persalinan Prematur Prematur n % n % Risti 25 29.1 18 13.4 Non Risti 61 70.9 116 86.6 Jumlah 86 100.0 134 100.0 N o r m a l Hasil ini menunjukkan bahwa proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur dan berumur Risti (29.1%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi bersalin normal dan berumur risti (13.4%).Berdasarkan hal tersebut memungkinkan variabel umur ibu berhubungan dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Paritas Ibu di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 Paritas Persalinan Prematur Prematur n % n % Berisiko 14 16.3 8 6.0 Tidak Berisiko 72 83.7 126 94.0 Jumlah 86 100.0 134 100.0 N o r m a l Hasil ini menunjukkan bahwa proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur dengan paritas berisiko (16.3%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi bersalin normal dengan paritas berisiko (6.0%).Berdasarkan hal tersebut memungkinkan variabel paritas ibu berhubungan dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Riwayat Prematur Sebelumnya di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 No Riwayat Prematur P r

e m a t u r Prematur n % N % 1 Ada Riwayat 15 17.4 10 7.5 2 Tidak ada riwayat 71 82.6 124 92.5 3 Jumlah 86 100.0 134 100.0 N o r m a l Hasil ini menunjukkan bahwa proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur dan memilki riwayat prematur (17.4%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi bersalin normal dan memiliki riwayat prematur (7.5%).Berdasarkan hal tersebut memungkinkan variabel riwayat prematur berhubungan dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015. Tabel 4.4 Hubungan Umur Ibu dengan Persalinan Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 Umur Ibu Persalinan Prematur Prematur Normal OR (95%CI) n % n % Risti 25 29.1 18 13.4 2,6 Non Risti 61 70.9 116 86.6 (1,3-5,2) Jumlah 86 100 134 100 p v a l u e 0,007 Berdasarkan umur ibu, ternyata ada perbedaan proporsi yang bermakna pada kasus dan kontrol yang ditunjukan dengan hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,007 (p<0,05) yang berarti H 0 ditolak atau ada hubungan antara umur ibu dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tabel 4.5 tahun 2015. Dari nilai odds ratio (OR) sebesar 2,6 (95% CI 1,3 5,2) menunjukkan bahwa ibu yang berumur Risti mempunyai peluang 2,6 kali lebih besar akan mengalami persalinan prematur dibandingkan ibu yang berumur non Risti di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015. Hubungan Paritas Ibu dengan Persalinan Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 Paritas Ibu Persalinan Prematur Prematur Normal n % n % OR (95%CI) p value

Berisiko 14 16.3 8 6.0 3,06 Tidak Berisiko 72 83.7 126 94.0 (1,2-7,6) Jumlah 86 100 134 100 0,024 Berdasarkan paritas ibu, ternyata ada perbedaan proporsi yang bermakna pada kasus dan kontrol yang ditunjukan dengan hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,024 (p<0,05) yang berarti H 0 ditolak atau ada hubungan antara paritas ibu dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015. Dari nilai odds ratio (OR) sebesar 3,06 (95% CI 1,2 7,6) menunjukkan bahwa ibu dengan paritas berisiko mempunyai peluang 3,06 kali lebih besar akan mengalami persalinan prematur dibandingkan ibu dengan paritas tidak berisiko di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015. Tabel 4.6 Hubungan Riwayat Prematur dengan Persalinan Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 OR Persalinan Prematur p value (95%CI) Riwayat Prematur Prematur Normal n % n % Ada Riwayat 15 17.4 10 7.5 2,6 0,040 Tidak ada riwayat 71 82.6 124 92.5 (1,1-6,1) Jumlah 86 100 134 100 Berdasarkan riwayat prematur ibu bersalin, ternyata ada perbedaan proporsi yang bermakna pada kasus dan kontrol yang ditunjukan dengan hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,040 (p<0,05) yang berarti H 0 ditolak atau ada hubungan antara riwayat prematur dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015. Dari nilai odds ratio (OR) sebesar 2,6 (95% CI 1,1 6,1) menunjukkan bahwa ibu yang memiliki riwayat prematur mempunyai peluang 2,6 kali lebih besar akan mengalami persalinan prematur dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015. PEMBAHASAN 1. Gambaran Kasus dan Kontrol Berdasarkan Umur Ibu di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur dan berumur Risti (29,1%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi bersalin normal dan berumur Risti (13,4%) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015. Hasil penelitian tersebut menjelaskan masih banyaknya ibu bersalin yang berumur Risti mengalami persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015. Hal ini sesuai dengan teori Varney (2007:352) menjelaskan bahwa usia ibu yang 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami persalinan prematur. Sedangkan ibu dengan usia 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan berisiko tinggi mengalami persalinan prematur Secara fisik dan mental, usia yang baik untuk hamil berkisar antara 20

35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara maksimal, begitu juga faktor kejiwaannya, sehingga akan mengurangi berbagai risiko ketika hamil, seperti keguguran, perdarahan, bahkan kematian. Begitu juga pada saat menjalankan proses persalinan, risikonya juga akan lebih kecil (Azwar, 2008 :241). 2. Gambaran Kasus dan Kontrol Berdasarkan Paritas Ibu di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur dengan paritas berisiko (16,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi bersalin normal dengan paritas berisiko (6,0%). Paritas berisiko akan berdampak pada resiko komplikasi baik pada masa kehamilan ataupun persalinan, salah satunya adalah persalinan prematur. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Bobak (2004:278) yang menyatakan bahwa persalinan prematur lebih banyak terjadi pada ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 5 kali). Ibu bersalin dengan paritas tinggi mengalami kehamilan dan persalinan berulang kali sehingga pada sistem reproduksi terdapat penurunan fungsi dan akan meningkat menjadi risiko tinggi apabila ibu dengan paritas lebih dari 5.Menurut Nurdiana (2008) menjelaskan bahwa jumlah paritas ibu merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur karena jumlah paritas dapat mempengaruhi keadaan kesehatan ibu dalam kehamilan.dimana pada wanita yang paritasnya lebih dari 3 ada kecenderungan mempunyai risiko sebesar 4 kali lebih besar untuk melahirkan bayi prematur bila dibandingkan dengan wanita yang paritasnya kurang dari 3. 3. Gambaran Kasus dan Kontrol Berdasarkan Riwayat Prematur Sebelumnya di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi ibu bersalin yang mengalami prematur dan memiliki riwayat persalinan prematur (17,4%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu bersalin normal dan memiliki riwayat persalinan prematur (7,5%). Pada ibu bersalin yang memiliki riwayat persalinan prematur memiliki resiko lebih besar untuk mengalami persalinan prematur. Persalinan prematur dapat terulang kembali pada ibu yang persalinan pertamanya terjadi persalinan prematur dan risikonya meningkat pada ibu yang kehamilan pertama dan kedua juga mengalami persalinan prematur Hal ini seperti yang dijelaskan menurut Manuaba, (2010:372) penyebab pasti persalinan prematur tidaklah diketahui.ada berbagai macam teori yang diduga berperan dalam memicu terjadinya kontraksi dan pematangan serta cervix (mulut rahim) lebih awal.beberapa faktor risiko di bawah ini merupakan penyebab tersering terjadinya kelahiran prematur, seperti pengalaman/riwayat persalinan prematur sebelumnya, atau riwayat keguguran.persalinan prematur dapat terjadi pada ibu dengan riwayat prematur sebelumnya. Risiko persalinan prematur berulang bagi wanita yang persalinan pertamanya preterm, dapat meningkat tiga kali lipat disbanding dengan wanita yang persalinan pertamanya mencapai aterm (Oxorn, 2003:329) 4. Hubungan Umur Ibu dengan Persalinan Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara umur ibu bersalin dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun

2015, dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 2,6 (95% CI 1,3 5,2) menunjukkan bahwa ibu dengan umur ibu rendah mempunyai peluang 2,6 kali lebih besar akan mengalami prematur dibandingkan ibu dengan umur ibu normal. Pada ibu yang berusia muda lebih rentan mengalami persalinan prematur hal ini berkaitan dengan keadaan organ reproduksi yang belum siap. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Varney (2007:352) menjelaskan bahwa usia ibu yang 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami persalinan prematur. Sedangkan ibu dengan usia 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan berisiko tinggi mengalami persalinan prematur 5. Hubungan Paritas Ibu dengan Persalinan Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015, dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 3,06 (95% CI 1,2 7,6) menunjukkan bahwa ibu dengan paritas berisiko mempunyai peluang 3,06 kali lebih besar akan mengalami persalinan prematur dibandingkan ibu dengan paritas tidak berisiko. Hasil ini sesuai dengan teori Bobak (2004:278) yang menyatakan bahwa persalinan prematur lebih banyak terjadi pada ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 5 kali). Ibu bersalin dengan paritas tinggi mengalami kehamilan dan persalinan berulang kali sehingga pada sistem reproduksi terdapat penurunan fungsi dan akan meningkat menjadi risiko tinggi apabila ibu dengan paritas lebih dari 5. 6. Hubungan Riwayat Prematur dengan Persalinan Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara riwayat prematur dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015, dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 2,6 (95% CI 1,1 6,1) menunjukkan bahwa ibu yang memiliki riwayat prematur mempunyai peluang 2,6 kali lebih besar akan mengalami persalinan prematur dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat prematur sebelumnya. Hasil ini sejalan dengan teori Kurniawati, (2008:422) menjelaskan bahwa jika ibu memiliki riwayat prematur pada persalinan sebelumnya, disarankan untuk tidak hamil lagi, sebab berisiko terjadinya persalinan Prematur. Namun, jika hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketat selama kehamilan, kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar. Komplikasi yang timbul setelah persalinan prematur pada ibu seperti nyeri pada daerah incisi, potensi terjadinya thrombosis, potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional, penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul, perdarahan, luka kandung kemih, infeksi, bengkak pada extremitas bawah, dan gangguan laktasi. Selain itu dijelaskan menurut Manuaba (2010:321) bahwa persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan terhalang karena malposisi dan malpresentasi janin, Prematur, seksio caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada persalinan berikutnya. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur dan berumur Risti (29,1%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi bersalin normal dan berumur Risti (13,4%) 2. Proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur dengan paritas berisiko (16,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi bersalin normal dengan paritas berisiko (6,0%) 3. Proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur dan memilki riwayat prematur (17,4%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi bersalin normal dan memiliki riwayat prematur (7,5%). 4. Ada hubungan antara umur ibu dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015, dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 2,6 (95% CI 1,3 5,2) 5. Ada hubungan antara paritas ibu dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015, dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 3,06 (95% CI 1,2 7,6). 6. Ada hubungan antara riwayat prematur dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015, dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 2,6 (95% CI 1,1 6,1) SARAN Petugas kesehatan agar memberikan konseling pada ibu hamil dengan mempertimbangkan faktor usia, paritas dan riwayat prematur ibu hamil dan menganjurkan pemeriksaan secara intensif untuk mendeteksi dini adanya kelainan pada masa kehamilan dan persalinan kepada petugas kesehatan. Ibu hamil agar berkonsultasi kepada petugas kesehatan tentang perkembangan janin dan melakukan kunjungan ANC secara teraturdan hendaknya mengikuti anjuran petugas kesehatan dalam persiapan persalinan dan memenuhi kebutuhan nutrisi baik pada ibu ataupun janin. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Menajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-KR Bobak, Lowdermik. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.Jakarta : EGC. Cunningham, F Gary. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Depkes, RI 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012.Jakarta : Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Jakarta : Depkes RI Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.Jakarta : EGC. Dinkes Majalengka, 2012. Profil Kesehatan Majalengka 2012. Majalengka : Dinkes Majalengka Hacker, Neville F. 2001.Essensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi Dua. Jakarta : Hipokrates. Hastono, Sutanto, Priyo,. 2007. Statistik Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Irnawati. 2009. Faktor yang Mempengaruhi persalinan prematur di Ruang Rawat Inap Bangsal Kebidanan RSUD Curup tahun 2009. www.jurnal.penelitian.com. Diakses: 12 Januari 2014 Krisnadi, 2009.Prematuritas.Bandung : Refika Aditama Kurniasih, Shinta. 2009. Persalinan Prematur. HME FKM Unhas. Sulawesi Selatan.http://himapid.blogspot.com. Diakses: 12 Januari 2014 Linda. 2007. Hubungan Paritas dengan Persalinan Prematur di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan tahun 2007.www.jurnal.penelitian.com. Diakses: 12 Januari 2014 Manuaba, I Gede Bagus. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk. Pendidikan Bidan. Ed.2. Jakarta : EGC., 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2.Jakarta : EGC., 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC Maryati, 2005 Faktor Resiko Ibu yang berhubungan dengan Persalinan prematur di RSUD Ambarawa tahun 2005.www.jurnal.penelitian.com. Diakses: 12 Januari 2014 Najah.2004. Hubungan Umur dan Paritas dengan persalinan prematur di RSUD Banjarbaru Tahun 2004.www.jurnal.penelitian.com. Diakses: 12 Januari 2014 Norwitz & Schorge, 2008.At a Glance.Obstetri dan Ginekologi edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga Oxorn. 2003. Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi Persalinan, Yayasan. Essentia Medica. Yogyakarta Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4.Jakarta : P.T Bina. Pustaka Sarwono Prawirohardjo., 2009.Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo. Jakarta Rayburn, 2001.Obstetri dan Ginekologi.Jakarta : Widya Medika

Saifuddin, Azwar. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan. Neonatal.Jakarta : EGC, 2007.Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan. Neonatal.Jakarta : EGC Sumarah, Widiastuti. 2008. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin. Yogyakarta: Fitramaya Sujiyatini, Arum. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Sulistyawati.Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta : Andi Ofset Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan.Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Widyastuti, dkk, 2009.Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya. Wuryanti.2010. Hubungan Riwayat Prematur Ibu Dengan Persalinan Prematur di RSUD Wonogiri Tahun 2010.www.jurnal.penelitian.com. Diakses: 12 Januari 2014.