BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dunia fashion di Indonesia bisa dikatakan berkembang sangat pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam industri yang sama, dengan meningkatnya tingkat persaingan maka

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat mengakibatkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan pasar di industri fashion yang semakin ketat secara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap industri otomotif, salah satu sektor industri yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. segi kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang inovatif baik bergerak dalam bidang barang ataupun jasa. Dimana kinerja. saing, baik di pasar lokal maupun pasar global.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin begitu ketat.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di kalangan industri atau dunia bisnis. Setiap perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah distro distribution outlet

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak produsen memilih menggunakan selebriti sebagai endorser untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hongkong, dan Australia. Selama periode Januari-November 2012, data

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta. Sebagai ibukota dari provinsi Jawa Timur, kota Surabaya juga

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan di berbagai bidang, salah satunya pada bidang fashion.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang paling disukai adalah kegiatan berbelanja produk fashion. Produk

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. Industri pakaian di era modern ini mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dewasa ini telah memasuki era globalisasi dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

Makalah. Analisis Studi Kelayakan Bisnis-Usaha Distro. DI Susun oleh : Joko Purnomo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (pikiranrakyatonline.com, 2013) (Simamora, 2006) (Kotler, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami ketertinggalan dalam perkembangan produk-produk fashionnya. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat. Untuk memasuki lingkungan usaha yang kompetitif, sebuah usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terdapat satu hal yang belakangan ini sering didengungkan, baik

BAB I PENDAHULUAN Sumber : BPS di internet

BAB I PENDAHULUAN. segelintir peneliti yang melakukan analisa terhadap perkembangan otomotif yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu produk merupakan salah satu strategi di dunia pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

Gambar 1.1 Logo UNKL347

BAB I PENDAHULUAN. segelintir peneliti yang melakukan analisa terhadap perkembangan otomotif yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Screamous

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, kemajuan teknologi dan informasi yang pada saat ini

Tabel 1.1 Jenis Industri Kreatif Fashion di Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang model

BAB I PENDAHULUAN. belanjanya, terutama untuk produk-produk fashion seperti baju, celana, sepatu dan lainlainnya.

BAB I PENDAHULUAN. baik unit usaha yang bergerak dalam penjualan barang maupun jasa, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Logo Happy Go Lucky Sumber : Visi dan Misi Perusahan a. Visi Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan salah satunya adalah dengan menciptakan brand. Brand suatu produk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Greenlight Clothing. : Jalan Soekarno Hatta no.723, Bandung Telepon :

BAB I PENDAHULUAN. jaman, sehingga menimbulkan persaingan di dalam usaha bisnis. Fashion

BAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada. bab IV, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan masa-masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. kaum hawa. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa bangga dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan internet semakin pesat dalam era modern jaman ini karena didorong dengan kemudahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang semakin berkembang banyak dipicu oleh semakin banyaknya

distro distro distro Sumber : (2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Strategi merek pribadi telah menjadi kategori unggul keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi mempunyai peranan penting dalam mobilisasi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di era sekarang telah berkembang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016 HUBUNGAN SEGMEN VALS (VALUE AND LIFESTYLE) DENGAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. informasi yang dibutuhkan akan semakin beraneka ragam. Untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya kemajuan fashion di era globalisasi seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. dan komunikasi tersebut, salah satunya dengan menggunakan handphone.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di negara indonesia dirugikan mencapai hingga triliunan karena banyaknya

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN. mana yang dapat dipercaya, sehingga masing-masing perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki umat Islam yang berjumlah kurang lebih 87% yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah merek. terjadi bukan lagi masalah perang kualitas produk melainkan perang merek

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan industri di bidang fashion sangat berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang menawarkan produk-produk yang sejenis baik melalui media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atas yang terkenal dan sudah tak terhitung jumlahnya. Dalam urusan fashion,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang terus naik berdampak terhadap tingkat kebutuhan masyarakat salah satunya kebutuhan akan pakaian. Saat ini pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk melindungi dan menutupi bagian tubuh saja. Seiring perkembangan pola pikir manusia, pakaian telah berkembang sebagai salah satu hal yang menunjukan identitas atau kebiasaan yang saat ini sering disebut fashion. Fashion saat ini berkembang sangat cepat mengikuti perkembangan zaman dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Pakaian adalah salah satu sarana komunikasi dalam masyarakat, sadar atau tidak bahwa seseorang akan menilai kepribadian seseorang dari apa yang dipakainya atau dengan kata lain pakaian merupakan ekspresi identitas pribadi. Industri clothing telah berkembang pesat pada saat ini di berbagai kota-kota besar. Inilah yang kemudian mendorong para pelaku bisnis memanfaatkan peluang untuk masuk ke dalam industri clothing, dikarenakan prospek belanja di Indonesia akan di dominasi oleh segmen fashion. Hal ini dibuktikan dengan munculnya toko ritel pakaian jadi yang sangat menjamur dengan pesat di berbagai kota di Indonesia. Berikut adalah data dominasi belanja di Indonesia tahun 2015 yang akan disajikan pada halaman berikutnya: 1

2 Tabel 1.1 Prospek Belanja di Indonesia Tahun 2015 No Industri Prospek 1 Fashion 40% 2 Gadget 11% 3 Electronic 11% 4 Kendaraan 5% 5 Games 4% 6 Groceries 4% 7 Tiket & Hotel 2% Sumber : http://swa.co.id/bmi-research-pasar-belanja-di-tahun-2015 Pada Tabel 1.1 dijelaskan bahwa pada tahun 2015 ini prospek belanja di Indonesia telah didominasi oleh segmen fashion sebesar 40% dibandingkan dengan segmen tiket & hotel pada peringkat terbawah, karena fashion merupakan jenis usaha yang beberapa tahun ini banyak di jadikan sebagai ladang usaha bagi para pengusaha. Dalam perkembangan produk-produk fashion nya kota Bandung tidak pernah tertinggal. Tersedianya fasilitas belanja produk tekstil maupun busana siap pakai dalam jumlah yang banyak menciptakan citra kota mode sebagai salah satu citra kota Bandung. Produk produk fashion di kota Bandung ditunjang karena Bandung merupakan salah satu kota dengan banyak sekali tempat untuk berbelanja kebutuhan sandang, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan lokal maupun internasional. Selain ditunjang oleh banyaknya tempat untuk berbelanja kebutuhan sandang, model yang tersedia bermacam-macam dan harga yang ditawarkan pun bervariatif. Bukti nyata atas perkembangan pesat industri kreatif fashion di kota Bandung adalah perkembangan Factory Outlet (FO), Distribution Store (Distro) dan Clothing dari tahun 1998-2015 seperti data pada tabel berikut yang akan disajikan pada halaman berikut :

3 Tabel 1.2 Jenis Industri Kreatif Fashion di Kota Bandung Jenis Usaha Tahun 1998-2001 2010-2012 2013-2015 Distro 10-12 Gerai 300 Gerai 450 Gerai Clothing 15-20 Merek 172 Merek 300 Merek Factory Outlet 25 Gerai 95 Gerai 120 Gerai (Sumber :Sixtydegree Magazine 2013 http://kompas.com) Berdasarkan data pada tabel 1.2 Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyaknya bermunculan Distro dan Clothing di kota Bandung. Usaha kreatif clothing pada tahun 1998-2001 hanya mencapai 15-20 merek, pada tahun 2010-2012 meningkat menjadi 172 merek clothing dan pada tahun 2013-2015 mengalami peningkatan yang sangat pesat yaitu menjadi 300 merek clothing yang terdaftar secara resmi di kota Bandung. Dari tahun ke tahun jenis industri kreatif clothing mengalami peningkatan, ini menunjukan bahwa banyak para pengusaha yang membuka usaha di bidang fashion khususnya clothing yang di gemari oleh kalangan remaja dalam trend berbusana seperti hal nya Bandung yang terkenal sebagai pusat belanja. Dalam memenuhi kebutuhan pelanggan clothing berusaha bersaing dengan factory outlet. Clothing ialah sejenis Home industry yang memproduksi t-shirt, polo shirt, tas, kemeja, sepatu, jaket, aksesoris dan macam macam elemen fashion lainnya, dan barangnya pun murni memakai desain dan brand tersendiri yang setiap barangnya mempunyai ekslusivitas tersendiri. Sedangkan distro adalah tempat penjualan baju dengan desain yang cukup banyak akan tetapi jumlah setiap model nya terbatas. Perkembangan clothing yang menjamur di kota Bandung dari tahun ke tahun menunjukan bahwa clothing ini memiliki prospek bagus tetapi juga

4 memiliki iklim persaingan yang ketat. Pertumbuhan clothing yang semakin banyak membuat perbedaan satu clothing dengan clothing lainnya semakin tipis, sehingga perusahaan di tuntut harus lebih kreatif serta menerapkan manajemen pemasaran yang baik agar dapat bersaing untuk mempertahankan pelanggan dan menarik konsumen baru sebanyak banyaknya. Proses keputusan pembelian merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran, minat membeli suatu produk merupakan perilaku dari konsmuen yang melandasi proses keputusan pembelian yang akan dilakukan. Seiring dengan banyaknya clothing - clothing tentunya menjadi pilihan alternatife dari proses keputusan pembelian. Selain itu citra merek dan harga menjadi alasan di dalam proses keputusan pembelian. Keputusan pembelian pada setiap orang dasarnya sama, tahap dari proses keputusan pembelian konsumen berbeda. Tahaptahap tersebut yang akan menghasilkan suatu keputusan untuk membeli atau tidak. Citra merek dan harga sangat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan melakukan pembelian atau tidak, hal ini menjadi bahan pertimbagangan yang penting. Setelah konsumen membutuhkan produk tersebut konsumen mencari informasi tentang produk tersebut, konsumen mengevaluasi tentang produk tersebut dan setelah itu konsumen mempertimbangkan dari bahaan-bahan informasi yang didapat untuk memutuskan akan membeli atau tidak produk tersebut. Adanya penyampaian yang jelas sangat membantu konsumen dalam mengetahui produk atau informasi dari toko yang bersangkutan. Jika sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen, konsumen akan memutuskan pembelian pada produk tersebut. Setelah konsumen membeli produk

5 tersebut konsumen akan mengevaluasi atau memastikan produk atau jasa yang telah dibeli dan dipakai oleh konsumen apakah produk atau jasa tersebut terdapat kecacatan atau yang kurang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Ketika konsumen sudah melakukan keputusan pembeliannya di salah satu produk yang telah mereka pertimbangkan dari berbagai produk yang ada clothing lainya. Tentunya konsumen akan mengecek kembali barang yang telah di beli jika produk tersebut memiliki keterlibatan yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian yang tinggi yaitu citra merek. Citra merek tentunya merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan dalam memenangkan persaingan bisnis di industri kreatif fashion ini. Banyak manfaat yang bisa di dapatkan para pelaku usaha ketika citra merek yang mereka bangun berhasil menguasai pasar. Menurut kotler dan keller (2012:274), Citra merek merupakan persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Citra dapat terbentuk melalui rangsangan yang datang dari luar sebagai suatu pesan yang menyentuh atau yang disebut informasi yang di terima seseorang. Beberapa manfaat yang didapatkan perusahaan ketika citra merek tumbuh semakin kuat yaitu: (1)memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen (2)lebih mudah mendapatkan loyalitas (3)membuka peluang untuk menetapkan harga jual (4)peluang bagi pelaku usaha untuk melakukan diferensiasi produk (5)menjadi ciri tertentu yang membedakan suatu produk dengan pesaing. Oleh karena itu konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek maka akan lebih memungkinkan untuk melakukan keputusan pembelian. Scooter Scoot didirikan tanggal 6 Juli 2014 dan berlokasi di Jalan Kolonel Masturi No 134/144, Citeureup Cimahi Utara, Kota Cimahi, Bandung, Jawa Barat

6 40511. Clothing ini menawarkan kemeja, t-shirt dan celana. Pemberian nama Scooter Scoot dipilih dari komunitas motor yaitu vespa, hal ini karena pemilik melihat adanya peluang besar melihat banyaknya penggemar motor vespa dan desainnya pun dipengaruhi oleh motor vespa. Scooter Scoot merupakan salah satu merek yang mendapatkan dampak langsung dari tingkat persaingan bisnis clothing di kota Bandung. Tingkat penjualan berfluktuatif dan cenderung menurun sejak tahun 2015 hingga tahun 2016. Tahun pertama hingga tahun ke dua clothing berdiri, clothing ini tidak pernah sepi dikunjungi pelanggannya yaitu dari komunitas motor vespa ataupun dari konsumen lainnya. Namun belakangan ini, Scooter Scoot mengalami pasang surut pangsa pasarnya tentunya hal tersebut berpengaruh pada penjualan yang tidak tentu serta target penjualan yang tidak selalu tercapai. Seperti yang dirilis oleh Suave Magazine berikut ini, pangsa pasar Scooter Scoot di Bandung menempati urutan ke enam dapat dilihat dari tabel market share berikut : Tabel 1.3 Market Share Clothing di Bandung No Clothing Market Share % 2012 2013 2014 1 Ouval 33% 30% 31% 2 Unkl 347 19% 18% 22% 3 Arena Experience 13% 16% 14% 4 Badger 12% 10% 11% 5 Evil Army 10% 10% 8% 6 Scooter Scoot 8% 9% 4% Sumber : Suave Magazine (2012,2013,2014) Dilihat dari data market share di atas terdapat tiga clothing yang memuncaki market share clothing di kota Bandung dari tahun ke tahun yaitu Ouval, Unkl 347 dan Arena Experience sedangkan Badger dan Evil Army

7 menempati posisi ke empat dan ke lima, untuk clothing Scooter Scoot sendiri menempati pada posisi ke enam dengan pangsa pasar 9% di tahun 2013 dan di 2014 menurun di angka 4%, di karena kan clothing lain sudah lebih dahulu berdiri di banding Scooter Scoot, hal tesebut yang menjadikan Scooter Scoot sebagai clothing follower dari para clothing terdahulunya. Hal tersebut membuktikan Scooter Scoot masih kalah bersaing dengan clothing pesaing. Melihat dari data pangsa pasar tersebut, dapat diketahui ada fenomena yang perlu di teliti sehingga perusahaan dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada produk Scooter Scoot. Ada beberapa alasan yang kemungkinan muncul mengapa Scooter Scoot berada di posisi ke enam dari tabel pangsa pasar di atas yaitu, pada saat ini Scooter Scoot memiliki citra merek yang kurang baik di mata konsumen, ditambah dengan harga yang relatif sama dengan merek-merek clothing ternama oleh sebab itu keputusan konsumen menjadi rendah. Citra yang kurang baik di benak konsumen tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap penjualan seperti data yang fluktuatif berikut yang disajikan dalam tabel data penjualan selama tahun 2015 hingga semester pertama tahun 2016 :

8 100 90 80 70 60 60 50 40 30 35 32 30 Penjualan Tahun 2015 Penjualan Tahun 2016 20 10 0 Gambar 1.1 Penjualan Produk T-shirt Scooter Scoot Tahun 2015 Juni 2016 Sumber : Data Internal Clothing Scooter Scoot Cabang Bandung 2015-2016 Gambar 1.1 menunjukkan bahwa penjualan produk Scooter Scoot Bandung pada tahun 2015-2016 berfluktuatif dan cenderung mengalami penurunan pada awal tahun 2015. Hal ini menandakan rendahnya keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian di clothing Scooter Scoot. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai masalah yang dihadapi clothing Scooter Scoot mengenai menurunnya tingkat penjualan, maka peneliti melakukan penelitian pendahuluan dengan cara membagikan kuesioner kepada 30 responden yang berkunjung ke clothing Scooter Scoot. Hasil penelitian pendahuluan tersebut adalah sebagai berikut yang disajikan dihalaman berikut :

9 Tabel 1.4 Penelitian Pendahuluan Mengenai Proses Keputusan Pembelian NO PERNYATAAN SS S C TS STS 1. Saya sangat butuh produk / barang dan akan membeli di clothing Scooter Scoot. - 20% 40% 30% 10% 2. Saya sangat sering mencari informasi di media cetak maupun media sosial tentang produk yang di sediakan oleh clothing Scooter Scoot. - 16% 34% 50% - 3. Saya sangat sering mengecek kembali 20% 26% 47% 7% - informasi yang saya dapat dari media cetak dan media social sebelum membeli produk di clothing Scooter Scoot. 4. Saya akan membeli produk di clothing Scooter Scoot 56% 30% 14% - - 5. Saya akan mengevaluasi setelah saya membeli produk di clothing Scooter Scoot. 20% 60% 20% - - Sumber : Hasil pengolahan kuesioner oleh peneliti September 2016 Berdasarkan tabel 1.4 yang tertera di atas menunjukkan hasil kuesioner pra survey yang dibagikan kepada responden, menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan tanggapan tidak setuju sebesar 80%, bahwa responden akan membeli produk di Scooter Scoot apabila membutuhkan produk dan 84% menyatakan tidak setuju bahwa responden melakukan pencarian informasi melalui media cetak dan media sosial tentang produk yang disediakan oleh Clothing Scooter Scoot, sehingga dari beberapa permasalahan hasil dari prasurvey tersebut beberapa hal menurut peneliti bahwa ini menjadi suatu permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini. Adapun hasil kuesioner tersebut peneliti sajikan pada gambar grafik 1.2 sebagai berikut :

10 24% 21% produk harga 17% 13% 25% tempat promosi citra merek Sumber: Hasil Pra Survei (2016) Gambar 1.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Pada Gambar 1.2 berdasarkan hasil kuesioner pendahuluan yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa faktor yang paling menentukan konsumen untuk melakukan pembelian pada clothing Scooter Scoot adalah citra merek 24% dan harga 25%. Dari hasil pra survei di atas, maka faktor yang paling dominan yang mempengaruhi proses keputusan pembelian adalah, citra merek dan harga. Selain melakukan pra survei peneliti juga melakukan wawancara kepada konsumen mengenai Clothing Scooter Scoot dan mendapat hasil wawancara sebagai berikut : a) Produk yang ditawarkan Clothing Scooter Scoot yaitu celana, baju, kemeja, jaket, topi dan aksesoris lainnya. b) Produk Clothing Scooter Scoot tidak menjadi prioritas pilihan fashion berpakaian. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan evaluasi terhadap strategi pemasaran baru untuk menciptakan strategi pemasaran baru, sehingga

11 menciptakan citra yang positif di benak konsumen sehingga menimbulkan terjadinya proses keputusan pembelian konsumen pada produk Clothing Scooter Scoot. Persaingan di industri clothing terlihat semakin ketat, dimana semakin banyaknya produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, menyebabkan setiap perusahaan harus menempatkan orientasi pada pelanggan. Sekarang ini semakin diyakini bahwa kunci utama untuk memenangkan persaingan adalah dengan memberikan nilai kepada pelanggan baik melalui citra merek yang baik dan kesesuaian harga. Citra merek dan harga diyakini mempunyai peranan yang besar dalam menentukan proses keputusan pembelian konsumen, oleh karena itu perusahaan dalam hal ini harus memperhatikan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen diantaranya merek dan harga. Merek bukan hanya sekedar nama atau istilah dari suatu produk tetapi juga sebagai kontribusi dalam menciptakan dan menjaga daya saing sebuah produk yang akan memberikan asosiasi tertentu dalam benak konsumen. Perusahaan menyadari bahwa merek merupakan sebuah aset perusahaan yang paling bernilai. Harga juga merupakan faktor yang paling diperhatikan oleh konsumen, dimana harga yang ditawarkan akan dibandingkan oleh konsumen dengan harga yang ditawarkan oleh pesaing. Harga juga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang. Nilai merupakan rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap harga. Harga berperan dalam membidik konsumen mengenai faktor-faktor

12 produk, seperti kualitas dan citra merek, hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai suatu produk. Konsumen selalu memiliki keyakinan bahwa harga yang mahal mencerminkan produk yang memiliki citra merek yang positif dan citra merek yang positif berawal karena produk memiliki kualitas yang tinggi dan kualitas yang tinggi dapat menimbulkan ketertarikan untuk memutuskan pembelian. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menjadikan permasalahan yang terjadi sebagai topik penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Citra Merek dan Harga Terhadap Proses Keputusan Pembelian Pada Clothing Scooter Scoot. 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini. 1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pemaparan dari latar belakang di atas, permasalahan yang teridentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Persaingan dalam bisnis dibidang Industri kreatif fashion yang tinggi khususnya Industri kreatif clothing. 2. Masyarakat dihadapkan dengan banyaknya pilihan merek clothing. 3. Pangsa pasar Scooter Scoot rendah.

13 4. Citra merek menurun di benak konsumen. 5. Clothing Scooter Scoot berada di peringkat bawah jika dibandingkan dengan peringkat clothing lainnya. 6. Penjualan clothing Scooter Scoot mengalami fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan. 7. Hasil penelitian pendahuluan menunjukan responden memberikan tanggapan kurang baik. 8. Persepsi konsumen dari hasil penelitian pendahuluan menunjukan bahwa citra merek dan harga ditanggapi kurang baik. 1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai citra merek Scooter Scoot. 2. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai harga produk yang di tawarkan Clothing Scooter Scoot. 3. Bagaimana proses keputusan pembelian konsumen pada Clothing Scooter Scoot. 4. Seberapa besar pengaruh citra merek dan harga terhadap proses keputusan pembelian pada Clothing Scooter Scoot secara simultan dan parsial. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

14 1. Tanggapan konsumen mengenai citra merek produk yang di tawarkan Clothing Scooter Scoot. 2. Tanggapan konsumen mengenai harga Scooter Scoot. 3. Proses keputusan pembelian pada Clothing Scooter Scoot. 4. Besarnya pengaruh citra merek dan harga terhadap proses keputusan pembelian pada Clothing Scooter Scoot secara simultan dan parsial. 1.4 Kegunaan Penelitian Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bukan hanya bagi peneliti tetapi juga dapat berguna bagi mereka yang membacanya. 1. Kegunaan Teoritis / Akademik a. Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan di bidang manajemen pemasaran, khususnya yang terkait dengan harga dan citra merek terhadap proses keputusan pembelian. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan diskusi atau wacana ilmiah serta dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya. 2. Kegunaan Praktis / Empiris a. Peneliti mendapatkan pengalaman langsung yaitu penelitian bidang manajemen pemasaran dan lebih mengetahui tentang pengaruh harga dan citra merek terhadap proses keputusan pembelian konsumen Scooter Scoot. b. Peneliti dapat mengetahui permasalahan yang terjadi seperti permasalahan mengenai citra merek dan penetapan harga pada Clothing Scooter Scoot. c. Peneliti dapat memperoleh hal-hal yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen Scooter Scoot.

15 d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak perusahaan, yaitu sebagai masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan dan menyempurnakan kebijakan perusahaan, terutama yang berhubungan dengan citra merek dan harga terhadap proses keputusan pembelian konsumen Scooter Scoot. e. Perusahaan diharapkan dapat menetapkan harga sesuai dengan kualitas produknya serta sesuai dengan daya beli konsumen. f. Perusahaan diharapkan dapat mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian Scooter Scoot.