BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif terhadap financial distress didukung secara statistik oleh penelitian empiris. Artinya, semakin tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa ketika kepemilikan manajemen rendah maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunis manajer akan meningkat. Rendahnya kepemilikan manajemen memungkinkan kurangnya perhatian manajemen dalam memajukan perusahaan. Kelonggaran ini akan memicu financial distress, berbeda jika kepemilikan manajemen tinggi yang mengakibatkan manajemen sekaligus pemilik perusahaan yang akan mendorong fokus dalam memajukan perusahaan. Kedua, kepemilikan institusional berpengaruh secara negatif terhadap financial distress diterima oleh penelitian empiris. Donker et al. (2009) menyatakan bahwa peranan investor institusional lebih memfokuskan pada peningkatan performa jangka panjang dibandingkan perfoma jangka pendek. Kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuan investor dalam memonitor 85
perusahaan. Secara lebih jauh dikatakan bahwa investor institusional akan mengawasi kewajiban-kewajiban dan kinerja manajemen untuk menghindari atau menurunkan kecenderungan perusahaan mengalami financial distress. Ketiga, kepemilikan outsider berpengaruh secara negatif terhadap financial distress diterima oleh penelitian empiris. Donker et al. (2009) mengungkapkan bahwa kepemilikan outsider adalah kepemilikan saham oleh perseorangan yang masingmasing pemilik saham memiliki saham kurang dari 5%. Kepemilikan saham oleh pihak eksternal non-institusional ini memiliki insentif yang besar untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan mengumpulkan informasi yang bermanfaat untuk menurunkan kemungkinan terjadinya asimetri informasi dan mengatasi konflik keagenan pada perusahaan terkait dana pribadi yang diinvestasikan. Peranan tersebut dilaksanakan melalui pengawasan yang ketat terhadap perilaku manajemen dan keputusan yang diambil. Investor perseorangan tentu akan memberikan penilaian tinggi mengenai kinerja perusahaan yang di investasikan. Keempat, ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap financial distress tidak diterima oleh penelitian empiris. Wardhani (2007) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang menggunakan sistem two tier, yaitu dewan terdiri dewan komisaris dan dewan direksi. Dewan komisaris merupakan pihak yang melakukan fungsi monitoring terhadap kinerja manajemen, sedangkan dewan direksi merupakan pihak yang melakukan fungsi operasional perusahaan sehari-hari. Keuntungan dan kerugian pada sisi yang berlawanan pada ukuran dewan komisaris 86
dalam suatu perusahaan berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Pada satu sisi, ukuran dewan komisaris yang besar akan meningkatkan kemampuan dewan tersebut dalam mengawasi kinerja operasional perusahaan. Namun di sisi lain, ukuran dewan komisaris yang besar akan menimbulkan permasalahan komunikasi dan koordinasi sehingga pengambilan keputusan menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, ukuran dewan komisaris memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Kelima, independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap financial distress tidak diterima oleh penelitian empiris. Berdasarkan hasil estimasi regresi antara variabel independen independensi komite audit terhadap variabel dependen financial distress menunjukkan nilai estimasi sebesar -0,210 yang memiliki arah negatif, hal ini sesuai dengan arah prediksi yang berarah negatif. Artinya independensi komite audit tetap mempunyai pengaruh negatif terhadap financial distress. Hal ini dimungkinkan karena hampir keseluruhan perusahaan telah mengimplementasikan kebijakan tersebut sehingga independensi komite audit di Indonesia telah sesuai dengan kriteria good corporate governance. Kondisi tersebut menyebabkan tidak adanya perbedaan signifikan dalam kondisi kesulitan keuangan perusahaan terkait dengan independensi komite audit sehingga perbedaan probabilitas perusahaan mengalami financial distress kemungkinan besar terletak pada faktorfaktor lain seperti efektivitas kinerja komite audit, latar belakang pendidikan dan pengalaman komite audit maupun faktor-faktor lainnya. Hal ini menjadikan pengaruh 87
negatif independensi komite audit tidak signifikan dalam mempengaruhi financial distress. 5.2. Keterbatasan Penelitian Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini difokuskan pada emiten selama tahun pengamatan perusahaan kelompok industri manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2012 dan perusahaan yang memiliki informasi yang mencakup semua definisi operasional penelitian yaitu: variabel kepemilikan manajerial, institusional, outsider, ukuran dewan komisaris, komite audit, dan perusahaan manufaktur yang mengalami dan tidak mengalami kesulitan keuangan (financial distress) serta perusahaan yang mengalami kerugian. b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel kepemilikan manajerial, institusional, outsider, ukuran dewan komisaris, komite audit, dan financial distress. Kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 22,8% memberikan kemungkinan besar bahwa masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi financial distress namun tidak diteliti dalam penelitian ini. 88
5.3. Saran Setelah melakukan analisis pada penelitian ini, saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu: a. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian selanjutnya dapat difokuskan pada emiten dengan tahun pengamatan yang berbeda dengan perusahaan kelompok industri lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga dapat diidentifikasi faktor-faktor lain yang menyebabkan perusahaan mengalami financial distress. Perbedaan periode pengamatan dapat memberikan hasil yang berbeda terkait dengan kondisi pada waktu tersebut sedangkan penelitian yang dilakukan pada jenis industri yang berbeda akan dapat memberikan hasil yang berbeda pula terkait risiko dan faktor-faktor lainnya pada industri tersebut. b. Penggunaan variabel lain yang memiliki keterkaitan dengan financial distress. Kontribusi penelitian menggunakan variabel independen kepemilikan manajerial, institusional, outsider, ukuran dewan komisaris, komite audit memberikan kontribusi terhadap kondisi kesulitan keuangan sebesar 22,8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi kesulitan keuangan perusahaan sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor lain sehingga perlu diteliti lebih lanjut. 89