BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Gratifikasi seks sudah tidak asing lagi saat ini. Sejak dulu Gratifikasi

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik sebanyak mungkin orang untuk membaca dan melihatnya.

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film sudah

BAB I PENDAHULUAN. mendarah daging menjadi sebuah budaya di Indonesia. Transparency

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 09 Agustus Indeks

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi di Indonesia tidak lagi menjadi hal yang susah diungkap. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg pada

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 16 Agustus Indeks

Konstruksi Berita Kasus Suap Wisma Atlet (Studi Analisis Framing

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Kasus Wisma Atlet

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

Pemberitaan Penangkapan Nazaruddin. Terkait Kasus Suap Wisma Atlet SEA Games. di Palembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB II KERANGKA TEORITIS

PENCITRAAN PARTAI DEMOKRAT DI HARIAN KOMPAS DAN JAWA POS DALAM PEMBERITAAN PEMERIKSAAN ANAS URBANINGRUM OLEH KOMISI PEMBERANTAS KORUPSI (KPK)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 19 Juli Indeks

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Korupsi merupakan salah satu permasalahan yang masih dihadapi

SKRIPSI. Oleh : RIZKY YUDHISTIRA NPM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis, dan mengevaluasi media massa. Pada dasarnya media literasi

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah lama terjadi dan. menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal. Bila kita cermati, dalam keseharian kita pastilah penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 1 Juli Indeks

BAB I PENDAHULUAN. The Ramon Magsasay Award Foundation, pada 23 juli Namun hal ini tidak bisa menjadi tolak ukur Indonesia telah bebas dari

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. politikus atau tokoh publik tertentu. Pesan politik yang disampaikan oleh media bukanlah realitas

BAB I PENDAHULUAN. seolah tak pernah memiliki akhir dan tak selesai untuk dibahas.

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Clipping Service. Anti Money Laundering 9 Juni Indeks

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kasus korupsi di Indonesia merupakan salah satu berita yang sering

Konstruksi TNI dalam Berita Penembakan di Lapas Cebongan Pada Media Cetak Edisi April 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan

PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI. Oleh : ARIS SAPTAHADI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemberitaan tentang kasus korupsi yang melibatkan tersangka M. Nazaruddin,

Analisis Framing Dugaan Korupsi Anas Urbaningrum dalam Kasus Wisma Atlet pada Harian Kompas dan Jawa Pos. Tesa Herowana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 15 September Indeks

PENDAHULUAN. pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, semua pihak dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa semakin memiliki peranan dalam kehidupan masyarakat. Media massa mampu menjadi alat kontrol massa yang paling utama. Hal ini dikarenakan media massa mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kata Media sendiri berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harafiah berarti pengantar atau perantara. Selain sebagai alat kontrol, manajemen dan inovasi masyarakat. Menurut Harold D. Laswell (Mc Quail: 1987) media juga berfungsi sebagai : sumber informasi (to inform) dimana media selalu memberikan informasi secepatcepatnya kepada masyarakat; media pendidikan (to educate) yaitu media sebagai sarana pendidikan massa. Media memuat tulisan tulisan yang mampu menambah ilmu pengetahuan pembacanya; sumber penghibur (to entertain) media sebagai sarana hiburan, dengan memuat iklan, cerita pendek, quiz, dan lain sebagainya, media sudah memberikan hiburan bagi pembacanya. Maka tak heran jika media massa mampu menjadi salah satu kebutuhan masyarakat saat ini. Di Indonesia, media massa telah diakui sebagai pilar keempat kekuasaan, di luar tiga pilar dalam trias politica. Awal masuknya media massa ke Indonesia adalah ketika masa Penjajahan Belanda. Pada masa ini pemerintah mengeluarkan haatzai artikelen, yaitu undang-undang yang mengancam pers apabila dianggap menerbitkan tulisan-tulisan yang "menaburkan kebencian" terhadap pemerintah ( Abdullah, 2001 ). Jadi media massa yang muncul saat itu tidak mempunyai arti secara politis dan belum dianggap sebagai pilar keempat kekuasaan, karena cenderung pada iklan dari segi konten. 1

Masuk masa Orde Lama, media massa digunakan sebagai alat propaganda pencitraan kekuasaan pemerintah dan terjadi banyak pembredelan media massa. Persyaratan untuk mendapat Surat Izin Terbit dan Surat Izin Cetak diperketat, akibatnya banyak wartawan yang harus menulis dengan sangat berhati-hati atau sebaliknya, wartawan menjadi tidak kritis dan hanya menulis untuk menyenangkan penguasa. Masuk masa Orde Baru, kehidupan media massa pun mengalami perubahan dengan sendirinya karena media massa mencerminkan situasi dan kondisi dari kehidupan masyarakat di mana media massa itu bergerak. Media massa sebagai sarana penerangan atau komunikasi merupakan salah satu alat yang vital dalam proses pembangunan. Namun dibalik itu semua, pengawasan dan pengekangan pada pers terutama dalam hal konten tetap diberlakukan. Pemberitaan yang dianggap merugikan pemerintah harus dibredel dan dihukum dengan dicabutannya SIUPP. Titik kebebasan media massa mulai terasa lagi saat masuk massa reformasi. Media massa punya hak untuk menyebarkan informasi yang bebas dari sensor melalui bentuk media apapun. Hingga kini media diakui sebagai pilar keempat kekuasaan dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan politik. Aktivitas media dalam melaporkan peristiwa-peristiwa politik sangat sering memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan politik itu sendiri. Dengan kata lain media saat ini tidak hanya sebagai sumber informasi tetapi juga faktor pendorong dalam dunia politik. Ada beberapa aspek yang mampu membuat media massa menjadi pilar kekuasaan. Pertama, daya jangkau media yang luas dan mampu menembus batas geografis, sosial ekonomi satatus, umur, dan perbedaan paham. Sehingga informasi politik yang dimediasikan bisa disebarkan seluas-luasnya dan mampu mendapat perhatian besama di berbagai tempat dan kalangan; Kedua, kemampuan media dalam 2

melipat-gandakan pesan. Suatu peristiwa bisa dilipat-gandakan sesuai jumlah yang ingin dicetak dan bisa diulang-ulang pemberitaannya sesuai kebutuhan, hal ini tentunya menimbulkan dampak yang sangat besar ditengah masyarakat; Ketiga, pemberitaan sebuah peristiwa dalam setiap media itu berbeda-beda sesuai dengan pandangannya masing-masing. Kemampuan media ini menjadikan media salah satu kekuatan bagi pihak-pihak yang memiliki paham yang sama dan ingin menggunakannya; Keempat, dengan fungsi agenda setting yang dimiliki, media mampu menyiarkan ataupun tidak menyiarkan setiap peristiwa; Kelima, pemberitaan peristiwa oleh suatu media umumnya berkaitan dengan media lainnya sehingga membentuk rantai informasi dan tetntu saja semakin menguatkan media dalam membentuk opini publik. Besarnya kekuatan media, maka secara otomatis membuat media memiliki kekuatan untuk menggerakkan khalayak. Media dapat menciptakan dan mengkondisikan realita atau peristiwa sesuai dengan keyakinan mereka. Lewat pemberitaannnya media mampu membentuk interpretasi khalayak, sehingga makna yang dihasilkan berupa sebuah opini publik. Opini publik ini yang pada akhirnya membuat media dilihat khalayak sebagai pengadilan sebuah peristiwa yang diyakini kebenarannya oleh khalayak. Dalam masyarakat demokrasi seperti di Indonesia, media sadar betul akan perannya sebagai alat kontrol sosial. Media layaknya mandor yang mengawasi jalannya dan mengkritisi penyimpangan-penyimpangan yang ada di pemerintahan. Juga memberitakan fenomena-fenomena yang sedang terjadi dalam masyarakat itu sendiri. Setiap media massa, berita memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan berita. Selain itu, mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan redaksional (editorial policy). Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan 3

redaksional setiap media bisa berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang dianutnya. Media memiliki kebebasan dalam memberitakan suatu peristiwa, Ia bebas memilih peristiwa mana yang akan mereka ambil terlebih dahulu, informasi mana saja akan dimasukkan dalam pemberitaan peristiwa tersebut. Ibaratnya, seorang pelukis melihat banyak obyek yang ada dan siap untuk dilukis. Pelukislah yang memutuskan obyek dengan angel apa yang akan dilukis. Mereka bukan cuma memutuskan fakta-fakta apa yang dimasukkan, tetapi juga kerangka konseptual dalam cara penempatannya. Berita yang disajikan kepada khalayak pada dasarnya adalah suatu konstruksi realitas, sesuatu yang di bentuk dan di kemas, bukan suatu realitas yang apa adanya saja. Maka apa yang secara populer sering disebut sebagai obyektivitas ataupun netralitas dalam pemberitaan itu sebenarnya tidak benar-benar ada. Benar, bahwa media berita terikat pada kode etik jurnalistik, yang mengharuskan kita menyajikan fakta, bukan opini. Namun, bagaimana kerangka yang digunakan dalam membingkai atau menempatkan jajaran fakta-fakta itu akan berpulang pada pilihan media itu sendiri. Pilihan itu adalah yang menentukan, mau dibawa ke mana arah pemberitaannya. Dan terkadang pembingkaian yang dilakukan oleh media terlihat lebih menyajikan opini daripada realita. Walaupun media massa memuat banyak berita di seluruh negeri, akan tetapi tidak semua peristiwa dianggap penting dan dijadikan laporan utama oleh hampir semua intitusi media massa di tanah air. Peristiwa politik yang akhir akhir ini terlihat diberitakan di berbagai harian Indonesia seperti Kompas, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Solopos, dan beberapa harian lainnya yaitu mengenai Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin. Sebagai peristiwa politik, kasus Nazarudin mempunyai nilai yang sangat tinggi, karena awal kemunculan kasus ini menarik banyak perhatian juga melibatkan banyak 4

pihak di dalamnya, dan memenuhi nilai magnitude sebuah berita. Dimana peristiwa ini mampu menarik rasa ingin tahu pembaca dan mengikuti perkembangan kasus tersebut. Kasus Nazarudin bermula ketika tanggal 21 April 2011, Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga Wafid Muharam, pejabat perusahaan rekanan Mohammad El Idris, dan perantara Mindo Rosalina Manulang karena diduga sedang melakukan tindak pidana korupsi suap menyuap. Penyidik KPK menemukan 3 lembar cek tunai dengan jumlah kurang lebih sebesar Rp 3,2 milyar di lokasi penangkapan dan ketiga orang tersebut dijadikan tersangka tindak pidana korupsi suap menyuap terkait dengan pembangunan wisma atlet untuk SEA Games ke-26 di Palembang, Sumatera Selatan. Pada 27 April 2011 dinyatakan bahwa Mindo Rosalina adalah staf Muhammad Nazarudin, walaupun sempat menyangkal akhirnya Nazarudin dijadikan tersangka kasus suap wisma atlit untuk SEA GAMES ke-26. Akan tetapi Nazzarudin sudah meninggalkan Indonesia sebelum statusnya ditetapkan menjadi tersangka. Dan melalui media massa Nazarudin menyatakan bahwa sejumlah pejabat lain juga terlibat dalam kasus suap tersebut. Setelah beberapa bulan menjadi buron akhirnya Nazarudin tertangkap di Cartagena de Indias, Kolombia. Dan pada 20 April 2012 divonis 4 tahun 10 bulan penjara. (http://nasional.kompas.com/read/2011/05/10/1755598/wafid.pernah.bertemu.nazar uddin.) Dibalik perbedaan yang tampak dari pemberitaan kasus Nazarudin di setiap media, sebenarnya ada pesan tersendiri yang ingin disampaikan masing-masing media kepada khalayaknya. Perbedaan ini terlihat pada pemilihan sudut pandang (angel) penulisan berita, pemilihan judul dalam isi berita pada setiap media tentu berbeda beda. Perbedaan tampilan foto, pemilihan bahasa, penulisan judul, pemilihan sudut pandang dan lain-lain, merupakan cara media untuk menyampaikan sebuah pesan kepada khalayak. Pesan tersebut adalah bentuk gambaran dari ideologi sebuah 5

instutisi media tersebut. Baik itu ideologi yang memang dianut oleh media tersebut atau ideologi yang dominan berpengaruh kemudian di adopsi oleh media tersebut. Dalam media, ideologi adalah acuan dasar dalam kebijakan redaksional media yang kemudian tercermin dalam pemberitaannya. Hal ini dikarenakan setiap intitusi media mempunyai kepentingan dan ideologi yang ingin disampaikan kepada khalayak melalui pemberitaannya. Ideologi media itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bisa dari siapa pemilik media tersebut, siapa yang menjadi sumberdana media tersebut, dan siapa yang menjadi relasi dengan media tersebut, juga siapa segmen media tersebut. Karena adanya ideologi maka secara tidak langsung ideologi membentuk frame media dalam pemberitaannya. Dan khalayak yang menjadi segmen media tersebut akan mengikuti framing media tersebut. Ketika media memilih mana berita yang pantas menjadi berita utama, dan mana berita yang tergolong biasa, otomatis khalayak yang merupakan pembaca media tersebut akan mengikuti dan membentuk pola pikir sesuai framing yang sudah di bentuk oleh media tersebut. Mereka akan menilai bahwa berita yang di tempatkan pada halaman utama adalah berita yang sangat penting untuk diperhatikan, sedangkan berita yang ditempatkan pada kolom kecil adalah berita bisa yang tidak terlalu penting untuk di perhatikan. Sejak awal pembuatan berita, mulai dari saat pemilihan sudut pandang (angle), pembuatan question list wawancara hingga peliputan, seorang wartawan sudah memiliki kotak pemikirannya sendiri untuk satu peristiwa yang terjadi. Dengan kata lain berita yang disajikan oleh media massa sudah bukan hanya cerminan dari kondisi yang sesungguhnya, namun merupakan hasil dari seleksi framing oleh insaninsan media diredaksional suatu media. Sudah tentu pemberitaan yang diwacanakan oleh media tersebut menjadi bias dan tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Sedangkan masyarakat yang membaca media tersebut sudah diarahkan sedemikian rupa untuk mengikuti pola pikir pemberitaan media tersebut dan meyakini apa yang disajikan oleh media itulah realita yang benar. Itulah mengapa banyak dilakukan 6

penelitian-penelitian yang menggunakan analisis framing, untuk mengontrol isi berita di media media massa. Sehingga dapat diketahui bagaimana sebuah institusi media massa bisa mempresentasikan berita sebagai cerminan ideologi institusi mereka dan menunjukkan sikap media yang berfungsi sebagai media informasi. Dalam kasus Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin ini peneliti ingin melihat bagaimana media mengkonstruksi kasus tersebut khususnya dalam berita peradilannya. Dimana kasus politik ini sudah berlangsung lama dan mampu menarik perhatian khalayak dari berbagai segmen. Harian Kompas merupakan salah satu harian yang terkemuka di Indonesia,dengan sebaran sirkulasi hampir di seluruh Indonesia. Harian bisa di bilang mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan pola pikir pembacanya. Harian Kompas dan juga meliput tentang kasus Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin dari awal kemunculan kasus ini. Itulah alasan peneliti memilih media tersebut. Melalui analisa framing peneliti ingin melihat bagaimana Kompas mengkontruksi Dugaan Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin. Karena ada berbagai kepentingan yang bermain dalam media massa selain kepentingan ideologi antara masyarakat dan negara. Ada juga kepentingan kapitalisme kapitalisme kepemilikan modal, dan lainnya. Kenyataan inilah yang membuat, tanpa disadari adanya bias dalam pemberitaan sebuah harian. Bias yang terjadi bisa berbagai macam, salah satunya adalah peradilan media. Peradilan media disini bisa dibilang peradilan semu yang diciptakan oleh media. Sehingga dalam pemberitaannya seolah-olah media membentuk atau mengarahkan masyarakat kepada suatu putusan tertentu. Harian Kompas merupakan media yang kritis dalam memberitakan sebuah peristiwa dan dinilai sebagai sebuah harian yang menyajikan berita hangat dan terpercaya. Disini peneliti ingin melihat apakah dalam pemberitaan 7

KOMPAS terhadap kasus Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin, terjadi bias peradilan media atau tidak. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah : Bagaimana kontruksi harian Kompas pada pemberitaan Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin. Apakah dalam pemberitaan Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin terjadi bias peradilan media atau tidak. 1.3 Tujuan Penelitian Peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan ingin mengetahui bagaimana kontruksi Harian Kompas pada kasus Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin dan apakah dalam pemberitaannya Kompas terdapat adanya bias peradilan media atau tidak. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis 8

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan rujukan bagi penelitian komunikasi yang berkaitan dengan analisis media, khususnya yang menggunakan metode analisis framing. 1.4.2 Manfaat Praktis Peniliti mengharapkan hasil penelitian ini nantinya bermanfaat praktis bagi para pelaku media, dan bisa memiliki peran kontrol dalam pemberitaan media massa. Sehingga media massa sedapat mungkin meminimalisasi bias dalam pemberitaannya. 1.5 Definisi Konseptual 1.5.1 Definisi Analisis Framing Analisis framing adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana media mengkonstruksi sebuah peristiwa dalam pemberitaannya. 1.5.2 Pemberitaan Nazarudin Maksud dari pemberitaan Nazarudin adalah berita yang berkaitan dengan kasus dugaan penyuapan wisma atlet oleh M.Nazarudin. pemberitaan tersebut meliputi siapa saja yang terlibat, besar uang yang di korupsi, perkembangan kasus, konflik konflik yang terjadi di seputar kasus. Artikel yang memuat pemberitaan Nazarudin adalah artikel yang setidaknya memuat satu paragraf mengenai kasus Nazarudin. Disini peneliti akan mengambil 10 berita yang dinilai mewakili kasus Nazaruddin 9

1.5.3 Peradilan Media Peradilan Media disini adalah salah satu bias yang terdapat dalam pemberitaan Kompas. Disini akan dilihat apakah Kompas dalam pemberitaannya terhadap kasus Nazaruddin terdapat bias peradilan media, atau tidak. 1.6 Batasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis framing pada dua institusi media di Indonesia yaitu Kompas. Alasan peneliti memilih media tersebut adalah karena Kompas memiliki massa yang konsumen yang besar, dan media massa yang terkemuka di Indonesia. Lewat pemberitaannya, Kompas mampu memberi peranan yang kuat dalam pembentukan opini publik. Berita yang akan diteliti berjumlah 10 berita yang diambil dari Harian Kompas edisi Juli 2011 samapai April 2012. 10 berita yang di teliti adalah berita yang penting dan mewakili kasus Nazaruddin. Berita tersebut meliputi ditetapkannya Nazaruddin sebagai tersangka, ditangkap dan dipulangkannya Nazarudin ke Indonesia, Nazarudin mulai di adili, Nazaruddin di vonis hukuman penjara. Pemberitaan yang akan diteliti meliputi teks berita yang menjadi berita utama pada halaman pertama pada harian Kompas. Lebih lanjut, objek yang akan diteliti dimasukkan dalam kriteria sebagai berikut: Teks Berita Teks berita disini difokuskan pada headline, pada hakikatnya headline merupakan intisari dari berita. Dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek, namun cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakannya.karena berita yang disajikan itu banyak dan masingmasing berita harus bisa diminati dan dinikmati pembaca, pendengar atau 10

penontonnya maka headline pun dibuat tidak seragam. Diusahakan agar masing-masing berita dapat ditonjolkan lain dari yang lainnya. Selain mempunyai pengertian sebagai intisari dari berita atau judul berita, headline juga memiliki pengertian sebagai berita yang menjadi laporan utama, yang letaknya pada halaman paling depan, dan judulnya dicetak lebih besar daripada kerangka ceritanya yang nantinya menentukan minat khalayak untuk membaca atau tidak. (Itule & Anderson, 2003 ) Variasi penyajian headline dilakukan agar khalayak tertarik untuk menikmati pemberitaannya. Dengan kata lain headline pun berfungsi untuk memanggil khalayak agar mau membaca ataupun mendengarnya. Analisa yang yang dipakai adalah analisa framing Robert N. Entman yang mencakup : Problem Identification adalah bagaimana suatu peristiwa itu dilihat?, sebagai apa? Atau sebagai masalah apa? Dalam penelitian ini dilihat bagaimana pemaknaan KOMPAS terhadap kasus Nazaruddin Causal Interpretation adalah bagaimana pristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah. Dalam penelitian ini dilihat siapa aktor/orang yang menyebabkan masalah Moral Evaluation adalah bagaimana nilai moral yang dipakai untuk menyajikan masalah. Dalam penelitian ini melihat bagaimana nilai moral yang diberikan KOMPAS untuk kasus Nazaruddin 11

Treatment recomendation adalah penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah. Dalam penelitian ini dilhat bagaimana penyelesaian yang ditawarkan KOMPAS dalam kasus Nazaruddin Dalam penelitian ini, peneliti hanya menganalisa bagaimana KOMPAS mengkostruksi kasus Nazaruddin dan melihat apakah KOMPAS dalam pemberitaan kasus Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin terdapat bias peradilan media atau tidak. 12