DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

SURVEI PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA SMA NEGERI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 88 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

BAB I PENDAHULUAN. Secara epidemiologi kejadian Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

Transkripsi:

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321)392028 MOJOKERTO KERANGKA ACUAN PENYULUHAN HIV/AIDS PADA SISWA SMP PUSKESMAS KEDUNDUNG KOTA MOJOKERTO TAHUN ANGGARAN 2014 I. PENDAHULUAN Jumlah penderita HIV di Indonesia tahun 2012 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan penderita AIDS mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sejak tahun 1987 hingga 2005, jumlah orang yang sudah masuk dalam stadium AIDS lebih banyak dilaporkan daripada yang baru terinfeksi HIV. Sementara itu mulai 2006 hingga 2012, sudah lebih banyak orang terinfekssi HIV dan belum masuk stadium AIDS ditemukan. Berdasarkan data dari kementrian kesehatan pada tahun 2012 ditemukan kasus HIV sebanyak 21.511 orang dan AIDS sebanyak 5.686 orang. Salah satu tantangan penanggulangan HIV-AIDS adalah peningkatan pengetahuan anak sekolah dan remaja tentang HIV-AIDS. Pasalanya, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan Kemenkes menunjukkan masih rendahnya pengetahuankomprehensif tentang HIV-AIDS pada penduduk usia 15-24 tahun, yakni 11,4 % II. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan remaja mempunyai sifat khas yang sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Pada awal decade yang lalu, penyalahgunaan NAPZA pada remaja belum semarak seperti saat ini dan infeksi HIV/ AIDS masih sangat langka. Perilaku seksual beresiko di kalangan remaja belum terungkap dalam angka yang mengkhawatirkan. Kesehatan remaja pada masa itu belum menjadi prioritas. Keadaan tersebut berangsur berubah dimana terjadi kecenderungan peningkatan perilaku tidak sehat pada remaja.

Sementara itu dari beberapa survey dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Salah satu contoh: 46,2% remaja masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja pria (49,7%) dibandingkan dengan remaja putri (42,3%) (LDUI&BKKBN,1999). Dari survei yang sama juga terungkap bahwa hanya 19,2% remaja menyadari peningkatan resiko untuk tertular Infeksi Menular Seksual (IMS) bila memiliki pasangan lebih dari satu. 51% mengira bahwa mereka akan beresiko tertular HIV/AIDS hanya bila berhubungan seksual dengan Pekerja Seks Komersial (PSK). Perilaku beresiko yang mereka lakukan dapat mengakibatkan terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), terjangkitnya Penyakit Menular Seksual (PMS), terpaparnya tindak kekerasan, serta timbulnya komplikasi akibat penyalahgunaan NAPZA. Semua keadaan yang disebutkan diatas menunjukkan besarnya masalah kesehatan pada remaja saat ini dan mengisyaratkan perlunya penanganan dengan segera secara lebih bersungguh sungguh. Untuk itu diperlukan penyuluhan HIV AIDS pada siswa sekolah menengah (remaja) agar penyebaran penyakit ini dapat di tekan. III. TUJUAN Tujuan Umum : Menurunkan penyebaran dan jumlah kasus HIV-AIDS Tujuan Khusus : Meningkatkan pengetahuan siswa SMP dan SMA tentang HIV-AIDS dan Napza sebagai salah satu pintu masuk penularan HIV-AIDS IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN Penyuluhan dilaksanakan dengan cara CTJ,materi penyuluhan HIV/AIDS penularan dan pencegahan dan Napza sebagai salah satu pintu masuk penularan HIV/AIDS V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 1. Pelaksanaan diawali pengisian kuesioner sebelum penyuluhan dilksanakan ABAT (pretes)

2. Penyuluhan dilaksanakan dengan cara CTJ diskusi 3. Pembagian leaflet pada saat penyuluhan 4. Sebelum kegiatan berakhir pengisian kuesioner ABAT (post tes) VI. SASARAN SMP dan SLTA VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN Jadwal terlampir VIII. EVALUASI PELKSAKNAAN DAN PELAPORAN Evaluasi dan pelaporan dilakukan setelah pelaksanaan seluruh sekolah SLTP dan SLTA selesai dilakukan penyuluhan dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas IX. PENCATATAN,PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN 1. Pencatatan hasil kegiatan dilakukan sesaat setiap selesai pelaksanaan 2. Merekap hasil kegiatan penyuluhan setelah selesai keseluruhan pelaksanaan penyuluhan pada anak sekolah SLTP dan SLTA 3. Setelah 1 minggu melaporkan hasil kegiatan satu kali kepada Kepala Puskesmas MATERI 1. HIV/AIDS penularan dan pencegahannya 2. Napza sebagai salah satu pintu masuk penularan HIV-AIDS METODE Proses kegiatan sebagai berikut : 1. Input : a. Peserta b. Materi c. Perangkat presentasi 2. Proses : a. Presentasi dan diskusi b. Pengisian kuisoner Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) 3. Output : a. Tersampaikannya materi HIV/AIDS penularan dan pencegahannya

b. Tersampaikannya materi Napza sebagai salah satu pintu masuk penularan HIV-AIDS PESERTA Peserta penyuluhan berasal dari siswa sekolah menengah di wilayah kerja Puskesmas Kedundung WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN Penyuluhan akan dilaksanakan pada : Tanggal : 18,19,20,24 Februari 2014, Tempat : SMP di wilayah kerja Puskesmas Kedundung Waktu : 08.00 - selesai BIAYA Kegiatan ini terselenggara dengan biaya bersumber dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) TA. 2014. PENUTUP Demikian kerangka acuan pertemuan kiranya dapat dipakai sebagai pedoman dan apabila ada hal-hal teknis yang belum termuat akan dilengkapi pada saat kegiatan

KERANGKA ACUAN PENYULUHAN HIV/AIDS PADA SISWA SMK PUSKESMAS KEDUNDUNG KOTA MOJOKERTO TAHUN ANGGARAN 2014 PENDAHULUAN Jumlah penderita HIV di Indonesia tahun 2012 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan penderita AIDS mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sejak tahun 1987 hingga 2005, jumlah orang yang sudah masuk dalam stadium AIDS lebih banyak dilaporkan daripada yang baru terinfeksi HIV. Sementara itu mulai 2006 hingga 2012, sudah lebih banyak orang terinfekssi HIV dan belum masuk stadium AIDS ditemukan. Berdasarkan data dari kementrian kesehatan pada tahun 2012 ditemukan kasus HIV sebanyak 21.511 orang dan AIDS sebanyak 5.686 orang. Salah satu tantangan penanggulangan HIV-AIDS adalah peningkatan pengetahuan anak sekolah dan remaja tentang HIV-AIDS. Pasalanya, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan Kemenkes menunjukkan masih rendahnya pengetahuankomprehensif tentang HIV-AIDS pada penduduk usia 15-24 tahun, yakni 11,4 % Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan remaja mempunyai sifat khas yang sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Pada awal decade yang lalu, penyalahgunaan NAPZA pada remaja belum semarak seperti saat ini dan infeksi HIV/ AIDS masih sangat langka. Perilaku seksual beresiko di kalangan remaja belum terungkap dalam angka yang mengkhawatirkan. Kesehatan remaja pada masa itu belum menjadi prioritas. Keadaan tersebut berangsur berubah dimana terjadi kecenderungan peningkatan perilaku tidak sehat pada remaja. Sementara itu dari beberapa survey dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Salah satu contoh: 46,2% remaja masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja pria (49,7%) dibandingkan dengan remaja putri (42,3%) (LDUI&BKKBN,1999).

Dari survei yang sama juga terungkap bahwa hanya 19,2% remaja menyadari peningkatan resiko untuk tertular Infeksi Menular Seksual (IMS) bila memiliki pasangan lebih dari satu. 51% mengira bahwa mereka akan beresiko tertular HIV/AIDS hanya bila berhubungan seksual dengan Pekerja Seks Komersial (PSK). Perilaku beresiko yang mereka lakukan dapat mengakibatkan terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), terjangkitnya Penyakit Menular Seksual (PMS), terpaparnya tindak kekerasan, serta timbulnya komplikasi akibat penyalahgunaan NAPZA. Semua keadaan yang disebutkan diatas menunjukkan besarnya masalah kesehatan pada remaja saat ini dan mengisyaratkan perlunya penanganan dengan segera secara lebih bersungguh sungguh. Untuk itu diperlukan penyuluhan HIV AIDS pada siswa sekolah menengah (remaja) agar penyebaran penyakit ini dapat di tekan. TUJUAN Tujuan Umum : Menurunkan penyebaran dan jumlah kasus HIV-AIDS Tujuan Khusus : Meningkatkan pengetahuan siswa SMP dan SMA tentang HIV-AIDS dan Napza sebagai salah satu pintu masuk penularan HIV-AIDS MATERI 3. HIV/AIDS penularan dan pencegahannya 4. Napza sebagai salah satu pintu masuk penularan HIV-AIDS METODE Proses kegiatan sebagai berikut : 4. Input : a. Peserta b. Materi c. Perangkat presentasi 5. Proses : a. Presentasi dan diskusi b. Pengisian kuisoner Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) 6. Output : a. Tersampaikannya materi HIV/AIDS penularan dan pencegahannya b. Tersampaikannya materi Napza sebagai salah satu pintu masuk penularan HIV-AIDS

PESERTA Peserta penyuluhan berasal dari siswa sekolah menengah di wilayah kerja Puskesmas Kedundung WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN Penyuluhan akan dilaksanakan pada : Tanggal : 25 Februari 2014, Tempat : SMK di wilayah kerja Puskesmas Kedundung Waktu : 08.00 - selesai BIAYA Kegiatan ini terselenggara dengan biaya bersumber dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) TA. 2014. PENUTUP Demikian kerangka acuan pertemuan kiranya dapat dipakai sebagai pedoman dan apabila ada hal-hal teknis yang belum termuat akan dilengkapi pada saat kegiatan