2.1. Klasifikasi Kedelai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kedelai (Gycine max (L) Merrill) merupakan tanaman yang menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tanah tetap tersedia. Penanaman sangat tergantung dari hujan dan ketersediaan air irigasi. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai pertengahan musim hujan. Kedelai tumbuh baik pada tanah berstruktur gembur, lembab, tidak tergenang air, dan memiliki ph 5,5 kedelai masih bisa bereproduksi, meskipun tidak sebaik pada ph 6-6,8. Iklim kering sangat disukai tanaman kedelai dibanding iklim lembab. Curah hujan optimum antara 100-200 mm/bulan.( Adisarwanto, 2005). Menurut Cronquist (1981), kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Fabales Familia : Fabaceae Genus : Glycine Species : Glycine max (L.) Merril 6
2.2. Morfologi Kedelai Bunga kedelai ada yang terletak di fasikula aksila atau di ketiak, namun ada juga yang terletak di terminal atau ujung tanaman. Tangkai bunga berukuran kecil dan pendek, kelopak bunga berukuran kecil. Bracteola terdiri dari 2 kelopak, subpersistent, kelopak 5 segmen dengan 2 bagian atas yang sangat tinggi. Kedelai memiliki mahkota bunga berwarna putih atau ungu. Dasar mahkota bunga kedelai terlihat samar. kedelai mempunyai benang sari yang bebas dan mudah memisah. Putik bunga kedelai sempurna dengan tangkai yang pendek dan berbentuk seperti kepala. Bakal buah sesil atau subsesil dengan 2-4 ovul. Polong kedelai berbentuk lonjong atau linear, memiliki sekat membran antara 2-4 biji. Kelopak pada tangkai polong mudah layu. Tandan tidak bertangkai menunjang pada 3 cm paling atas. Kedelai memiliki bulu yang panjang. Daun pada bunga kedelai agak panjang, tangkai berukuran 2-3 mm. Kelopak bunga kedelai memiliki ukuran 5-7 mm berbentuk panjang dan berbulu panjang, kemudian bulu-bulu halusnya hampir setengah dari permukaan tangkai. Bakal buah kedelai padat berbulu dan berukuran 6-7 mm, polong kedelai kebanyakan sedikit bengkok dengan panjang 3-4 1/2 cm, lebar 8-12 mm, berisi 1-4 biji. tangkai polong kaku dan ditutupi kulit berambut coklat (Backer & van den Brink, 1963). 2.3. Varietas Kedelai Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat ( morfologi, fisiologi, kimia dll) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat yang dapat dibedakan dari yang 7
lain ( Sutopo, 1998). Varietas yang dianjurkan pada prinsipnya menguntungkan bagi para petani, sehingga banyak petani tertarik untuk menanamnya. Varietas kedelai unggul merupakan salah satu komponen dalam pengembangan suatu teknologi produksi kedelai. Penggunaan varietas unggul merupakan penunjang pokok dalam usaha tani kedelai sehingga bisa diperoleh biji kedelai berkualitas tinggi. Pembentukan varietas kedelai unggul bertujuan untuk memperoleh kedelai unggul baru yang mampu mencapai produktivitas yang lebih baik. (Adisarwanto, 2008). Umur kedelai di Indonesia dikelompokkan menjadi sangat genjah (<70 hari), genjah (70-79 hari), sedang (80-85 hari), dalam (86-90 hari), dan sangat dalam (>90 hari) (Rahajeng & Adie, 2013). Beberapa varietas kedelai yang unggul diantaranya adalah varietas Grobogan, varietas Gema dan varietas Gepak Kuning. a. Varietas Grobogan Kedelai varietas Grobogan berasal dari Kabupaten Grobogan, propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 1996 untuk pertama kalinya, hasil seleksi kedelai dikebunkan di Desa Sumo, Kecamatan Kradenan, Grobogan. Kedelai ini memiliki ukuran yang lebih besar dan bersih dibandingkan kedelai lokal pada umumnya. Kedelai grobogan dapat dipanen pada usia 73 hari dan mampu menghasilkan 3,4 ton/ha. Varietas Grobogan memiliki tinggi tanaman 50-60 cm, Bobot biji : ± 18 g/100 biji ( Balitkabi, 2013). 8
b.varietas Gepak Kuning Kedelai varietas Gepak kuning mempunyai percabangan agak tegak, hipokotil bewarna ungu, epikotil hijau, tipe pertumbuhanya determinate dan warna bulu batang coklat. Tinggi tanaman 55 cm, warna bunga ungu, dan produktivitasnya 2,86 ton/ ha. Varietas Gepak kuning dapat dipanen pada umur tanaman 73 hari setelah tanam (Balitkabi, 2012). c. Varietas Gema Varietas Gema berasal dari galur harapan Shr/W-60 hasil dari persilangan varietas Wilis dengan kedelai introduksi dari Jepang, Shirome. Kementrian Pertanian melepas galur harapan Shr/W-60 ini menjadi varitas baru dengan nama kedelai varietas Gema melalui keputusan Menteri Pertanian Nomor : 5039/Kpts/SR.120/12/2011 pada tanggal 9 Desember 2011. Kedelai varietas Gema mempunyai masa panen yaitu pada umur 73 hari setelah tanam. Selain itu kedelai varietas Gema ini juga mempunyai daya hasil yang tinggi yaitu 3,06 ton per hektar dan produksi rata-rata mencapai 2,47 ton per hektar jauh lebih tinggi dari varietas Burangrang yang mencapai 2,2 ton per hektar dan varietas Wilis 2,30 ton per hektar. Potensi hasil yang tinggi dari varietas Gema ini didukung oleh berat 100 biji yang mencapai 11,90 gram, warna biji kuning muda dan tinggi tanaman rata-rata hanya 55 cm ( Balitkabi,2013). 9
2.4. Syarat Tumbuh Kedelai Tanaman kedelai memerlukan kondisi yang seimbang antara suhu udara dengan kelembapan yang dipengaruhi oleh curah hujan. Suhu optimum untuk pertumbuhan kedelai antara 21-34. Secara umum tanaman kedelai memerlukan suhu udara yang tinggi dan curah hujan (kelembaban) yang rendah. Apabila suhu udara rendah dan curah hujan (kelembaban) berlebihan, menyebabkan penurunan kualitas kedelai yang dihasilkan. Untuk proses perkecambahan pada tanaman kedelai memerlukan suhu yang cocok yaitu sekitar 30 ( Mulyasari,2011). Tanaman kedelai mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis tanah. Kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik. Dalam praktek di lapangan, tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suatu jenis tanah, tanaman kedelaipun dapat tumbuh baik pada tanah tersebut. Selain itu, tanaman kedelai akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada tanah yang subur dan gembur, kaya akan humus atau bahan organik dan memiliki ph (derajat keasaman) antara 5,8 7,0 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl (Adisarwanto,2005). 2.5. Gulma Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam waktu tertentu yang tidak dapat dikehendaki oleh manusia. Hal ini karena gulma harus bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan. Persaingan tersebut dalam hal untuk memperebutkan akan kebutuhan unsur hara, air, cahaya, oksigen, 10
karbondioksida dan ruang tumbuh sehingga dapat menurunkan kualitas hasil jenis tanaman yang dibudidayakan (Purwanto dan Agustono, 2010.) 2.6. Kompetisi gulma pada tanaman Kemampuan tanaman untuk bersaing dengan gulma ditentukan oleh adanya spesies gulma, kepadatan gulma, lama persaingan, cara berbudidaya serta jenis varietas yang ditanam, kemudian tingkat kesuburan tanah. Perbedaan spesies gulma dapat menentukan kemampuan untuk bersaing karena adanya perbedaan fotosintesis,kondisi perakaran serta keadaan morfologi gulma. Spesies gulma yang tumbuh dengan cepat, berhabitat besar, serta memiliki metabolisme efisien akan menjadi gulma yang dapat berbahaya bagi tanaman budidaya. Contoh gulma yang memiliki metabolisme efisien yaitu alang- alang, teki ( Sukman dan Yakup, 2002). 2.7. Pengendalian Gulma Pengendalian mekanis merupakan cara yang paling tua dan masih dilakukan sampai sekarang. Keuntungan dengan cara mekanis antara lain gulma yang masih muda dapat terbenam, dan gulma tua mengalami penghancuran dan terbenam ke dalam tanah. Menurut Sukman dan Yakup (2002), Pengendalian gulma dapat didefinisikan sebagai proses untuk membatasi adanya gulma dengan semaksimal mungkin supaya tanaman tersebut dapat dibudidayakan secara produktif serta efisien. Pengendalian gulma ini bertujuan untuk menekan adanya populasi gulma sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik sehingga tidak menekan adanya populasi gulma sampai tuntas. 11
Herbisida merupakan cara pengendalian gulma yang sering dilakukan oleh petani. Berdasarkan cara kerjanya, herbisida kontak mematikan bagian tumbuhan yang terkena herbisida, sedangkan herbisida sistemik mematikan setelah diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma. Menurut jenis gulma yang dimatikan ada herbisida selektif yang mematikan gulma tertentu atau spektrum sempit, dan herbisida nonselektif yang mematikan banyak jenis gulma atau gulma menggunakan herbisida ( Fadhly & Tabri, 2010). Menurut Wibawa & Sugandi (2012), kondisi yang diinginkan dari penggunaan herbisida untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimum dengan pengaruh negatif yang mini mum terhadap petani, tenaga penyemprot, konsumen dan lingkungan. Kondisi ini sangat sulit untuk dicapai secara penuh. Beberapa kerugian serius dalam penggunaan herbisida yaitu herbisida dapat menyebabkan resistensi pada gulma sasaran pada penggunaan secara terusmeneru s dalam masa yang panjang, herbisida mempunyai pengaruh negatif terhadap aktivitas biologi dari mikroorganisme dalam tanah, herbisida sangat berbahaya terhadap kesehatan pekerja dan konsumen. Teknik pengendalian gulma lain yang dilakukan petani selain menggunakan herbisida yaitu dengan melakukan penyiangan karena mudah dan murah, selain itu juga ramah lingkungan. Efektivitas penyiangan sangat ditentukan oleh ketepatan dalam menetapkan waktu pelaksanaannya. Bila tanaman bebas gulma selama periode kritisnya diharapkan produktivitasnya tidak terganggu. Periode kritis persaingan dengan gulma adalah periode pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap gangguan gulma. Dengan diketahuinya periode kritis, pengendalian 12
gulma menjadi ekonomis sebab hanya terbatas pada awal periode kritis, tidak harus pada seluruh siklus hidup tanaman ( Murrinie, 2011). 2.7. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian terhadap kacang bagor yang dilakukan oleh Turmudi & Supriono (2003) menunjukkan bahwa penyiangan dua kali secara nyata meningkatkan jumlah cabang, biomassa tanaman, jumlah polong muda jumlah polong tua,jumlah polong total, bobot polong per tanaman, bobot polong total, dan hasil biji kering per petak sebesar 1559,37 g dibandingkan dengan tanpa penyiangan. 13