PENINGKATAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Nurhalimah 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3 ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KONSEP DIRI POSITIF SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Ratih Novita Sari 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP WIYATA KARYA NATAR TAHUN PELAJARAN

ABSTRACT. Keywords: Group Counseling Services, Learning Mathematics Motivation

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGURANGI PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA DI SEKOLAH

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK ABSTRACT

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putria Maharani 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

ABSTRACT. Keywords: Positive self-concept in learning, Role playing techniques

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK. Tika Febriyani 1 Syaifuddin Latief 2 Diah Utaminingsih 3

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KELAS X MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Yuda Pratama 1 Giyono 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT

MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA LAMPUNG DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

III. METODOLOGI PENELITIAN

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA

MENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR POSITIF MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XII

MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE THERAPY

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian memegang peranan penting dalam suatu penelitian, karena

PENGGUNAAN TEHNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA DI SEKOLAH

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Meity Fitri Yani 1 Syarifuddin Dahlan 2 Yusmansyah 3

METODE PENELITIAN. ini adalah pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. eksperimental atau eksperimen semu. Penelitian quasi eksperimental dapat

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMP

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENGGUNAAN LAYANAN INFORMASI DALAM BIMBINGANDAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Trimulya Kecamatan Tanjung Bintang. semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 1 Punggur Lampung Tengah dan

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF. Rury Muslifar

Citra Passa Hartadi 1 Syarifuddin Dahlan 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011). Penggunaan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dengan tujuan tertentu Sugiyono(2014:2). Penggunaan metode dimaksudkan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat dipertanggung

METODOLOGI PENELITIAN. data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAYU ADHY TAMA K

Yondariwati 1 Dibawah bimbingan Yusmansyah 2 dan Ratna Widiastuti 3

MENGURANGI KONSEP DIRI NEGATIF MENGGUNAKAN ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA KELAS X SMA

PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN

PENGARUH MENTORING AGAMA ISLAM TERHADAP PERUBAHAN KONSEP DIRI MAHASISWA MUSLIM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA. Irfan Prima Aldi 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

PENINGKATAN PERILAKU SELF ESTEEM DENGAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII

EFFORTS TO INCREASE STUDENT S CREATIVITY IN LEARNING BY USING GROUP COUNSELING SERVICES IN STUDENT CLASS XII SMK SPP LAMPUNG SCHOOL YEAR 2012/2013

PENGGUNAAN TEKHNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA KELAS VII

IMPROVED STUDENT LEARNING THROUGH MOTIVATIONAL COUNSELING

III. METODE PENELITIAN. pelaksanaan penelitiannya pada tahun pelajaran 2015/2016.

HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono yang berlokasi

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KESEHATAN MENTAL SISWA KELAS X IIS SMA NEGERI 12 PEKANBARU

UPAYA MENGURANGI KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM MENGGUNAKAN TEKNIK RELAKSASI ABSTRACT

SYSTEMATISC DESENSITIZATION TECHNIQUE USE TO REDUCE ANXIETY AT THE PRESENTATION OF STUDENTS FOR STUDENTS IN CLASS X SMK 1 METRO YEAR 2012/2013

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KEPATUHAN SISWA TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kelompok kontrol dan subjek tidak dipilih secara random. Hasil O1 X

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS MACROMEDIA FLASH 8 TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA YANG MEMILIKI PERINGKAT SEPULUH TERENDAH DI SMPN 13 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:3).

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif yang merupakan pendekatan utama dan pendekatan kualitatif sebagai

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GROGOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugi yono, 2012). dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah pada

Oleh : Octavena Mellinda Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Maret.

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 LIWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MATESIH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VIII

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN STUDI LANJUTAN SISWA

Transkripsi:

PENINGKATAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK Nurhalimah (nurhalimahmz@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3 ABSTRACT The aim of this study was to determine the increasing of positive self-concept of students with group counseling services. The problem of this research was the low positive self-concept of students. The method used was Quasi experimental one group pretest-posttest method, stastiscally analyzed by the non-parametric Wilcoxon test. The subjects were ten students who have low positive self-concept. The results showed that students positive self-concept can be enhanced with counseling services group, it was proved from the results of the data analysis of pretest and posttest which obtained z output = -2.803 z table = 1.645. Because z output < z table, then Ho was ignored and Ha was accepted. It means that there was significant increases between positive self-concept of students before and after being given group counseling services. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan konsep diri positif siswa dengan layanan konseling kelompok. Masalah penelitian ini adalah konsep diri positif siswa yang rendah Metode yang digunakan adalah metode Quasi eksperimen one group pretest-posttest, dianalisis dengan statistik non parametrik menggunakan uji Wilcoxon. Subyek penelitian ini sepuluh orang siswa yang memiliki konsep diri positif yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri positif siswa dapat ditingkatkan dengan layanan konseling kelompok, terbukti dari hasil analisis data pretest dan posttest diperoleh z hitung = -2,803 dan z tabel = 1,645. Karena z hitung < z tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat peningkatan yang signifikan antara konsep diri positif siswa sebelum dan setelah diberikan layanan konseling kelompok. Kata kunci : bimbingan dan konseling, konseling kelompok, konsep diri positif 1Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIPUniversitas Lampung 2Dosen Pembimbing Utama Bimbingan dan Konseling FKIPUniversitas Lampung 3Dosen Pembimbing Pembantu Bimbingan dan Konseling FKIPUniversitas Lampung

PENDAH ULUAN Usia remaja merupakan saat pengenalan/ pertemuan identitas diri dan pengembangan diri. Pandangan tentang diri sendiri yang sudah berkembang pada masa anak-anak, makin menguat pada masa remaja. Hal ini seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman hidup atas dasar kenyataan-kenyataan yang dialami. Semua itu membuat remaja bisa menilai dirinya sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. Remaja merupakan pribadi yang sedang berkembang menuju kematangan diri dan kedewasaan. Untuk itu remaja perlu membekali dirinya dengan pandangan yang benar tentang konsep dirinya. Remaja perlu menjaga diri secara efektif agar dapat mempengaruhi orang lain untuk memiliki konsep diri yang postif. Setiap individu mungkin sering menilai diri sendiri apa, siapa, dan bagaimana diri saya ini sering terbesit di dalam hati pertanyaan seperti itu merupakan suatu bentuk konsep diri. Remaja yang berhasil menghadapi dengan identitas-identitas yang bertentangan akan mendapatkan pemikiran yang baru dan dapat diterima mengenai dirinya. Remaja yang tidak berhasil menyelesaikan krisis identitasnya akan mengalami kebingungan dengan identitas diri mereka. Kebingungan tersebut bisa menyebabkan pemikiran individu, mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan keluarga, atau meleburkan diri dengan dunia teman sebayanya dan identitas dirinya. Masalah dan kegagalan yang dialami peserta didik disebabkan oleh sikap negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu menganggap dirinya tidak berarti. Perilaku siswa yang menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah disebabkan oleh pandangan negatif terhadap dirinya, yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Remaja mulai mencari tahu siapa diri mereka, seperti apa watak mereka dan bagaimana orang lain menilai diri mereka. Konsep diri yang dimiliki seorang individu tidak langsung terbentuk ketika ia lahir di dunia, melainkan konsep diri itu terbentuk dan berkembang sepanjang rentang kehidupannya. Konsep diri tidak dapat terbentuk tanpa melalui proses belajar.

Menurut Brooks (Rakhmat, 2005: 99) konsep diri didefinisikan sebagai pandangan dan perasaan individu tentang dirinya yang meliputi aspek fisik, psikis, dan social. Dalam perkembangannya konsep diri seseorang dipengaruhi banyak faktor. Konsep diri tidak dapat terbentuk tanpa melalui proses belajar. Proses belajar ini dapat diperoleh dari interaksi dengan orang lain. Setiap orang pasti mempunyai konsep diri tertentu terhadap dirinya sendiri. Ada yang mempunyai konsep diri yang negatif dan ada pula yang mempunyai konsep diri positif. Konsep diri yang positif ataupun negatif dapat terbentuk oleh beberapa hal. Konsep diri positif dapat terbentuk melalui penanaman nilai-nilai agama yang kuat, kepercyaan diri, menerima diri sendiri. Untuk konsep diri negatif dapat terbentuk oleh kurangnya perhatian kasih sayang, kurangnya penanaman nilainilai agama, kurangnya kepercayaan diri dan tidak mampu menerima diri apa adanya. Namun satu hal yang menentukan adalah cara pandang diri kita sendiri. Semakin seseorang berpendapat negatif maka semakin sering muncul konsepkonsep negatif tentang dirinya sendiri. Sebaliknya semakin seseorang mempunyai pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri maka semakin positif pula konsep diri yang ia miliki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan konsep diri positif dengan menggunakan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Konsep Diri Menurut Hurlock (Ghufron & Riswanti, 2010:13) konsep diri merupakan gambaran individu mengenai dirinya sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, dan prestasi yang mereka capai. Brooks (dalam Rakhmat, 2005: 99) mendefinisikan konsep diri adalah persepsi terhadap diri baik diri fisik, sosial, dan psikologis yang diperoleh dari berbagai pengalaman dan interaksinya dengan orang lain.

Sedangkan Rogers (Thalib, 2010:121) menyatakan bahwa konsep diri adalah konsep kepribadian yang paling utama, berisi ide-ide, persepsi, dan nilai-nilai yang mencakup tentang kesadaran tentang diri. Konsep diri yang dimaksud adalah kepribadian yang paling utama dan paling penting, dimana konsep diri tersebut terdiri dari ide, persepsi, nilai, aturan yang mencakup atau berhubungan dengan diri sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan pandangan diri, penilaian diri, gambaran diri, pengalaman diri dari individu tentang nilai, aturan, persepsi dari berbagai hal mengenai dirinya sejak kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadapnya, bagaimana individu memahami diri sendiri dan orang lain, bagaimana mengungkapkan perasaan, ide dan pendapat. Konseling Kelompok Konseling kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, mampu menyusub rencana, membuat keputusan yang tepat, serta untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dalam menunjang terbentuknya perilaku yang lebih efektif. Menurut Natawidjaja (Wibowo, 2005 : 54) konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok di dalamnya terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suatu keadaan yang hangat dan terbuka yang ditandai dengan adanya sikap saling bekerja sama, saling memahami satu sama lain, berinteraksi dan saling bertenggang rasa. Dengan demikian, siswa merasa nyaman dan tidak ragu-ragu dalam menceritakan perasaan yang dirasakannya dan mampu menyampaikan pendapatnya dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok lainnya.

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat di gambarkan seperti berikut: Konsep diri positif rendah Konsep diri positif meningkat Layanan konseling kelompok Gambar 1.1 : Kerangka Berfikir Penelitian Gambar tersebut memperlihatkan bahwa pada awalnya siswa memiliki konsep diri positif yang rendah kemudian peneliti mengatasi masalah konsep diri positif yang rendah tersebut dengan penggunaan konseling kelompok yang memiliki tujuan meningkatnya konsep diri positif siswa yang rendah. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi experimental (eksperimen semu). Desain penelitian yang digunakan yaitu One group pretestposttest design. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pengukuran Pengukuran (Pretest) Perlakuan (Posttest) O1 X O2 Gambar 3.1. One Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2010) Keterangan: O 1 : Konsep diri siswa sebelum perlakuan (Pretest) O 2 : Konsep diri siswa setelah perlakuan (Posttest) X : Konseling kelompok Subyek Penelitian Subyek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang memiliki konsep diri positif yang rendah. Untuk mendapatkan subyek penelitian, dibagikan skala konsep diri pada siswa kelas VIII,

yang kemudian diperoleh 10 orang siswa yang memiliki konsep diri positif yang rendah. Pr osedur Penelitian Prosedur atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan peneliti dalam penelitian dimulai dari melakukan penjaringan subjek (pretest) dengan menyebar skala kepada siswa kelas VIII B dan VIII C atas rekomendasi dari guru BK, siswa berjumlah sebanyak 44 siswa dan terdapat 10 siswa yang memiliki konsep diri positif yang rendah. Dari hasil penjaringan subjek kemudian peneliti memberikan perlakuan berupa konseling kelompok sebanyak 6 kali, lalu peneliti melakukan pengukuran akhir (posttest) dengan melakukan penyebaran skala, dan terakhir peneliti menganalisis data dengan menggunakan uji wilxocon dan menarik kesimpulan. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah konsep diri positif sebagai variabel terikat (dependen) dan konseling kelompok sebagai variabel bebas (independen). Definisi Oper asional Konsep diri positif adalah gambaran individu mengenai dirinya, yang individu ketahui dan rasakan tentang diri fisik, psikis, dan sosial, gambaran penilaian orang lain terhadap dirinya, dan gambaran mengenai diri yang diinginkan, yang kesemuanya itu diperoleh dari interaksi dengan orang lain serta dapat berkembang menjadi konsep diri positif dan negatif. Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. masalah-masalah yang dibahas dalam konseling kelompok lebih berpusat pada pendidikan, pekerjaan, sosial dan pribadi. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu skala konsep diri. Skala konsep diri diberikan sebelum dan setelah perlakuan. Skala konsep diri digunakan untuk

menjaring subyek penelitian dan untuk mengetahui perubahan perilaku subjek penelitian baik sebelum maupun setelah diberikan perlakuan (dilakukan konseling kelompok). Jumlah skala yang digunakan berjumlah 47 Pernyataan yang terdiri dari 5 pilihan yang sesuai dengan dirinya Validitas Instrumen Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Azwar (2013 : 132) Relevansi aitem dengan indikator keprilakuan dan dengan tujuan ukur sebenarnya sudah dapat dievaluasi lewat nalar dan akal sehat yang mampu menilai apakah isi skala memang mendukung konstruk teoritik yang diukur. Proses ini disebut dengan validitas logik sebagai bagian dari validitas isi. Selain didasarkan pada penilaian penulis, juga memerlukan kesepakatan penilaian dari beberapa penilai yang kompeten (expert judgement). Kemudian butir-butir item di analisis dengan menggunakan Product Moment untuk menentukkan berapa banyak butir item yang gugur dan berapa banyak butir item yang tetap dan hasilnya menunjukkan bahwa tingkat validitasnya tinggi. Realibilitas Instrumen Untuk menguji reliabilitas instrument dan mengetahui tingkat reliabilitas isntrumen dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus alpha menggunakan program SPSS 17.0. Hasil analisis reliabilitas yang dilakukan adalah skala yang dibuat memiliki tingkat realibilitas tinggi yakni 0,966. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Wilxocon Match Pairs Test. Dari perhitungan tersebut didapat z hitung = -2,803. Kemudian z hitung dibandingkan dengan z tabel 0,05 = 1,645. Karena z hitung z tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan signifikan sebesar 5% antara skor konsep diri siswa sebelum diberikan layanan konseling kelompok dan setelah diberikan layanan konseling kelompok pada subyek penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam kegiatan ini seluruh anggota kelompok ikut serta dalam rangka penyelesaian masalah yang dihadapi anggita kelompok. Setelah melakukan konseling kelompok, untuk mengevaluasi hasil pemberian layanan konseling kelompok dilakukan posttest. Setelah melakukan konseling kelompok terdapat perbedaan skor atau hasil yang diperoleh setelah peneliti melakukan posttest, perbedaan itu terlihat dengan adanya peningkatan skor yang diperoleh saat hasil posttest. No Nama Pret est Kat agori Prosent as Postt e Katago ri e st Kenaikan 1. AndiniFitri Yani 100 Rendah 158 Se dang 24,68 2. Ayu Le stari 105 Rendah 177 Tinggi 30,36 3. De nise tiawan 108 Rendah 168 Se dang 25,53 4. Gilang R Prat ama 105 Rendah 173 Tinggi 29 5. Lukman T Hidayat 103 Rendah 170 Se dang 28,51 6. M. Alfi Alkit absyi 104 Rendah 175 Tinggi 30,21 7. Re niagus tina 104 Rendah 174 Tinggi 30 8. Riss a Tri Ve lita 102 Rendah 163 Se dang 26 9. Tiara Indah Taris sa 106 Rendah 178 Tinggi 30,64 10. Yudha Fe rnando 101 Rendah 170 Se dang 29,37 Jumlah 1.038 1.706 Jum lah rata-rat a 103,8 170,6 28,4 3 Dari hasil pretest pada 10 subjek, didapatkan nilai rata-rata skor siswa dalam konsep diri positif sebesar 103,8 Setelah dilakukan layanan konseling kelompok, hasil posttest meningkat menjadi 170,6. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan konsep diri positif setelah diberikan layanan bimbingan kelompok sebesar 28,43 %. Berdasarkan analisis data tersebut dapat dikatakan konseling kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif siswa. Konseling kelompok dapat bermanfaat

dalam meningkatkan konsep diri positif siswa dikarenakan dalam konseling kelompok terdapat dinamika kelompok. Melalui konseling kelompok ini anggota kelompok mempunyai pemahaman baru bahwa konsep diri positif mereka termasuk kategori rendah, dan itu berdampak pada perilaku yang tidak bertanggung jawab yang mereka tunjukkan selama ini. Mereka pun menyadari bahwa perilaku yang tidak bertanggung jawab ini tidak mampu menunjang mereka untuk mencapai apa yang telah mereka impikan/inginkan. Dan mereka pun menyadari bahwa perilakunya telah menjadi penghambat dalam proses belajar mereka. Selanjutnya, Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron & Riswanti, 2010) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi dalam membentuk konsep diri adalah teman sebaya. Dalam kegiatan konseling kelompok ini, semua anggotanya merupakan teman yang sebaya. Disinilah mereka dinilai oleh orang lain yang seusia. Penilaian ini akan dijadikan sebagai cermin dalam memandang dan menilai dirinya sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cooley (dalam Ghufron & Riswanti, 2010) bahwa dengan mengamati pencerminan perilaku diri sendiri terhadap respon yang diberikan oleh orang lain, maka individu dapat mempelajari dirinya sendiri. Coopersmith (dalam Calhoun, 1995:77) menyatakan perasaan nilai diri sebagai individu berasal dari nilai yang diberikan orang tua kepada individu tersebut. Dengan demikian konsep diri pada individu dapat tumbuh berdasarkan nilai yang diberikan oleh orang tua individu tersebut. Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal kita alami, dan yang paling kuat. Individu tergantung pada orang tuanya untuk makanannya, perlindungannya, dan kenyamanannya. Orang tua memberi kita informasi yang konstan tentang diri kita.

Meninjau dari beberapa layanan dan permasalahan yang akan dipecahkan, maka peneliti memilih untuk menggunakan layanan konseling kelompok. Prayitno (1995) menjelaskan bahwa: Konseling kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Maksudnya, semua peserta kegiatan kelompok saling berinteraksi, bekerjasama, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain serta apa yang dibicarakan akan bermanfaat bagi setiap anggota kelompok.. Hal itu menjelaskan bahwa kegiatan konseling kelompok memanfaatkan dinamika kelompok yang ada. Melalui dinamika kelompok setiap individu mendapatkan kesempatan untuk menggungkapkan masalah yang dialami serta dibahas secara bersama-sama oleh anggota kelompok. Dengan adanya dinamika dan pengaruhnya dalam kelompok, individu dapat merumuskan masalahnya. Melalui konseling kelompok maka setiap anggota akan mengetahui dampak negatif apabila konsep diri positif yang rendah tidak segera diatasi oleh karena itu dengan memanfaatkan adanya dinamika kelompok setiap anggota tidak sungkan untuk mengungkapkan permasalahannya, anggota kelompok lebih terbuka mengungkapkan permasalahannya dengan teman sebaya dibandingkan dengan gurunya. Dari konseling kelompok, anak menjadi tahu apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan konsep diri positif. Tidak hanya itu saja, dalam konseling kelompok anak dapat aktif baik dalam bertanya ataupun memberikan saran karena dalam konseling kelompok keaktifan sangat dituntut. Melalui konseling kelompok ini anggota kelompok mempunyai pemahaman baru bahwa konsep diri positif mereka termasuk kategori rendah, dan itu berdampak pada perilaku yang tidak bertanggung jawab yang mereka tunjukkan selama ini. Mereka pun menyadari

bahwa perilaku yang tidak bertanggung jawab ini tidak mampu menunjang mereka untuk mencapai apa yang telah mereka impikan/inginkan. Mereka pun menyadari bahwa perilakunya telah menjadi penghambat dalam proses belajar mereka. Meningkatkatnya konsep diri positif siswa juga terjadi karena pengembangan diri siswa setelah mengikuti konseling kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya, apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Menurut Mahler, Dinkmeyer & Munro (Wibowo, 2005) menyatakan bahwa: Kemampuan yang dikembangkan melalui konseling kelompok yaitu: a. pemahaman tentang diri sendiri yang mendorong penerimaan diri dan perasaan diri berharga, b. interaksi sosial, khususnya interaksi antarpribadi serta menjadi efektif untuk situasi-situasi sosial, c. pengambilan keputusan dan pengarahan diri, d. sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan empati, e. perumusan komitmen dan upaya mewujudkannya. Perubahan pada salah satu aspek konsep diri yang dipengaruhi oleh penilaian dari teman sebaya adalah ketika membahas permasalahan ketidakmampuan dalam menerima diri apa adanya. Pada awalnya memiliki perasaan benci dengan kekurangan pada diri dan tidak puas dengan apa yang dimiliki. Setelah terjadi interaksi dalam diskusi, masukan dan respon positif dari anggota kelompok yang lain dapat mengubah self perception sehingga dapat menumbuhkan kesadaran bahwa persepsi yang dimiliki selama ini menjadi penghambat dalam

mengembangkan diri. Selanjutnya dapat mempersepsikan diri secara positif dan mampu menerima segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri. Mengubah sikap ketidakmampuan menerima kritik dari orang lain. seluruh anggota memiliki kesempatan untuk saling memberikan masukan dan saran, pendapat dan menanggapinya. Dengan demikian, anggota kelompok dapat belajar menerima pendapat dari orang lain, tidak memaksakan pendapatnya serta dapat saling memahami respon yang diberikan teman ketika salah satu anggota menyampaikan pendapat ataupun ketika pendapat yang disampaikan tidak diterima sehingga dapat mengambil hal-hal positif dari respon yang diberikan anggota kelompok lain. Konseling kelompok yang diberikan juga dapat menumbuhkan keyakinan dan rasa optimis dalam menghadapi masalah dan dalam menentukan rencana masa depan. Anggota kelompok yang awalnya tidak yakin dapat menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi dan memiliki keraguan dengan cita-citanya setelah memaknai kisah teladan yang disampaikan dapat menyadari ketidakmampuan menyelesaiakn masalah adalah bersumber dari pikiran mereka yang memandang diri tidak mampu, sebenarnya mereka memiliki kemampuan itu. Ketika mereka dapat berfikir positif terhadap diri sendiri, munculah keyakinan bahwa setiap masalah dapat diselesaikan. Meningkatkatnya konsep diri positif siswa juga terjadi karena pengembangan diri siswa setelah mengikuti konseling kelompok. Konseling kelompok tepat bila diberikan pada siswa SMP dengan rentang usia remaja awal yakni 12/13 tahun hingga 17/18 tahun sebab dalam konseling kelompok setiap siswa akan diarahkan serta diajak untuk berpartisipasi secara

aktif, melatih keberanian dalam berkomunikasi dengan teman sebaya, serta pengembangan potensi yang dimiliki secara personal, hal ini juga sangat mendukung proses pencapaian perkembangan peserta didik secara kognitif, dimana siswa yang mencapai perkembangan kognitif secara matang akan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan. Layanan konseling kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya, apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri positif pada siswa mengalami peningkatan setelah diberikan layanan konseling kelompok. Hal ini terbukti dari hasil uji hipotesis menggunakan uji wilcoxon diperoleh zhitung= -2,803 dan ztabel 0,05 = 1,645, zhitung < ztabel maka, Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terjadi peningkatan yang signifikan pada konsep diri positif siswa, sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dengan layanan konseling kelompok. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah konsep diri positif dapat ditingkatkan dengan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung. Saran

1. Kepada Siswayang memiliki konsep diri positif yang rendah, hendaknya mengikuti layanan konseling kelompok yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling. 2. Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya dapat membuat layanan konseling kelompok sebagai salah satu program unggulan dalam program bimbingan dan konseling 3. Kepada peneliti lain dapat melakukan penelitian mengenai konsep diri dengan klasifikasi yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 2013. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Calhoun, JF. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian Dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press. Ghufron, M.N. & Riswanti. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz media. Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia. Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D). Bandung: Alfabeta. Thalib, SB. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Wibowo, Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UPT Unnes Press