BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Salah satunya adalah negara Indonesia. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengangguran menjadi suatu permasalahan khususnya di negara

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa yang selesai menempuh jenjang pendidikan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. empat juta orang dibanding yang tercatat pada Februari 2005.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran. Menurut data yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedang bangsa Indonesia hadapi saat ini. Dimana pengangguran merupakan akibat

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran berpendidikan tinggi. Hal ini dimungkinkan karena sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya. pasar dengan produk-produk yang inovatif.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Ekonomic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di IndonesiaMenurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Randi Rizali, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah Pengangguran di Indonesia masih belum bisa diatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agil Nova Maulida, 2015

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan aset yang sangat berharga bagi setiap bangsa karena menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan maupun keterbelakangan suatu bangsa bukan hanya karena faktor kekayaan alam, luas wilayah atau jumlah penduduk yang dimiliki, melainkan juga terletak pada mutu dan kualitas manusianya, terutama mutu dan kualitas dari generasi muda sebagai penerus pembangunan. Untuk mencapai bangsa yang lebih maju, harus menciptakan SDM yang handal. Dengan cara menumbuhkembangkan jiwa berwirausaha dan meningkatkan aktivitas kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Kecenderungan yang terjadi pada mahasiswa-mahasiswa yang duduk di perguruan tinggi sekarang adalah kebanyakan dari mereka lebih mengiginkan pekerjaan yang mapan dengan mendapatkan status yang terhormat dan banyak menghasilkan pendapatan setelah menyelesaikan pendidikannya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Soemanto (1993:6-7) bahwa, semula dunia pekerjaan menggunakan tenaga kerja manusia pada berbagai jenis dan tingkat pekerjaan, namun terdorong dengan adanya alasan ekonomis maka para penguasa lapangan kerja akhirnya lebih banyak menggunakan tenaga mesin dan alat modern, sehingga menyebabkan lapangan pekerjaan yang menggunakan

tenaga kerja manusia semakin hari semakin terbatas pada bidang jasa dan pelayanan sosial. Lapangan pekerjaan pada bidang-bidang produksi semakin memperkecil kemungkinan penampungan tenaga kerja manusia. Berdasarkan perkembangan tersebut, tentunya akan membawa konsekuensi terhadap kebutuhan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Sumber daya yang dibutuhkan saat ini adalah manusia yang memiliki ketrampilan, luwes, menguasai tekhnologi, mudah dilatih dan memiliki jiwa kewirausahaan. Menurut Alma (2001:1) semakin maju suatu negara, semakin banyak orang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya wirausaha, sebab kemampuan pemerintah sangat terbatas dalam hal anggaran belanja, personalia, dan pengawasan sehingga tidak akan dapat menggarap semua aspek pembangunan, sehingga wirausaha merupakan potensi pembangunan. Menghadapi kenyataan yang ada tentang kebutuhan sumber daya manusia tersebut, maka Perguruan Tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan yang ikut berperan dalam mencetak generasi muda pengisi pembangunan, sudah seharusnya mampu menyiapkan sumber daya manusia yang dimaksud. Dengan adanya kompetensi lain di luar kompetensi utama yaitu keterampilan berwirausaha maka sarjana diharapkan mampu menciptakan lapangan usaha (job creator) untuk mengurangi pengangguran. Fakta di lapangan menurut Badan Pusat Statistik (2012) menunjukkan bahwa pada Februari 2012, TPT untuk pendidikan menengah masih tetap menempati posisi tertinggi, yaitu TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 10,34 persen dan TPT sekolah Menengah Kejuruan sebesar 9,51 persen. Jika dibandingkan keadaan Agustus 2011, TPT pada hampir semua tingkat pendidikan

cenderung turun, kecuali TPT untuk tingkat pendidikan SD kebawah naik 0,13 persen poin dan TPT untuk tingkat pendidikan Diploma I/II/III naik 0,34 persen poin. Berdasarkan hasil temuan di atas menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan merupakan pilihan yang paling tepat untuk mengembangkan potensi kewirausahaan mahasiswa. Adapun untuk membentuk manusia yang berjiwa wirausaha dan sekaligus mampu melakukan wirausaha, khususnya pada mahasiswa, maka yang harus tertanam dahulu adalah minat untuk berwirausaha itu sendiri. Sedangkan untuk menumbuhkan minat wirausaha itu sendiri maka pemahaman tentang konsep diri diperlukan. Soedjono dalam Suryana (203:39) mengungkapkan bahwa proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor pemicu, salah satunya adalah kemampuan afektif yang mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi. Atas dasar itu maka dapat diartikan bahwa seseorang yang akan berwirausaha perlu memahami tentang konsep dirinya. Menurut Cawagas dalam Pudjijogyanti (1995:2) konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang dimensi fisik, karekteristik, pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian maupun kegagalannya. Hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Bina Karier (1990) dalam Setyawan (1994:3-5) bahwa calon wirausaha, mereka merasa perlu mengenali kepribadian dan kompetensi diri mereka sendiri. Mereka merasa butuh mewujudkan hal ini, karena bila seseorang berhasil mengenali dirinya, ia menemukan kebenaran tentang dirinya. Hal ini akan sangat berarti bagi kehidupannya. Karena bagi wirausaha, pengenalan diri adalah modal awal untuk dapat mengenali lingkungan, mengindera peluang bisnis dan menggerakan sumber

daya, guna meraih peluang tersebut, dalam batas resiko yang tertanggungkan, untuk menikmati nilai tambah. Adapun pihak Perguruan Tinggi berperan untuk memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh siswa, terutama tentang pendidikan kewirausahaan agar mahasiswa mengetahui tentang kewirausahaan dengan baik sehingga dapat diarahkan menuju kemandirian untuk dapat melakukan usaha sendiri. Untuk itu, maka Perguruan Tinggi memberikan mata kuliah kewirausahaan pada mahasiswanya. Sebagaimana Soedjono dalam Suryana (2003:39) mengungkapkan bahwa menurutnya kemampuan afektif dan kemampuan kognitif merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan. Berdasarkan pendapat tersebut, menunjukan bahwa seorang wirausaha memerlukan pengetahuan tentang kewirausahaan itu sendiri. Pada mahasiswa, penguasaan pengetahuan tersebut dapat dilihat melalui prestasi belajar mata kuliah kewirausahaan. Melalui pengajaran kewirausahaan mahasiswa diajak dan diarahkan agar mampu membuka wawasan bahwa betapa berartinya kewirausahaan karena dapat dijadikan potensi untuk dapat memberikan kehidupan yang baik pada kondisi dunia pekerjaan sekarang ini. Penguasaan tentang kewirausahaan pada siswa dapat dilihat pada nilai mata kuliah kewirausahaan. Nilai ini dapat menunjukan seberapa besar kemampuan mahasiswa menerima, menolak dan menilai informasi tentang kewirausahaan sehingga menunjukkan pula minatnya dalam mempelajari kewirausahaan yang akhirnya diharapkan dengan minat terhadap mata kuliah kewirausahaan ini akan menjadi faktor pendorong bagi mahasiswa untuk mau terjun secara langsung dalam berwirausaha dan bukan hanya secara teori.

Universitas Negeri Medan merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian, kompetensi dan profesionalisme yang tinggi. Berdasarkan tujuan tersebut maka mahasiswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, teknologi, dan keterampilan khusus yang dapat dijadikan modal atau pendorong menjadi wirausaha. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Universitas Negeri Medan adalah dengan memberikan mata kuliah kewirausahaan pada semester dua khususnya kepada mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Program Studi Administrasi Perkantoran Penelitian (Sumarni, 2005) menunjukkan bahwa pada umumnya mahasiswa yang dibekali dengan mata kuliah kewirausahaan dan memperoleh nilai yang baik tidak mempengaruhi minat mahasiswa untuk berwirausaha. Hal ini disebabkan karena sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi saat ini lebih terfokus pada bagaimana menyiapkan mahasiswa yang cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan, bukannya lulusan yang siap menciptakan pekerjaan. Oleh karena itu minat untuk menjadi seorang wirausaha harus didukung dengan konsep diri dimana mahasiswa harus mengetahui dan mengenali dirinya dan prestasi belajar kewirausahaan yang telah diperolehnya. Kenyataan ini mendorong keinginan penulis untuk mengungkapkan lebih jauh hal tersebut dengan mengangkat judul Pengaruh Konsep Diri dan Minat Berwirausaha terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan Mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan Stambuk 2010.

1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah : a. Semakin banyaknya pengangguran. Hal ini berkaitan dengan minat mahasiswa yang kurang dalam menciptakan lapangan pekerjaan. b. Kecenderungan mahasiswa yang lebih mengiginkan pekerjaan yang mapan dengan mendapatkan status yang terhormat. Hal ini berkaitan dengan pemahaman konsep diri pada mahasiswa itu sendiri. c. Jiwa kewirausahaan mahasiswa masih kurang. Hal ini berkaitan dengan masih kurangnya minat mahasiswa dan konsep diri dalam memahami potensi yang ada dalam diri mahasiswa tersebut. d. Kurangnya kemampuan mahasiswa dalam menerapkan teori yang telah dipelajari dalam mata kuliah kewirausahaan. Hal ini berkaitan dengan prestasi mahasiswa dan minat dalam melakukan kegiatan kewirausahaan. e. Pengetahuan kewirausahaan kurang. Hal ini berkaitan dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah kewirausahaan. 1.3 Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam peneltian ini adalah mengenai Konsep Diri dan Minat Berwirausaha dan pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan Mahasiswa Stambuk 2010 Program Studi Administrasi Perkantoran Universitas Negeri Medan.

1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh signifikan Konsep Diri dan Minat Berwirausaha terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan Mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan Stambuk 2010. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya Pengaruh Konsep Diri dan Minat Berwirausaha terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan Mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan Stambuk 2010. 1.6 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Penelitian ini diharapkan manambah pengetahuan penulis dan dapat sebagai alat untuk mentransformasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. b. Sebagai bahan referensi dan bahan perbandingan bagi penulis lain dalam melakukan penelitian yang sejenis dimasa yang akan datang c. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi, Penelitian ini membantu informasi yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan dalam rangka menggerakkan minat berwirausaha mahasiswa.