BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat berinovasi serta berkreasi untuk melakukan perubahan-perubahan. yang besar demi kemajuan bangsa serta negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

ANDRI HERMAWAN YUSUF,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pembangunan bangsa dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami

BAB II KONSEP TENTANG KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DAN HASIL BELAJAR. sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Faktor menurut kamus sinonim Balai Bahasa Indonesia ( Ishak,1989:65) adalah

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti, bekal hidup di masyarakat. Sekolah Menengah Atas merupakan lembaga

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM BIMBINGAN BELAJAR DAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. Karim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB XI LAYANAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sepakbola ini adalah olahraga yang penuh teka-teki, misalnya dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan zaman sebagai efek dari globalisasi yang diakibatkan dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. maka kualitas yang memadai dan output yang berkualitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tertib untuk mengatur tingkah laku.

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. kelas dan ruang serbaguna yang memiliki luas 324 m 2.

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

I. PENDAHULUAN. disegala bidang. Salah satu dari pembangunan Nasional di Indonesia adalah di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah kunci perubahan karena mendidik adalah memberikan

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Dari rumusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. olahraga permainan dan banyak dikenal oleh semua orang. Salah satu sekolah

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sedangkan tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat (Maryati, 2008). Selain untuk mengembangkan kemampuan inteligensi, pendidikan juga perlu mengembangkan emotional intellegence siswa dimana keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan siswa di sekolah. Studi yang dilakukan oleh Widyasari (2008) pada SMA di Surakarta menyatakan bahwa ternyata kurikulum pendidikan nasional di Indonesia saat ini lebih banyak bobot

pendidikannya yang diarahkan untuk merangsang perkembangan kognitif siswa dan kurang diimbangi oleh stimulasi bagi perkembangan aspek sosial dan emosi. Perhatian terhadap EQ menjadi kurang. Sedangkan menurut Goleman (2002) kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan fakor kekuatan-kekuatan yang lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotien (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Menurut Goleman (2002) kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intellegensi (to manage our emotional life with intellegence), menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Apabila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalamai stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional tinggi. Siswa yang memiliki IQ tinggi cenderung lebih tertutup dengan lingkungan sekitar dan kurang bisa menerima perbedaan. Menurut Fernandez (2008) hal ini terjadi karena kurang berkembangnya kecerdasan emosional yang dapat menyebabkan siswa kurang bisa mengembangkan keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial mengontrol diri. Tak heran bila saat ini

banyak anak yang pandai secara intelektual, tetapi gagal secara emosional. Pada dasarnya kecerdasan emosional dapat diasah dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif. Menurut Hapsari (2010) kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain urusan tersebut remaja memiliki banyak waktu luang. Waktu luang tanpa kegiatan yang berarti akan menimbulkan gagasan untuk mengisi waktu luang dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila remaja melakukan kegiatan yang positif tentu tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika waktu luang tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Sanchezruiz (2010) menyatakan bahwa pengisian waktu luang yang baik dengan cara menyesuaikan dengan umur remaja, masih merupakan masalah bagi kebanyakan remaja. Kebosanan dan perasaan enggan untuk melakukan apa saja merupakan fenomena yang sering dijumpai. Sekolah sebagai instansi yang selama ini dipercaya untuk mendidik anak anak dan remaja dapat mengambil peran membantu remaja mengisi waktu luangnya dengan kegiatan positif. Sekolah dapat memfasilitasi dengan mengaktifkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sehingga setelah jam sekolah usai siswa terhindar dari melakukan aktivitas yang mengarah pada kenakalan. Sekolah perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan kegiatan nonakademik melalui perkumpulan penggemar olahraga, kesenian, dan lainnya untuk membantu remaja menyelesaikan tugas perkembangannya. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk lebih memantapkan pembentukan kepribadian, dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh

dalam program kurikulum dan keadaan serta kebutuhan lingkungan (Sudjana, 2002). Kegiatan ekstrakurikuler bermakna untuk memperluas pengetahuan siswa. Dalam arti memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan para siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran sesuai dengan program kurikulum yang ada. Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler antara lain mengembangkan siswa untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan melihat tujuan tersebut, tentunya diperlukan suatu proses pendidikan di sekolah yang bisa mengembangkan semua aspek yang diperlukan bagi siswa (Depdiknas, 2005). Menurut Nurdin (2009) pengembangan potensi siswa tidak hanya dapat dikembangkan hanya melalui pendidikan intrakurikuler, namun pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler pun memiliki peranan yang besar pula, baik ekstrakurikuler yang bersifat ilmiah, keolahragaan, nasionalisme, maupun keterampilan. Berkembangnya kegiatan ekstrakurikuler yang penuh prestasi, bisa dijadikan suatu kebanggaan bagi sekolah itu sendiri, lebih jauh lagi masyarakat pun bisa menilai majunya suatu sekolah tidak hanya berdasarkan prestasi akademiknya, melainkan juga prestasi non akademik yang dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Bakat dan minat terhadap suatu kegiatan yang diprogramkan dalam kegiatan ekstrakurikuler diharapakan dapat tersalurkan, sehingga potensi anak didik dapat dikembangkan secara maksimal. Kegiatan

ekstrakurikuler yang terprogram dapat memberi nilai positif bagi siswa dalam memanfaatkan waktu luang. Menurut Diastuti (2006) kegiatan ekstrakurikuler dapat mencegah siswa melakukan tindakan yang menjurus kepada hal-hal yang negatif. Setelah pulang sekolah atau waktu liburan, remaja menghabiskan waktu di sekolah bersama dengan kelompok teman sebaya yang dibimbing oleh guru pembina ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa diajarkan keterampilan teknis, disiplin, kerjasama, kepemimpinan dan nilai nilai lain yang bermanfaat bagi perkembangan remaja. Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat memperkecil peluang siswa untuk bergabung dengan teman teman sebaya yang melakukan aktivitas negatif. Akan tetapi menurut Hurlock (2002) hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan konsep ini dalam situasi praktis. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan untuk pengembangan kreativitas peserta didik. Pengembangan kreativitas dimaksudkan untuk menumbuhkan kemampuan untuk mencipta melalui berbagai kegiatan sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat (Mahoney, 2005). Menurut Hapsari (2010) kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan keterampilan interpersonal remaja. Melalui kegiatan ekstrakurikuler remaja menjalin hubungan interpersonal dengan teman sebaya anggota ekstrakurikuler yang diikuti, senior dan pembina ekstrakurikuler. Remaja yang memiliki kompetensi interpersonal rendah, afiliasi dengan peer dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan penerimaan sosial dan popularitas,

menurunkan alienasi sosial, mengembangkan identitas sosial, dan menurunkan perilaku antisosial. Kesadaran akan banyaknya manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan ekstrakurikuler akan meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler. Pada umumnya sekolah menyediakan banyak jenis pilihan ekstrakurikuler kepada siswa. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003), jenis kegiatan ekstrakurikuler yang harus disediakan pihak sekolah pada siswanya antara lain adalah bidang Krida (meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa, Palang Merah Remaja, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka), bidang Karya Ilmiah (meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja, kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik), Latihan/lomba keberbakatan/prestasi (meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, keagamaan), dan Kegiatan lapangan (meliputi kegiatan yang dilakukan di luar sekolah berupa kunjungan ke obyek-obyek tertentu). Sedangkan Mahoney (2005) membagi kegiatan ekstrakurikuler menjadi lima jenis yaitu keterlibatan prososial (prosocial activities), tim olahraga (team sports), pertunjukan seni (performing arts), keterlibatan sekolah (school involvement), dan kelompok akademik (academic clubs). Menurut Hapsari (2010) apabila kegiatan ekstrakurikuler berada dibawah bimbingan yang tepat, kegiatan ekstrakurikuler bisa menjadi wadah yang tepat bagi para siswa dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya Akan tetapi setiap jenis kegiatan ekstrakurikuler mempunyai visi, misi, dan cara yang berbeda dalam membina para siswanya. Misalnya saja jenis ektrakurikuler Krida berbeda proses pembinaannya dengan jenis ekstrakurikuler olah raga. Kegiatan Krida

lebih berfokus untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan, mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual untuk menciptakan lingkungan yang efektif, harmonis terhadap diri sendiri dan terhadap semua pihak, sedangkan olah raga lebih berkaitan dengan kemampuan fisik. Begitu juga dengan kegiatan ekstrakurikuler kesehatan dan kesenian. Kegiatan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan yang sehat sedangkan kesenian lebih untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan keterampilan pada suatu jenis ekstrakurikuler dengan jenis ekstrakurikuler lainnya sehingga menimbulkan perbedaan pada kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial siswa untuk mengontrol dirinya. Perbedaan ini juga menyebabkan kecerdasan emosional yang terbentuk pada siswa menjadi berbeda. SMA Swasta YAPENA merupakan salah satu sekolah unggul di Propinsi Aceh yang terletak di Kota Lhokseumawe. Prestasi yang dicapai siswa di SMA Swasta YAPENA cukup banyak, baik dalam hal akademik maupun dari kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Swasta YAPENA diadakan setiap hari jumat dan sabtu yang dimulai dari pukul 15.00 WIB sampai dengan 18.00 WIB. Kegiatan ekrakurikuler yang disediakan antara lain adalah PMR, Pramuka, Drumband, Olimpiade, Bulutangkis, Jurnalistik, Majelis taqlim, Basket, Tenis lapangan, PKS, dan Tenis meja. Dalam komunikasi personal yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2010, Kepala Sekolah SMA Swasta YAPENA mengungkapkan bahwa banyak prestasi yang dihasilkan dari kegiatan

ekstrakurikuler di sekolah ini dan sering menjuarai untuk tingkat Pemerintah Kota Lhokseumawe ataupun tingkat Propinsi Aceh. Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan minat dan bakat para siswanya sehingga dapat mencerdaskan emosional para siswa. Dengan adanya kegiatan tersebut, kegiatan belajarmengajar juga dapat lebih lancar dan menambah wawasan siswa. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler itu banyak sekali. Siswa mendapatkan beragam hal positif, baik dari sisi keilmuan maupun aspek psikologis dan sosial setiap siswa. Dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih tentu ada dasar-dasar ilmunya. Bila berada di bawah bimbingan guru yang tepat, kegiatan ekstrakurikuler bisa menjadi wadah yang tepat bagi para siswa dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya. Melalui ekstrakurikuler para siswa bisa memupuk jiwa sportif dalam aneka perlombaan, baik yang digelar secara internal di sekolah maupun eksternal dengan sekolah lain. Ekstrakurikuler juga bisa mengajarkan siswa tentang arti organisasi, walaupun dalam skala yang kecil. Anak bisa belajar menjadi pemimpin, pengurus, atau bahkan belajar mengemas suatu acara yang menarik dalam suatu pameran ekstrakurikuler dan banyak lagi hal positif yang dapat diperoleh siswa. Setiap jenis kegiatan ekstrakurikuler menunjukkan hasil yang berbeda pada kecerdasan emosionalnya yang terlihat dari perilaku siswa-siswanya. Dalam komunikasi personal yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2010, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Swasta YAPENA mengungkapkan bahwa keragaman jenis ekstrakurikuler juga memberikan keragaman dalam perilaku siswa. Misalnya siswa yang ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dan PMR mempunyai sifat sosial yang tinggi dalam berhubungan dengan orang

lain, sedangkan siswa yang ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler Drum Band lebih terkontrol dalam melakukan suatu hal dan juga memiliki keyakinan keberhasilan yang lebih tinggi. Terdapat juga perbedaan antara jenis kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan jenis kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang akademik. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga terlihat lebih dapat bekerjasama dalam kelompok, sedangkan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler dalam bidang akademik kurang dapat menjalin kerja sama dengan orang lain, tetapi mempunyai dorongan berprestasi yang tinggi. Begitu juga perbedaan dengan siswa yang mengikuti jenis kegiatan ekstrakurikuler kerohanian, mereka lebih terlihat religius dan santun dalam perilaku dan tutur katanya. Hal-hal ini terungkap dari kutipan wawancara berikut: kalo saya perhatikan, beda ekskul beda-beda tingkah lakunya. Anak yang ikut pramuka atau PMR itu orangnya lebih sosial, kalo anak drum band itu lebih optimis, mungkin karena sering ikut kejuaraan. Lain lagi kalo anak olahraga, mereka itu lebih berkelompok. Nah, beda sama anak-anak olimpiade, mereka lebih sendiri-sendiri, tapi daya juang prestasinya tinggi. (Komunikasi Personal, 18 Desember 2010) Berdasarkan hal-hal tersebut menyebabkan adanya tingkat perbedaan kecerdasan emosional siswa pada masing-masing jenis kegiatan ekstrakurikuler. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, perbedaan karakter emosional juga terdapat pada anak yang mengikuti kegiatan Pramuka dan PMR yang termasuk dalam jenis kegiatan ekstrakurikuler keterlibatan prososial dengan jenis kegiatan ekstrakurikuler kelompok akademik di SMA Swasta YAPENA. Anak yang mengikuti kegiatan Pramuka atau PMR lebih memiliki keterampilan interpersonal

yang baik yang dibutuhkan untuk membentuk hubungan sosial, lebih peka terhadap perasaan orang lain, dan dapat menjalin kerja sama dengan orang lain. Sedangkan bagi anak yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dalam kelompok akademik lebih terlihat optimis pada usahanya sendiri dan mempunyai dorongan berprestasi yang tinggi. Akan tetapi mereka terlihat lebih senang bekerja sendiri dan kurang dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Dalam kaitan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan kecerdasan emosional pada diri siswa, penulis berminat untuk meneliti lebih mendalam mengenai perbedaan kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa SMA Swasta YAPENA. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah terdapat perbedaan kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa SMA Swasta YAPENA? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa SMA Swasta YAPENA.

D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan akan membawa 2 (dua) manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi informasi di bidang Psikologi Pendidikan agar memperkaya hasil penelitian yang telah ada sehingga dapat memberi gambaran mengenai perbedaan kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa SMA Swasta YAPENA. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pihak sekolah, siswa, dan orang tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak sekolah, siswa, dan orang tua agar dapat terus mendukung untuk menjalankan kegiatan ekstrakurikulernya sehingga siswa memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik. b. Penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya pada penelitian yang berkaitan dengan Psikologi Pendidikan.

E. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah: BAB I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, permasalahan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini memuat tinjauan teoritis mengenai kecerdasan emosional dan kegiatan ekstrakurikuler. Bab ini akan diakhiri dengan memaparkan hipotesa penelitian. Bab III : Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional dari variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat pengumpulan data, uji validitas, dan reliabilitas alat ukur serta metode analisis data. Bab IV : Analisa Data dan Interpretasi Pada bab ini dijelaskan mengenai analisa dan interpretasi data yang memuat gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan interpretasi hasil penelitian utama serta analisa tambahan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian serta saran untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya.