BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir lahar merupakan salah satu bencana alam yang terbentuk akibat hujan setelah gunungapi meletus atau setelah lama meletus. Aliran dari lahar ini dapat berupa aliran debris (debris flow) yang memiliki perpaduan dari bahan padat dan cairan dengan konsentrasi kandungan sedimen mencapai 60% dari berat total (Lavigne et al.,2000). Endapan lahar yang terjadi memiliki sortasi yang buruk dengan kandungan partikel mulai dari ukuran lempung hingga bongkah sehingga dapat merusak dan membahayakan disekitarnya. Banjir lahar terjadi setelah letusan gunung api (bahaya skunder) ini juga sangat merugikan masyarakat baik dari segi materi maupun non materi. Banjir lahar sebagian besar merusak lingkungan pada pertanian, pemukiman, infrastruktur jalan, infrastruktur tanggul penahan ditepian sungai, dan fasilitas lainnya di sepanjang bantaran sungai. Kejadian banjir lahar inilah yang menimpa di lembah/sungai yang berhulu di Gunung Api Merapi pasca letusan Gunung Merapi 2010. Bahaya banjir lahar Gunung Merapi dengan bukaan kawah saat ini, yang mengarah ke selatan-tenggara memberikan ancaman banjir lahar pada aliran sungai seperti Sungai Putih dan sungai Krasak, sungai Gendol dan Boyong-Code. Wilayah yang sering terkena dampak bahaya banjir lahar salah satunya merupakan wilayah yang memiliki pemukiman padat, wilayah Sungai Code bagian tengah (Kota Yogyakarta). Wilayah Code bagian tengah ini mengalir 1
pada pemukiman padat perkotaan Kota Yogyakarta, secara administrasi wilayah tersebut Kecamatan Gondokusuman, Mergangsan, Pakualaman dan Umbulharjo. Seperti pada data tabel 1.1 dan tabel 1.2 kerusakan yang ditimbulkan banjir lahar. Tabel 1.1 Kerusakan akibat banjir lahar 29 November 2010 No Deskripsi Kerusakan 1 48 unit rumah terendam banjir dan 1 jembatan kecil putus (Tukangan) di Kecamatan Danurejan. 2 54 unit rumah terendam di Kecamatan Gondokusuman. 3 1 jembatan kecil putus (Cokro Kusuman dan Jogoyudan) di Kecamatan Jetis. 4 107 unit rumah terendam di Kecamatan Mergangsan. 5 121 unit rumah terendam di Kecamatan Pakualaman. 6 20 unit rumah terendam di Kecamatan Umbulharjo. Sumber: Laporan BNPB, 30 November 2010 Tabel 1.2 Kerusakan akibat banjir lahar Sungai Code per 2 Mey 2010 No Deskripsi Kerusakan 1 Di wilayah Danurejan ketinggian air mencapai 50 hingga 120 centimeter mengakibatkan sebuah talud sepanjang 10 meter ambrol, 360 rumah terendam pasir. sebanyak 1.324 orang diungsikan. 2 Jumlah total rumah yang terendam di Kota Yogya sekitar 915 rumah. 3 Sebanyak 190 rumah di Kecamatan Jetis semalam terendam air, dan 300 penduduknya diungsikan. Sumber: http://komisikepolisianindonesia.com/kerusakan-terparah-banjir-codehtml Sebaran banjir lahar dipengaruhi dari berbagai faktor antara lain yaitu faktor morfologi, hidrologi, infrastruktrur tanggul sungai disamping volume endapan yang ada hulu Gunung Api Merapi. Faktor morfologi seperti bentuk dan ukuran morfometri sungai/lembah sangat mempengaruhi tipe sebarannya. Sementara faktor hidrologi seperti debit sungai sangat mempengaruhi kecepatan dan cakupan dampak terkena banjir laharnya. Kemudian tinggi rendahnya infrastruktur tanggul sungai akan berpengaruh terhadap sebaran luapan banjir lahar ke kanan atau ke kiri sungai. 2
Dampak bahaya banjir lahar yang sering mengancam pemukiman warga bantaran Sungai Code pasca erupsi 2010 membutuhkan kajian lingkungan yang mendalam, baik lingkungan fisik maupun sosial. Kajian fisik dalam artian mempelajari morfologi fisik, infrastruktur tanggul, dan memetakan sebaran dampak bahaya banjir lahar sedangkan kajian sosial yakni memetakan respon masyarakat yang terkena dampak banjir lahar pasca Erupsi Gunung Merapi 2010. Oleh karena itu dibutuhkan kajian zonasi tingkat bahaya banjir lahar pasca erupsi gunung api merapi 2010 pada pemukiman padat di daerah aliran Sungai Code Kota Yogyakarta. 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Karakteristik Morfologi dan Infrastruktur Tanggul Sungai Code perkotaan yang memiliki bahaya banjir lahar di Daerah Aliran Sungai Code? 2. Bagaimana tingkat bahaya banjir di Daerah Aliran Sungai Code pada pemukiman padat? 3. Bagaimana persepsi masyarakat bantaran Sungai Code terhadap banjir lahar pasca erupsi Merapi 2010? 3
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui Karakteristik Morfologi dan Infrastruktur Tanggul Sungai Code di wilayah perkotaan yang memiliki pemukiman padat. 2. Mengetahui tingkat bahaya banjir lahar di daerah aliran sungai code di wilayah perkotaan yang memiliki pemukiman padat. 3. Mengetahui persepsi masyarakat bantaran Sungai Code terhadap banjir lahar pasca erupsi Merapi 2010. 1.4 Kegunaan penelitian. Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pembangunan sarana fisik bantaran terutama dalam penanganan masalah banjir lahar di Daearah Aliran Sungai Code pasca Erupsi Merapi 2010. 2. Penelitian ini dapat memberikan informasi kondisi fisik, informasi geomorfologi, informasi sosial, daerah penelitian yang merupakan daerah sering mendapatkan ancaman bahaya banjir lahar. 4
1.5. Keaslian Penelitian 1. Lavigne (1999) melakukan penelitian banjir lahar di daerah Sungai Code Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan skala mikro, yakni area sekitar bantaran Sungai Code bagiankota Yogyakarta. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan peta zoanasi bahaya lahar merapi yang menghantam Sungai Code permukiman padat. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan geomorfologi dan melakukan dengan model simulasi. Dalam melakukan investigasi survey geomorfologi ini, yakni menggunakan pendekatan parameter cross section, slope (kemeringan) dan kecepatan aliran sebagai model simulasinya. Setelah mengetahui zonasi bahaya dari penelitian ini, kemudian pada tahap akhir melakukan pemetaan risiko banjir lahar. 2. Bernand dkk (2006) melakukan penelitian tentang banjir lahar. Tujuan penelitian ini yaitu Memetakan dan mendeliniasi bahaya banjir dengan membandingkan data SRTM dan ASTER DEM. Luasan genangan banjir lahar ditentukan scenario volume lahar menggunkan software LAHARZ. Kemudian metode yang digunakan yaitu Membandingkan data SRTM dan ASTER DEM untuk memetakan banjir lahar dengan menggunkan software modeling LAHARZ untuk penentuan batas-batas bahaya banjir lahar. Adapun yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu Zona bahaya banjir lahar berdasarkan ketinggian genangan, dengan menggunakan volume aliran yang besarnya sama dengan kejadian di masa lalu menggunakan software modeling LAHARZ. 5
3. Clung C S (2005) melakukan pemetaan daerah banjir lahar di Mount Shasta, California. Tujuan penelitian ini yaitu Memetakan dan mendeliniasi genangan banjir lahar di DAS Mud dan Whitney di Gunungapi Shasta menggunakan software LAHARZ. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Mengaplikasikan model simulasi dengan menggunakan software LAHARZ. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu Zona genangan lahar di DAS Mud dan Whitney Gunungapi Shasta. 4. Youberg Ann (2010) melakukan penelitian di Maricopa county, Arizona. Tujuan dalam penelitian ini Memetakan genangan banjir lahar di Maricopa county, Arizona. Kemudian metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Mengaplikasikan dan membandingkan dua model simulasi berbasis komputer LAHARZ dan FLO-2D. Hasil diperoleh dalam penelitian ini yaitu Zona genangan lahar di Maricopa county,arizona. 5. Hugge C, dkk. (2007) melakukan penelitian di Popocatépetl Volcano, Mexico dengan tujuan Memetakan daerah genangan banjir lahar gunungapi Popocatépetl, Meksiko dengan DEM ASTER dan DEM SRTM. Membandingkan hasil modeling lahar dengan menggunakan DEM ASTER dan DEM SRTM dengan menggunakan software LAHARZ dan MSF. Hasil yang diperoleh Zona genangan lahar dengan menggunakan DEM ASTER dan DEM SRTM dengan LAHARZ dan MSF. 6
6. Wiguna (2012) melakukan penelitian di Daerah Aliran Sungai (DAS) Gendol dan Opak. Tujuan dari penelitian ini yaitu Memprediksi daerah bahaya banjir lahar dingin dan risiko yang ditimbulkan terhadap kepadatan penduduk di DAS Gendol dan DAS Opak menggunakan metode penentuan bahaya, menggunakan LAHARZ dan analisis morfometri serta penampang melintang saluran sungai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Menggunakan Sistem Informasi Geografi dengan LAHARZ dan analisis morfometri dan Penampang sungai untuk menentukan daerah genangan lahar dingin serta analisis kepadatan penduduk untuk menentukan risiko aliran lahar. Peta zonasi bahaya banjir lahar dan peta risiko banjir lahar di DAS Gendol dan DAS Opak, Yogyakarta. 7. Lisa (2012) melakukan penelitian di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Tujuan penelitian ini yaitu identifikasi perubahan kondisi aset, akses, aktivitas masyarakat setelah terjadi bencana lahar dingin di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, mengkaji perubahan strategi penghidupan masyarakat setelah terjadi bencana lahar dingin, membuat arahan penanganan korban pasca bencana lahar dingin dalam memulihkan kehidupan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Model kajian dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif yang mendeskriptif mengenai obyek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh dari informan yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian Hasil penelitian 7
menunjukan bahwa peristiwa bencana lahar dingin memberikan pengaruh terhadap kondisi asset, akses, dan aktivitas. Asset yang dimiliki masyarakat terutama rumah, banyak yang mengalami kerusakan dan hilang. Akses juga mengalami kerusakan terutama kerusakan jalan yang menghambat aktivitas masyarakat. Strategi penghidupan pasca bencana untuk memperoleh pendapatan keluarga dan bertahan hidup pasca bencana beranekaragam, tetapi banyak yang dilakukan secara mandiri. 8. Maharani (2012) melakukan penelitian di Bantaran Sungai Code daerah terban hingga Gowongan. Tujuan untuk 1),Mengidentifikasi karakteristik rumah tangga yang terkena dampak banjir lahar hujan di bantaran Sungai Code. 2) Mengetahui pola strategi adaptasi penduduk daerah bencana banjir lahar di bantaran Sungai Code, dan 3) Mengetahui arahan mitigasi daerah bencana banjir lahar di bantaran Sungai Code. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survey lapangan dan wawancara dengan teknik stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan banjir lahar hujan yang terjadi merupakan kejadian banjir lahar hujan yang memiliki volume besar dan menimbulkan kerusakan kerugian. Pola adaptasi dipengaruhi tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan jarak rumah. Pola adaptasi yang dilakukan dengan membuat karung pasir, membuat bronjong, memperbaiki tanggul, meninggikan tempat tinggal, dan lainnya. 9. Pramono (1992) melakukan penelitian yang di khususkan pada daerah lereng selatan gunungapi Merapi. Penelitian ini memanfaatkan penginderaan jauh 8
dan sistem informasi geografis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui daerah daerah yang rawan terkena bahaya vulkanik yaitu banjir lahar dan longsoran lava. Data yang digunakan dalam penelitian ini penutuplahan, sistem jaringan sungai,kondisi geologi, kemiringan lereng, jarak dari kubah lava, jarak terhadap sungai, karakteristik hujan, penutup lahan, dan penggunaan lahan. Cara pengelohan data penelitian dilakukan dengan cara penampalan peta (overlay), kalkulasi peta dan menggunakan SQL (Simple Query Language) pada database. Hasil penelitian ini adalah peta sebaran daerah bahaya banjir lahar dan longsoran lava dalam yang dibuat dalam lima kelas bahaya. 10. Sukadja (2007) melakukan penelitian dengan topik Study Urban Risk Assesment of Lahar Flows in Merapi Volcano di daerah Muntilan Kota. Tujuan Penelitian tersebut yaitu: Pertama; Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan satuan-satuan bentuklaha di sebagian wilayah Kecamatan Bagelan, Purwodadi dan temon. Kedua; mempelajari karakteristik sifat fisik tanah permukaan akiat banjir masa lampau dan bentuka daptasi manusia terhadap banjir. Ketiga; untuk mengetahui tingkat kerentana banjir sebagian kecamatan bagelan, Purwodadi dan temon serta menyajikannya dala bentuk peta kerentanan da deskripsi karakteristik banjirnya. 9
Tabel 1.3 Perbandingan penelitian terdahulu dan yang dilakukan oleh penulis No Nama Peneliti Lokasi Tujuan Metode Hasil Penelitian 1 Lavigne Sungai Metode yang digunakan yaitu dengan (1999) Code Yogyakarta menggunakan investigasi 2 Bernand E. dkk (2006) 3 Mc Clung C S. (2005) 4 Youberg Ann (2010) Volcan Citlaltepelt, Mexico Mount Shasta, California: Maricopa county, Arizona. Menghasilkan peta bahaya banjir lahar skala detail 1: 2000 dan menghasilkan peta risiko banjir lahar. Memetakan dan mendeliniasi bahaya banjir dengan membandingkan data SRTM dan ASTER DEM. Luasan genangan banjir lahar ditentukan scenario volume lahar menggunkan software LAHARZ Memetakan dan mendeliniasi genangan banjir lahar di DAS Mud dan Whitney di Gunungapi Shasta menggunakan software LAHARZ Memetakan genangan banjir lahar di Maricopa county, Arizona. geomorfologi,dan simulasi model alran lahar. Dalam melakukan investigasi geomorfologi ini, yakni menggunakan pendekatan parameter cross section, slope (kemeringan) dan kecepatan aliran. Membandingkan data SRTM dan ASTER DEM untuk memetakan banjir lahar dengan menggunkan software modeling LAHARZ untuk penentuan batas-batas bahaya banjir lahar Mengaplikasikan model simulasi dengan menggunakan software LAHARZ Mengaplikasikan dan membandingkan dua model simulasi berbasis komputer LAHARZ dan FLO-2D Hasil penelitian ini berupa peta zonasi bahaya lahar pada skalamikro, dan peta risikonya. Zona bahaya banjir lahar berdasarkan ketinggian genangan, dengan menggunakan volume aliran yang besarnya sama dengan kejadian di masa lalu menggunakan software modeling LAHARZ Zona genangan lahar di DAS Mud dan Whitney Gunungapi Shasta Zona genangan lahar di Maricopa county, Arizona. 10
(Lanjutan) Tabel 1.3 Perbandingan penelitian terdahulu dan yang dilakukan oleh penulis No Nama Peneliti Lokasi Tujuan Metode Hasil Penelitian 5 Hugge C, dkk. (2007) Popocatépet l Volcano, Mexico 6 Wiguna (2012) Daerah Aliran Sungai (DAS) Gendol dan Opak 7 Lisa (2012) Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang Memetakan daerah genangan banjir lahar gunungapi Popocatépetl, Meksiko dengan DEM ASTER dan DEM SRTM Memprediksi daerah bahaya banjir lahar dingin dan risiko yang ditimbulkan terhadap kepadatan penduduk di DAS Gendol dan DAS Opak menggunakan metode penentuan bahaya, menggunakan LAHARZ dan analisis morfometri serta penampang melintang saluran sungai identifikasi perubahan kondisi aset, akses, aktivitas masyarakat setelah terjadi bencana lahar dingin di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, mengkaji perubahan strategi penghidupan masyarakat setelah terjadi bencana lahar dingin, membuat arahan penanganan korban pasca bencana lahar dingin dalam memulihkan kehidupan Membandingkan hasil modeling lahar dengan menggunakan DEM ASTER dan DEM SRTM dengan menggunakan software LAHARZ dan MSF Menggunakan Sistem Informasi Geografi LAHARZ dan analisis morfometri dan Penampang sungai untuk menentukan daerah genangan lahar dingin serta analisis kepadatan penduduk untuk menentukan risiko aliran lahar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Model kajian dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Mendeskriptif mengenai obyek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh dari informan yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian Zona genangan lahar dengan menggunakan DEM ASTER dan DEM SRTM dengan LAHARZ dan MSF Peta zonasi bahaya banjir lahar dan peta risiko banjir lahar di DAS Gendol dan DAS Opak, Yogyakarta Hasil penelitian menunjukan peristiwa bencana lahar memberikan pengaruh terhadap kondisi asset, akses, dan aktivitas. Asset yang dimiliki masyarakat terutama rumah, banyak yang mengalami kerusakan dan hilang. Akses juga mengalami kerusakan terutama kerusakan jalan yang menghambat aktivitas masyarakat. 11
(Lanjutan) Tabel 1.3 Perbandingan penelitian terdahulu dan yang dilakukan oleh penulis No Nama Peneliti Lokasi Tujuan Metode Hasil Penelitian 8 Maharani (2012) 9 Pramono (1992) Bantaran Sungai Code daerah terban hingga Gowongan selatan gunungapi Merapi Penelitian bertujuan untuk 1),Mengidentifikasi karakteristik rumah tangga yang terkena dampak banjir lahar hujan di bantaran Sungai Code. 2) Mengetahui pola strategi adaptasi penduduk daerah bencana banjir lahar di bantaran Sungai Code, dan 3) Mengetahui arahan mitigasi daerah bencana banjir lahar di bantaran Sungai Code. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui daerah daerah yang rawan terkena bahaya vulkanik yaitu banjir lahar dan longsoran lava. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survey lapangan dan wawancara dengan teknik stratified random sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini penutuplahan hasil inteprtasi citra SPOT XS multispectral, sistem jaringan sungai,kondisi geologi, kemiringan lereng, jarak dari kubah lava, jarak terhadap sungai, karakteristik hujan, penutup lahan, dan penggunaan lahan. Cara pengelohan data penelitian dilakukan dengan cara penampalan peta (overlay), kalkulasi peta & classifity table serta menggunakan SQL pada database. Hasil penelitian menunjukkan banjir lahar hujan yang terjadi merupakan kejadian banjir lahar hujan yang memiliki volume besar dan menimbulkan kerusakan kerugian. Pola adaptasi dipengaruhi tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan jarak rumah. Pola adaptasi yang dilakukan dengan membuat karung pasir, membuat bronjong, memperbaiki tanggul, meninggikan tempat tinggal, dan lainnya. Hasil penelitian ini adalah peta sebaran daerah bahaya banjir lahar dan longsoran lava dalam yang dibuat dalam lima kelas bahaya. 12
(Lanjutan) Tabel 1.3 Perbandingan penelitian terdahulu dan yang dilakukan oleh penulis No Nama Peneliti Lokasi Tujuan Metode Hasil Penelitian 10 Sukadja, (2007) Merapi Volcano di daerah Muntilan Kota. 11 Eriadi (2015) Sungai Code Kota Yogyakarta Tujuan Penelitian ini yaitu mengklasifikasikan satuansatuan bentuklahan wilayah KecamatanBagelan, Kedua; mempelajari karakteristik sifat fisik tanah permukaan akibat banjir masa lampau dan bentukan daptasi manusia terhadap banjir. Ketiga; untuk mengetahui tingkat kerentana banjir. Mengetahui karakteristik fisik/morfologi di daerah aliran sungai code di wilayah perkotaan yang memiliki pemukiman padat. Mengetahui tingkat bahaya banjir lahar di daerah aliran Sungai Code dengan data LIDAR menggunakan LAHARZ. Mengetahui persepsi masyarakat Sungai Code terhadap banjir lahar pasca Erupsi Merapi 2010 Data yang dibutuhkan antara lain; bentuk lahan,penggunaan lahan, kemiringan lereng, jarak terhadap sungai dan persebaran hujan. Cara pengelolahan data untuk mendapatkan hasil peta potensi bahaya banjir lahar, dilakukan tumpangsusun antara peta kerawanan bencana lahar dengan peta penggunaa lahan, melakukanpengukuran debit, cekinfratutrukturjembatan,dansekitarsung ailainnya Sumber untuk mendapatkan data morfologi fisik dan infrastruktur tanggul yaitu dengan pengukuran ketinggian langsung di lapangan, pengamatan infrastruktur tanggul sungai, pengamatan dengan data DEM (Digital Elevation Model) dari LIDAR. Kemudian melakukan pemodelan zonasi bahaya lahar dengan volume lahar. Untuk mendapatkan tujuan persepsi masyarakat yaitu dengan melakukan data Kuisioner /wawancara untuk melihat perseps masyarakat terhadap banjir lahar pasca erupsi Merapi 2010. Hasil penelitian ini berupa peta kerentanan banjir Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu mendapatkan informasi karakteristik morfologi fisik dan infrastruktur tanggul di daerah aliran Sungai Code Menghasilan peta tingkat bahaya banjir lahar di daerah aliran Sungai Code dengan data LIDAR menggunakan LAHARZ. Kemudian menghasikan persepsi masyarakat code terhadap anjir lahar pasca erupsi 2010. 13