BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII. ANALISIS FINANSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

VIII. ANALISIS FINANSIAL

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal dan umumnya merupakan kegiatan usaha sampingan selain mengusahakan ladang untuk padi dan sayuran. Perluasan tanaman kopi rakyat masih terus berlangsung terutama di daerah-daerah di luar Jawa. Jenis kopi yang dibudidayakan juga yang termasuk mudah dirawat, yaitu terbatas pada kopi Robusta yang kuat, tahan penyakit serta tidak begitu ketat pemeliharaannya (Spillane,1990: 121). Sampai saat ini sasaran pasar komoditas kopi Indonesia masih mengandalkan pasar ekspor yang tersebar di berbagai kota besar di Negara maju antara lain: Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Italia dan Belanda, hal ini dikarenakan konsumsi per kapita dalam negeri sendiri masih sangat rendah dan pertumbuhannya pun juga rendah, sementara di pusat-pusat konsumen di luar negeri, pertumbuhan konsumsi tampaknya cukup mantap. Dengan demikian perubahan harga di pasar dunia dan dalam negeri mempunyai hubungan yang erat dan bahkan mungkin saling mempengaruhi satu sama lain, karena harga yang akan diterima oleh pengekspor akan menjadi dasar penentuan harga yang akan dibayar ke pedagang perantara dan secara berantai akhirnya kepada petani produsen dan sebaliknya. Selanjutnya harga yang diterima petani akan menjadi

penentu seberapa banyak volume produksi kopi yang akan dijual ke pasar atau ke pedagang perantara atau pedagang ekspor (Hutabarat, 2006). Analisa usahatani dibutuhkan dalam perencanaan sejak pembukaan lahan sampai kopi siap dipasarkan. Di dalam analisa usahatani ini, kita akan tahu seberapa banyak tenaga, alat, dan bahan-bahan yang akan dibutuhkan sehingga bisa diperkirakan berapa besarnya modal yang perlu disediakan dan berapa besarnya pendapatan yang akan diperoleh (Najiyati dan Danarti, 1990:173). Suatu rencana usahatani dalam azasnya harus mengandung hal-hal berikut: jenis dan nilai input, jumlah dan harga input yang akan digunakan, jumlah uang/kredit yang diperlukan untuk pembiayaan pelaksanaan rencana, jumlah produksi yang akan diperoleh dan seberapa banyak dari produksi tersebut yang akan dijual untuk menghasilkan pendapatan dan keuntungan bersih yang diharapkan (Tohir, 1991:144). Unsur-unsur pokok yang selalu ada pada suatu usahatani meliputi empat macam yang biasa disebut sebagai faktor-faktor produksi, yaitu: tanah, tenaga kerja,modal dan pengelolaan/manajemen (Rustam, 2010). Masalah konsep yang umum ditemui dalam menyiapkan analisa investasi usahatani adalah bagaimana menentukan biaya tenaga kerja keluarga. Prinsip yang umum dipakai dalam penilaian adalah menilai pekerja keluarga atas biaya oportunitasnya; yaitu manfaat keluarga yang dikorbankan untuk ikut serta dalam usahatani (Gittinger, 1986:161). Input atau masukan bagi usahatani itu dalam garis besarnya terdiri atas alam, tenaga kerja, modal, manajemen, dan sosial budaya. Sedangkan output atau hasil dari usahatani terdiri dari sewa tanah, bahan baku, bunga modal, modal,

penyusutan, upah, pembayaran, pajak, beban sosial dan keuntungan (Tohir, 1991: 166). Menurut Suratiyah (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut: 1. Faktor internal dan faktor eksternal 2. Faktor manajemen Faktor Internal 1. Umur Petani 2. Pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan. 3. Jumlah tenaga kerja keluarga 4. Luas lahan 5. Modal Faktor Eksternal 1. Input a. Ketersediaan b. Harga 2. Output a. Permintaan b. Harga Usahatani Biaya dan Pendapatan Untuk melihat tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu juga dilihat sisi yang lain yaitu perkembangan jumlah pembelanjaan petani untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai produsen dan konsumen dihadapkan kepada pilihan untuk mengalokasikan pendapatannya. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi) demi kelangsungan hidup petani beserta

keluarganya. Kedua, pengeluaran untuk produksi/budidaya pertanian yang merupakan ladang penghidupannya yang mencakup biaya operasional produksi dan investasi atau pembentukan barang modal. Unsur kedua ini hanya mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani telah terpenuhi; dengan demikian investasi dan pembentukan barang modal merupakan faktor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani (Rianse, 2009: 19). Dari segi ekonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil ialah terbatasnya sumberdaya dasar tempat ia berusahatani. Pada umumnya, mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, kadang-kadang disertai dengan ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam beberapa petak. Mereka mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan kesehatan yang sangat rendah. Mereka sering terjerat oleh hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi. Bersamaan dengan itu, mereka menghadapi pasar dan harga yang tidak stabil, mereka tidak cukup menerima dukungan penyuluhan, pengaruh mereka kecil dalam pengawasan dan penyelenggaraan lembaga desa. Akibatnya, kelangsungan hidup mereka sering tergantung kepada orang lain dan pengaruh iklim yang jelek atau harga yang rendah dapat membawa bencana bagi petani dan keluarganya (Soekartawi dkk, 1986:5). 2.2. Landasan Teori Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar

serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah, 2009: 60). Dalam menunjang keberhasilan agribisnis, maka tersedianya bahan baku pertanian secara kontinu dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Tersedianya produksi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain macam komoditi, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim, dan faktor sosial ekonomi produsen (Soekartawi, 1999:47). Untuk menghitung biaya dan pendapatan dalam usahatani dapat digunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan nominal (nominal approach), pendekatan nilai yang akan datang (future value approach), dan pendekatan nilai sekarang (present value approach). Namun pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan nilai sekarang (present value approach), yaitu pendekatan yang memperhitungkan semua pengeluaran dan penerimaan dalam proses produksi pada saat dimulainya proses produksi (Suratiyah, 2009: 61). Petani kopi di daerah penelitian umumnya menggunakan kredit untuk modal usahataninya. Untuk menghitung besarnya biaya dan pendapatan pada usahatani kopi digunakan pendekatan nilai sekarang, dimana pendekatan ini memperhitungkan nilai uang sekarang sehingga besarnya tingkat bunga dari pinjaman kredit yang dilakukan oleh petani berpengaruh pada nilai uang terkait dengan waktu dilakukannnya pinjaman. (Suratiyah, 2009: 61) Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dilukiskan sebagai berikut: TR = Y. Py

dimana, TR Y Py = total penerimaan = produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani i = harga Y Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, jadi: Pd = TR TC dimana, Pd TR TC = pendapatan usahatani = total penerimaan = total biaya (Soekartawi, 1995:54). Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Barangkali ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usahatani kecil adalah penghasilan bersih usahatani. Angka ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman. Ukuran ini menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari usahatani untuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai di dalam usahatani (Soekartawi dkk, 1986: 80). Dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan. Biaya untuk iuran pemakaian air, pembayaran zakat dan lainnya juga termasuk ke dalam biaya yang dibayarkan (Daniel, 2002:39).

Penyusutan merupakan bagian dari biaya yang harus dihitung untuk memperoleh pendapatan bersih usahatani. Cara yang digunakan adalah dengam menggunakan metode Garis lurus (straight-line method), yaitu pembagian nilai awal setelah dikurangi nilai akhir oleh waktu pemakaian (expected life) dengan formula sebagai berikut: Dimana, D = Depresiasi HAw = Biaya awal HAk = Nilai akhir WP = Umur ekonomis (Prawirokusumo, 1990: 64) Pertanian rakyat sering dikenal dengan usahatani kecil. Di pertanian rakyat sering digunakan tenaga kerja anak-anak (dibawah usia 10 atau 12 tahun). Tenaga kerja anak-anak itu dapat berasal dari keluarga ataupun dari luar keluarga. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani disebut TKDK (tenaga kerja dalam keluarga), yang berasal dari luar keluarga disebut TKLK (tenaga kerja luar keluarga) atau tenaga kerja sewa (Tarigan dan Lily, 2006:53). Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga luar antara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan dan umur tenaga kerja (Suratiyah, 2008: 21). Satu HOK adalah banyaknya hari (1 hari = 8 jam kerja) yang digunakan oleh 1 orang tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan. (Najiyati dan Danarti, 1990:173).

Terlepas dari tata letak biofisiknya, suatu sistem pertanian juga ditentukan oleh ciri-ciri sosioekonomi, budaya dan politik terutama yang berhubungan dengan kerumahtanggaan petani. Setiap rumahtangga merupakan sebuah gabungan yang unik antara laki-laki dan perempuan, orang dewasa dan anak-anak yang semuanya memberikan pengelolaan, pengetahuan, tenaga kerja, modal dan lahan untuk usahatani dan yang mengkonsumsi paling tidak sebagian dari hasil usahataninya. Jadi rumahtangga petani merupakan pusat alokasi sumber daya, produksi dan konsumsi (Reijntjes dkk, 1999:29). Dalam rangka mencari suatu ukuran untuk mengevaluasi suatu usahatani, telah dikembangkan beberapa kriteria (indeks) yang disebut Investment Criteria (Prawirokusumo, 1990). Adapun kriteria yang sering digunakan untuk tanaman tahunan adalah NPV, B/C, dan IRR (Chalil, 2010) NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah proyek feasible atau tidak. Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan discount factor. Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut: Bila nilai NPV 0 maka usahatani dikatakan layak. Bila nilai NPV = 0 maka usahatani tersebut dapat mengembalikan sebesar cost of capital (discount rate). Bila nilai NPV < 0 maka usahatani dikatakan tidak layak. Internal Rate of Return (IRR) merupakan salah satu cara untuk mengetahui suatu proyek layak atau tidak. Tingkat IRR adalah suatu tingkat bunga (dalam hal ini

sama artinya dengan discount rate) yang menunjukkan jumlah NPV sama dengan jumlah seluruh cost investasi suatu usahatani. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut: Bila IRR tingkat suku bunga berlaku maka usahatani tersebut layak dilaksanakan. Bila IRR < tingkat suku bunga berlaku maka usahatani tersebut tidak layak dilaksanakan. Net B/C merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di-discount positif dengan net benefit yang telah di discount negatif, dengan formula sebagai berikut: Net B/C = Net B/C > 1, maka usahatani dikatakan layak. Net B/C < 1, maka usahatani dikatakan tidak layak. 2.3. Kerangka Pemikiran Perkebunan kopi rakyat semakin berkembang dewasa ini. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya petani yang mengganti tanaman mereka menjadi kopi. Akan tetapi, perluasan perkebunan kopi rakyat ini tidak diikuti dengan perkembangan pengolahan kopi. Perkebunan rakyat masih menggunakan cara tradisional (hanya mengandalkan tenaga manusia), sehingga kualitas kopi yang dihasilkan pun pada umunya lebih rendah dari kualitas kopi perkebunan besar (swasta maupun

pemerintah). Hal ini turut mempengaruhi harga kopi petani rakyat, dimana harga kopi mereka lebih rendah. Produksi dan pendapatan petani adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Produksi kopi yang tinggi akan meningkatkan pendapatan petani kopi, dan sebaliknya jika produksi rendah maka tingkat pendapatan juga akan rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian mengenai karakteristik sosial ekonomi petani kopi yang mempengaruhi cara mereka berusahatani kopi, dimulai dari penanaman kopi hingga pengolahan kopi yang sudah dipanen. Selain itu perlu juga dipertimbangkan mengenai input-input yang digunakan petani kopi dalam mengusahakan tanaman kopinya. Input-input yang digunakan oleh petani kopi harus digunakan secara efektif dan efisien, karena input ini merupakan biaya, yang nantinya akan mempengaruhi pendapatan petani kopi.. Dalam menggunakan input petani biasanya dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonominya. Faktor sosial ekonomi petani sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani. Seperti yang kita ketahui petani rakyat lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini akan mempengaruhi semua keputusannya untuk berusahatani. Faktor sosial petani seperti umur, tingkat pendidikan dan lamanya berusahatani, akan mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan apakah mereka akan menggunakan inovasi-inovasi dalam mengusahakan usahataninya atau tetap berpedoman pada cara lama yang sudah biasa mereka lakukan. Sedangkan faktor ekonomi petani seperti jumlah tanggungan, curahan tenaga kerja, modal dan luas lahan akan mempengaruhi petani dalam hal membuat keputusan mengenai apakah dia bertani sebagai cara hidup atau untuk memperoleh keuntungan. Jika petani kopi mengusahakan usahatani kopinya hanya

sebagai cara hidup maka dia tidak akan terlalu memikirkan bagaimana cara mengembangkan usahataninya sehingga menghasilkan produksi yang tinggi yang nantinya akan memberikan keuntungan bagi dirinya. Petani ini hanya mengusahakan usahataninya secara sederhana, asalkan dia dapat menutupi kebutuhan hidupnya maka dia tidak akan berusaha untuk mengembangkan usahataninya. Namun, jika petani ingin memperoleh keuntungan maka dia akan berusaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas dari usahatani kopi miliknya. Petani kopi memperoleh pendapatan bersih dari hasil penjualan kopi dikurangi semua biaya yang dikeluarkan selama berusahatani kopi. Dari hasil pendapatan bersih petani ini, akan dianalisis kelayakan usahatani kopi miliknya. Setelah analisis dilakukan maka dapat didefinisikan apakah usahatani kopi di daerah penelitian layak atau tidak diusahakan. Usahatani kopi dikatakan layak apabila usahatani ini dapat mencerminkan kesejahteraan hidup petani kopi dan keluarganya.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Petani Kopi Biaya yang Dikeluarkan: Usahatani Kopi Bibit Pupuk Produksi Pestisida Obatobatan Karakteristik Ekonomi Karakteristik Sosial Harga Penerimaan Jumlah tanggungan Curahan tenaga kerja Modal Luas lahan Umur Tingkat pendidikan Lama berusahatani Biaya Produksi Pendapatan Bersih Analisis Finansial 1. Net B/C 2. NPV 3. IRR Keterangan: = mempengaruhi = dipengaruhi

2.4. Hipotesis Penelitian 1. Tingkat pendapatan petani kopi di daerah penelitian menguntungkan. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosial ekonomi petani dengan produksi petani kopi. a. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosial petani (meliputi: umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani) dengan produksi petani kopi. b. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor ekonomi petani (meliputi: jumlah tanggungan, curahan tenaga kerja, modal dan luas lahan) dengan produksi petani kopi. 3. Usahatani kopi di daerah penelitian layak diusahakan dari segi analisis finansial.