1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara adalah suatu kawasan yang banyak menyimpan bentukbentuk kesenian tradisional Melayu. Hal ini berkaitan dengan sejarah masa lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur yang dikenal sebagai pusat pemerintahan kesultanan Melayu seperti Langkat, Deli, Serdang, Asahan, dan Batubara. Wilayah Sumatera Timur yang diuraikan oleh TM. Lah Husny bahwa daerahnya menjulur dari dataran pantai barat hingga sampai kedataran berbukit-bukit mulai dari kabupaten Aceh Timur, Langkat, Deli Serdang, Asahan, sampai dengan daerah Labuhan Batu, sepanjang 280 km dari barat laut ke tenggara. (TM. Lah Husni, 7 : 1975). Sampai sekarang, masih banyak bentuk-bentuk kesenian tradisional Melayu yang digunakan masyarakat. Meski tidak dapat dipungkiri banyak juga diantaranya secara perlahan-lahan punah ditelan zaman. Hal ini karena nilai-nilai yang dikandung dalam kesenian itu semakin tidak sejalan dengan kondisi perkembangan sekarang. Sementara itu, keberadaan kesenian tradisional yang dipertahankan oleh suatu kelompok atau masyarakat pasti mempunyai hubungan yang kuat dengan tata nilai yang berlaku di tengah masyarakat. Hubungan dan tata nilai itu umpamanya menyangkut falsafah yang dimilikinya, semangat yang dikandungnya, syiar syariat yang disampaikannya, sampai kepada nilai-nilai keindahan dari kesenian tersebut. Sepanjang hubungan itu memiliki keterkaitan 1
2 yang kuat, kesenian tradisional Melayu tetap tumbuh sebagai bagian dari kehidupan masyarakatnya. Hubungan yang kuat tersebut menjadikan beberapa daerah di Sumatera Utara itu masih sering dan bertahan menghadirkan kesenian-kesenian tradisional Melayu. Seringkali kemudian bentuk-bentuk yang dihadirkan mendatangkan ide baru yang dapat dikembangkan sebagai kreativitas kesenian masa kini. Sebagaimana kata Kasim Ahcmad (1977:2) bahwa Kesenian tradisional adalah suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkungannya. Pengolahannya didasarkan atas cita rasa masyarakat pendukungnya. Salah satu bentuk kesenian tradisional Melayu yang masih ada adalah kesenian Zapin. Zapin adalah salah satu genre kebudayaan Melayu yang awalnya diserap dari kebudayaan Islam dari Timur Tengah. Zapin dibawa oleh pedagangpedagang Islam kemudian diolah menjadi bagian kebudayaan Melayu. Masingmasing daerah Melayu mengolah kesenian itu dengan perubahan-perubahan yang diyakini dapat memberi nilai baru bagi keberlangsungan tari Zapin tersebut. Di Sumatera Utara tari Zapin tersebar di seluruh daerah pesisir Melayu, termasuk di Langkat yang kemudian tersisa di desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu. Seni ini dalam kebudayaan Melayu difungsikan dalam berbagai aktivitas yang umumnya berhubungan dengan upacara perkawinan, khitanan, festival, pesta budaya, hari besar agama Islam, dan lainnya. Dari beberapa unsur seni yang dimilikinya, diketahui bahwa tari Zapin pada awal dan asal usulnya sangat erat berhubungan dengan penyebaran kebudayaan Islam ke Pesisir Nusantara.
3 Konsep gerak tari Zapin sebagai ungkapan dari masyarakat Melayu lebih banyak didasarkan pada nama-nama gerak bernuansa Islam, antara lain gerak Alif, alif sembah 1, alif sembah 2, bunga alif pusing 1, bunga alif pusing 2. Kata-kata alif didasarkan pada abjad pertama huruf Arab yang bentuknya tegak lurus, maka komposisi dari gerak alif adalah merupakan gerakan penari yang membuat garis lurus. Jelas sekali dari nama-nama ragam itu Zapin dipengaruhi konsep Islam, yang kemudian disesuaikan dengan jiwa lokal, yakni Alam Melayu, sebagai salah satu kawasan yang menyumbang peradaban dunia Islam. Tari Zapin kuat bertahan karena fungsi sosialnya masih berjalan erat dengan nilai-nilai yang dipegang masyarakat pendukungnya. Ia menyatu dengan sistem kemasyarakatan dan sistem religi dalam satu kesatuan. Maka ia selalu hadir dalam acara-acara hari besar Islam dan acara-acara budaya yang diselenggarakan masyarakat tidak hanya di kabupaten Langkat, tetapi juga di seluruh pesisir Melayu Sumatera Utara. Bahkan di berbagai semenanjung Asia Tenggara, tari Zapin muncul dengan perubahan-perubahan yang serba bervariasi. Itu semata-mata agar tari Zapin tetap bertahan sebagai kesenian yang dapat mewakili nilai dan ungkapan-ungkapan baru yang sekarang terus datang dan berkembang di tengah masyarakat Melayu. Tari Zapin sebagai kesenian tradisional terus hidup sampai sekarang. Kehidupannya selalu diimbangi dengan perubahan-perubahan yang dibentuk masyarakat pelakunya. Pada suatu sisi perubahan itu bernilai positif, tapi disisi yang lain perubahan itu bisa bernilai sebaliknya. Karena itu, sistem nilai masyarakat kota secara moral kultural tidak bisa digunakan untuk menilai sistem
4 yang ada di desa. Bahkan juga sistem nilai yang ada di sekolah-sekolah (yang belum tentu lebih baik) tidak bisa diterapkan pada masyarakat luar sekolah. (Endo Suwanda, 2006:34). Dari kutipan itu mengisyaratkan bahwa perubahan-perubahan dalam tari zapin tidak bisa dipandang dari luar saja, sebab, bagaimanapun perubahan itu akan bergantung dari masyarakat pendukungnya. Pertunjukan Zapin biasanya dimulai dengan bunyi alat musik pembawa melody yaitu Gambus dengan gaya tunggal tanpa tempo musik. Pada saat ini biasanya penari masuk ke pentas dengan disertai gerak sembah. Tari di sini dikembangkan dengan berbagai ragam gerak dimana tiap daerah memiliki nama ragamnya sendiri seperti alif, pecah, langkah, sut, anak ayam, dan tahto. Di ujung persembahan musik memainkan bahagian tahtim atau tahto sebagai coda persembahan. Musik pengiringnya terdiri dari dua alat yang utama yaitu alat musik petik gambus. Kemudian berakhirlah persembahan satu penyajian tari dan musik Zapin tersebut. Ini pola umum pertunjukan Zapin di Alam Melayu. Tari Zapin Arab Mabuk adalah salah satu jenis tari tradisional Melayu yang masih tersisa. Disebut Tari Zapin Arab Mabuk karena dua hal yang dapat diindikasikan dalam tari ini. Pertama, bahwa tari Zapin dikenal sebagai kesenian yang dipengaruhi oleh kebudayaan Arab Islam dan mulanya dikembangkan oleh pedagang-pedagang Arab lalu bersatu dan saling berinteraksi dengan kebudayaan setempat di pesisir daerah Melayu termasuk di Langkat. Kedua, gerakannya selalu berputar-putar dan terhuyung-huyung seperti akan jatuh. Bagian ini tak ubahnya seperti orang mabuk. Dari pengaruh dan kesan
5 yang tampak dalam tari ini, kemudian timbul nama Arab Mabuk yang diberikan masyarakat untuk tari ini. Dalam masa perkembangannya, nama ini memberi anggapan yang kurang baik. Lama kelamaan masyarakat beranggapan bahwa menarikan tari ini sama seperti orang mabuk. Akhirnya karena nama itu, membuat masyarakat pendukung tari ini semakin lama semakin berkurang. Perubahan yang terjadi dalam tari Zapin Arab Mabuk dilakukan oleh generasi pembawa Zapin di desa Stabat Lama demi mempertahankan eksistensi Zapin tersebut. Seiring berjalannya waktu nara sumber menemui kesulitanuntuk menjelaskan pada masyarakat awam, bahwa kata mabuk pada Zapin ini bukanlah mabuk karena minuman keras. Perubahan yang paling penting dalam zapin ini terdapat pada ragam gerak. Ragam gerak ini memiliki transisi berpindah-pindah tempat dan arah hadap terlalu banyak dengan gaya terhuyung-huyung seperti akan jatuh. Ragam gerak penggantinya lebih sederhana dan kesannya lebih tertib. Meski adanya perubahan demikian, tidak serta merta tari Zapin Arab Mabuk kemudian diminati secara luas. Bahkan tahun-tahun berikutnya tari Zapin Arab Mabuk semakin tenggelam. Bagi masyarakat pendukung tari Zapin Arab Mabuk, perubahan yang dilakukan pada tari Zapin Arab Mabuk menjadi bagian dari usaha untuk mewariskan tari Zapin Arab Mabuk kepada generasi berikutnya. Dengan asumsi yang kurang baik, akan semakin menyulitkan pewarisan itu kepada generasi yang lebih muda. Akhirnya bagian-bagian yang memberi kesan kurang baik,
6 dilakukan perubahan yang memungkinkan tari Zapin Arab Mabuk diterima oleh masyarakat secara luas. Bagian yang paling penting dilakukan perubahan adalah ragam dan gerak yang mengindikasikan perilaku seperti orang mabuk.ragam dan gerak ini adalah pola berputar-putar terlalu banyak dengan gaya terhuyung-huyung seperti akan jatuh. Pola ragam dan gerak penggantinya lebih sederhana dan kesannya lebih tertib. Meski adanya perubahan demikian, tidak serta merta tari Zapin Arab Mabok kemudian diminati secara luas. Bahkan ditahun-tahun berikutnya tari Zapin Arab Mabuk semakin tenggelam. Dari kondisi ini penulis akhirnya tertarik mengangkat fenomena tari Zapin Arab Mabuk menjadi materi penelitian. Sebab, disamping keunikannya, sebagai kesenian tradisional tari Zapin Arab Mabuk perlu dilestarikan sebagai kesenian yang masih difungsikan oleh masyarakat Melayu desa Stabat Lama Kecamatan Sei Wampu Kabupaten Langkat. B. Identifikasi Masalah Dari apa yang dapat tergambar dari kondisi latar belakang penelitian, maka ada yang dapat dijadikan catatan untuk diidentifikasi. Identifikasi masalah sengaja penulis munculkan untuk mengenal lebih dekat permasalahan apa yang menjadi materi penelitian. Disamping itu juga dengan memunculkan identifikasi masalah akan dapat mendekati permasalahannya lebih dekat, sehingga penelitian yang akan dilakukan lebih terarah. Permasalahan yang muncul dalam penelitian biasanya sangat beragam. Namun objek suatu penelitian harus mengetahui secara benar masalah yang akan diteliti. Adapun kerangka yang akan dicapai dari adanya
7 identifikasi masalah terhadap materi penelitian adalah sejauh mana peran eksistensi dan perubahan yang terjadi dalam tari Arab Mabuk pada masyarakat Melayu Desa Stabat Lama kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat. Kemudian yang jadi perhatian untuk di identifikasi adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Eksistensi Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat? 2. Bagaimana Bentuk Penyajian Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat? 3. Bagaimana Perubahan yang Terjadi Pada Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat? 4. Bagaimana Fungsi Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat? 5. BagaimanaperananTari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat? C. Pembatasan Masalah Berkaitan dengan penelitian Eksistensi dan Perubahan Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat penulis ingin memberi batasan masalah. Batasan masalah sangat penting dalam suatu kajian penelitian. Berkaitan hal itu Ali (1985:36) menyatakan Untuk kepentingan penelitian karya ilmiah suatu hal yang sangat
8 diperhatikan adalah bahwa penelitian sedapat mungkin tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sangat sempit dan sebaliknya jika mengungkapkan permasalahan yang sempit dapat mengharapkan analisis secara luas dan mendalam. Hal mini diperkuat dengan pendapat Surakhmad (1982:31) yang menyatakan bahwa ; Sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu dipakai sebagai masalah penyelidikan tidak akan pernah jelas batasan-batasan masalah pembatasan ini perlu bukan saja untuk mempermudah atau menyederhanakan masalah bagi penyelidikan akan tetapi juga menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan dalam memecahkan segala sesuatu yang diperlukan dalam memecahkan masalah waktu, ongkos dan lain sebagainya Berdasar pendapat di atas maka penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut ; 1. Bagaimana Eksistensi Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat? 2. Bagaimana Bentuk Penyajian Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat? 3. Bagaimana Perubahan yang Terjadi Pada Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat? D. Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah dan batasan masalah seperti yang telah dikemukakan di atas, diambil hal yang sangat penting dalam penelitian ini yaitu
9 rumusan masalah. Rumusan masalah adalah untuk membatasi masalah penelitian yang telah ditetapkan. Rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut ; Bagaimanakah Eksistensi dan Perubahan Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat. E. Tujuan Penelitian Apapunkegiatan yang dilakukanintinyaadalahtujuan, karenatanpatujuan yang jelasmakaarahkegiatantidakterarah. Ali (2009 : 9) mengemukakanbahwa; kegiatanseseorangdalammerumuskantujuanpenelitiansangatmempengaruhikeber hasilanpenelitian yang dilaksanakan, karenapenelitianpadadasarnyamerupakantitikanakdarititiktuju yang akandicapaiseseorangdalamkegiatan yang dilakukan. Itusebabnyatujuanpenelitianharusmempunyairumusan yang tegas, jelas, operasional. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1. Mendeskripsikan Eksistensi Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat? 2. Mendeskripsikan Bentuk Penyajian Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat?
10 3. Mendeskripsikan Perubahan Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat? F. Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian yang telah ditetapkan akan pula mendatangkan manfaat sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan. Manfaat penelitian juga diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap berbagai kalangan. Baik untuk instansi dan institusi terkait, lembaga-lembaga kesenian formal maupun non formal, maupun kalangan praktisi kesenian di Sumatera Utara. Adapun manfaat penelitian terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1. Menambah wawasan apresiatif terhadap keberadaan tari Zapin tradisional khususnya di kabupaten Langkat. 2. Menambah sarana edukatif terhadap keberadaan tari dan perubahannya. 3. Dapat memberikan wawasan apresiasi bagi para praktisi seni. 4. Menumbuhkan kesadaran untuk memperhatikan dan mengangkat keberadaan tari tradisional yang nyaris punah. 5. Sebagai media informasi terhadap pengetahuan tentang sejarah, bentuk dan perubahannya tari tradisional Sumatera Utara khususnya pada masyarakat Melayu desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat. 6. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan masyarakat umum.
11 7. Menambah sumber kepustakaan, khususnya Prodi Pendidikan Seni Tari Jurusan Sendratasik FBS UNIMED.