BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak terlepas dari konflik-konflik yang dialami masyarakat. Sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Studi Terdahulu. Begitu juga dengan analisis terhadap karya Perempuan Berkalung Sorban.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Bali Purwa (tradisional) dan Kesusastraan Bali Anyar (modern)

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang hidup di tengah-tengah masyarakat, pengarang mendapatkan ide berdasarkan fenomena yang muncul di sekelilingnya. Dengan kata lain, fenomena sosial menjadi dinamika pemikiran pengarang yang diangkat menjadi karya sastra untuk disampaikan berdasarkan sudut pandangnya. Oleh karena itu, karya sastra tercipta dan hadir dipengaruhi oleh kondisi personal pengarang dan realitas sosial dan budaya yang dihadapi oleh pengarang pada kurun waktu tertentu. Pengarang menciptakan strukturisasi sendiri, membangun dunianya sendiri dalam karya sastra, dan memberikan solusi tersendiri terhadap persoalan-persoalan yang terdegradasi di masyarakat. Sastra selalu menghadirkan hidup dan kehidupan dalam masyarakat, semua yang dihadirkan dalam peristiwa sastra dapat terjadi dalam kehidupan nyata, dan kehidupan di luar alam nyata. Namun yang jelas sastra mampu membuat penikmat terkesima dalam peristiwa-peristiwa yang dihadirkan dengan penuh daya sublimasi, interpretasi, asosiasi terhadap berbagai realitas yang ada dalam kehidupan manusia. Penuangan ide dalam suatu karya sastra, dibentuk oleh individu dalam masyarakat yang bermediumkan bahasa. Seorang penulis dalam memaparkan karyanya tidak lepas dari suatu konteks tertentu yang melandasi 1

2 terbentuknya karya tersebut, konteks tersebut meliputi kondisi sosial, budaya, dan lingkungan suatu masyarakat. Sastra menyajikan kehidupan yang sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial meskipun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia (Wellek dan Warren, 1990:109). Bentuk dari sebuah karya sastra dapat diwujudkan dalam puisi, prosa, dan drama. Di antara bentuk-bentuk tersebut, tulisan prosalah yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sastra. Prosa merupakan salah satu jenis sastra yang paling memiliki sifat sosiologis, dan responsif, sebab prosa sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris. Novel merupakan salah satu prosa fiksi yang menyampaikan permasalahan kehidupan masyarakat yang kompleks. Uraian di atas sejalan dengan pernyataan Wahyuningtyas dan Santosa (2011 : 47), bahwa novel adalah produk masyarakat. Novel berada di masyarakat karena novel dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat. Pada umumnya, tema novel-novel karya pengarang perempuan lebih berkisah mengenai pengalaman yang berkisar tentang dirinya sendiri. Faruk (2002:119) menjelaskan munculnya perempuan sastrawan Indonesia tahun 1970- an disebabkan oleh: (1) mereka muncul tepat saat Indonesia terjadi krisis penulisan novel oleh para penulis laki-laki, dan (2) mereka muncul dengan sensibilitas perempuan yang menempatkan sastra modern di antara wilayah publik dan domestik. Novel sebagai salah satu media dalam perjuangan ideologi di tingkat kebudayaan dapat dijadikan sebuah dasar signifikan untuk memahami feminisme melalui tulisan perempuan di Indonesia. Novel karya pengarang

3 perempuan Indonesia diciptakan dengan berbagai tujuan tentang eksistensi perempuan dalam berbagai konteks kultural serta dengan berbagai sudut pandang ideologis tentang wanita dan dunianya. Hal tersebut tampak pada novel-novel karya Abidah El Khalieqy. Abidah El Khalieqy dikenal sebagai penulis yang gencar mengusung tema-tema tentang feminisme dalam novelnya. Salah satu tujuan mengangkat tema feminisme adalah menyamakan kedudukan perempuan dan laki-laki. Selama ini, kehidupan patriarki masih berlaku, sehingga kedudukan perempuan selalu dipandang lebih rendah dari laki-laki. Dalam budaya patriarki, perempuan dianggap sebagai sosok yang lemah dan butuh perlindungan. Adanya hubungan yang seperti ini menimbulkan kerugian bagi kaum perempuan. Oleh karena itu, tema feminisme memang selayaknya diangkat agar perempuan sadar bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memperjuangkan harkat, derajat, dan martabatnya. Selain itu, agar laki-laki juga lebih memahami batasan-batasan untuk memperlakukan perempuan dan juga memahami peran perempuan sebagai mitra. Adanya kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang muncul di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik menjadi bukti bahwa kesadaran tentang kesetaraan gender masih sangatlah rendah. Senada dengan hal di atas, Endraswara (2013: 143), mengungkapkan bahwa sampai sekarang, paham yang sulit dihilangkan adalah terjadinya hegemoni laki-laki terhadap perempuan. Hampir seluruh karya sastra, baik yang dihasilkan oleh penulis laki-laki maupun perempuan, dominasi laki-laki selalu lebih kuat. Figur laki-laki terus menjadi the authority, sehingga mengasumsikan

4 bahwa perempuan adalah impian. Perempuan selalu sebagai the second sex, warga kelas kedua yang selalu tersubordinasi. Perempuan yang dianggap memiliki keterbatasan dari segi fisik dan mental sehingga perempuan sering diremehkan. Perempuan yang dianggap sebagai the second sex menjadikan perempuan selalu mendapatkan ketidakadilan, baik berupa subordinasi, streotype, maupun kekerasan. Novel Mataraisa karya Abidah El Khalieqy yang menjadi objek dalam penelitian ini, merupakan novel yang berlatar belakang kebudayaan Jawa dalam masyarakat modern yang menyajikan sebuah gagasan baru tentang rekonstruksi budaya dan sosial yang melahirkan pandangan, sikap, dan gagasan baru mengenai persoalan kemanusiaan. Melalui tokoh utamanya yang bernama Raisa, wanita tidak lagi digambarkan sebagai kaum kelas dua, melainkan sebagai sosok yang independen dan sejajar kedudukannya dengan pria. Abidah El Khalieqy ingin menunjukkan eksistensi dan kemandirian seorang perempuan melalui tokoh Raisa. Pengarang menampilkan tokoh utama tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem patriarki. Novel Mataraisa yang memunculkan ketidakadilan gender dalam sistem, ideologi, dan struktur yang terjadi di lingkungan sekitarnya berkisah tentang gejolak sosok Raisa, seorang perempuan cerdas yang sensitif dan kritis dalam merespon segala bentuk ketidakadilan di sekelilingnya, termasuk dalam lingkungan keluarganya sendiri. Dalam novel tersebut, Raisa berperan sebagai penulis novel yang menyuarakan dan memperjuangkan keadilan bagi perempuan dengan menyebarkan gagasan kebenaran dan keadilannya itu

5 melalui novelnya. Masalah ketidakadilan gender yang dialami misalnya terdapat subordinasi terhadap tokoh Raisa berupa hujatan oleh para ulama sebagai akibat dari pengarang perempuan yang kritis, adanya stereotip terhadap kaum perempuan yang dikodratkan untuk mengurusi laki-laki, maupun adanya kekerasan emosional berupa perendahan martabat kaum perempuan. Perjuangan tokoh perempuan dalam novel Mataraisa, tampak dalam upaya untuk melawan segenap manifestasi ketidakadilan gender, berupa subordinasi, stereotip, dan kekerasan. Perjuangan yang dilaukan tokoh Raisa berupa argumen spirit persamaan melalui visi novelnya, penolakan kekerasan seksualitas perempuan, serta argumen kebenaran tentang makna perempuan dan laki-laki. Melalui perlawanan tokoh perempuan dalam novel tersebut, dapat dilihat bahwa persoalan dominasi laki-laki atas perempuan bersumber dari persoalan gender, bukan seks. Seks dipahami sebagai pelabelan yang tidak bisa dipertukarkan karena bersifat kodrati, sedangkan gender merupakan konstruksi sosial yang membentuk karakteristik laki-laki dan perempuan di masyarakat. Novel yang membicarakan isu gender seperti yang ada pada novel-novel karya Abidah El Khalieqy, tidak semata membahas ketidakadilan yang terjadi terhadap kaum perempuan. Akan tetapi, isu gender itu juga mengacu pada solusi yang dilakukan oleh kaum perempuan dalam memperjuangkan ketidakadilan yang dialami oleh tokoh perempuan. Winarni (2013:206-207) menjelaskan bahwa, perjuangan gender bermaksud melibatkan semaksimal mungkin perempuan dalam perjuangan bangsa dan harus meniadakan atau mengurangi praktik peminggiran atau merendahkan perempuan sebagai manusia tidak mampu mengerjakan

6 sesuatu. Pandangan tentang gender ini berimplikasi ke berbagai bidang kehidupan, termasuk juga bidang pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga maupun di sekolah. Mataraisa ini mengandung nilai pendidikan yang baik untuk dikaji dan dipahami oleh pembaca. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel tidak hanya tertuju pada masalah-masalah agama, sosial dan moral, tetapi juga mendidik pembaca tentang masalah-masalah kewanitaan. Berlandaskan dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti novel Mataraisa karya Abidah El Khalieqy yang menitik beratkan pada isu gender dalam novel. Penelitian ini akan mengangkat wujud kesetaraan gender yang diperjuangkan oleh tokoh utama, dengan terlebih dahulu melakukan analisis terhadap unsur-unsur pembangun novel. Selanjutnya, hasil dari analisis dan implementasi tersebut akan diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di sekolah, khususnya di tingkat SMP. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perempuan di tengah sistem budaya patriarki yang dikisahkan dalam novel berdasarkan perspektif gender. Gambaran tersebut adalah perjuangan tokoh perempuan dalam menghadapi ketidakadilan gender yang terdapat dalam novel Mataraisa. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian ini yaitu: pertama, kajian gender terhadap novel Mataraisa belum dilakukan oleh peneliti lain di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kedua, novel Mataraisa menyuguhkan berbagai permasalahan gender yang relevan dengan kedaan dewasa ini dan perjuangan demi terwujudnya kesetaraan gender, sehingga hal tersebut menjadi daya tarik dalam penelitian sekaligus dapat menjadi pembelajaran tentang arti penting

7 kesetaraan gender bagi kaum perempuan. Ketiga, novel Mataraisa memiliki struktur cerita yang baik dan menarik, disajikan dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami. Keempat, nilai didaktis maupun pesan-pesan moral yang dapat digunakan dalam mendidik siswa banyak terkandung dalam novel, sehingga dapat menjadi nilai-nilai yang baik dalam pembentukan kepribadian serta dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra. B. Ruang Lingkup Penelitian ini akan mengangkat masalah-masalah sosial yang terdapat dalam novel Mataraisa, terutama pemasalahan gender dalam kehidupan. Sebelum mengkaji lebih dalam tentang permasalahan gender, peneliti akan terlebih dahulu menyampaikan unsur-unsur pembangun novel. Novel tersebut mengungkapkan bagaimana pandangan masyarakat terhadap perempuan dan kedudukan perempuan yang masih harus menggeluti dunia domestiknya. Selain itu, permasalahan kesetaraan gender dalam hubungannya dengan pemahaman dan tafsir agama juga disajikan dalam novel ini. Oleh karena itu, peneliti bertujuan untuk mengungkap ketidakadilan gender yang didapatkan oleh kaum perempuan yang terdapat dalam novel. Berikutnya, adalah perjuangan tokoh utama dalam menghadapi ketidakadilan gender tersebut. Dengan demikian akan diketahui wujud kesetaraan gender yang diperjuangkan oleh tokoh utama tersebut. Kemudian, dari hasil kajian yang diperoleh akan diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMP.

8 C. Fokus Kajian Untuk mencegah ketidakjelasan dan pelebaran masalah juga untuk mengarahkan penelitian ini agar lebih intensif dan efisien dengan tujuan yang ingin dicapai, maka permasalahan yang dikaji harus difokuskan. Fokus kajian penelitian ini sebagai berikut. 1. Struktur novel Mataraisa karya Abidah El Khalieqy. 2. Wujud kesetaraan gender yang terdapat pada novel Mataraisa karya Abidah El Khalieqy. 3. Implementasi hasil penelitian dalam pembelajaran sastra di SMP. D. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan struktur novel Mataraisa karya Abidah El Khalieqy. 2. Mendeskripsikan wujud kesetaraan gender yang terdapat pada novel Mataraisa karya Abidah El Khalieqy. 3. Mendeskripsikan implementasi hasil penelitian dalam pembelajaran sastra di SMP. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Adapun kedua manfaat ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis. Adapun manfaat teoretis tersebut,

9 yaitu penelitian ini mampu memberikan sumber referensi baru bagi ranah kepustakaan penelitian khususnya di bidang sastra, dan menambah pengetahuan tentang analisis karya sastra, terutama analisis novel dengan kajian gender. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa/ Mahasiswa Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wahana pembelajaran apresiasi sastra, khususnya dalam menganalisis karya sastra dengan kajian kesetaraan gender. b. Bagi Guru/ Dosen Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran teori dan apresiasi sastra dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pada mengenai novel ataupun kajian gender. c. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembanding atau referensi bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sastra dengan permasalahan serupa, yaitu mengenai kajian kesetaraan gender. F. Penjelasan Istilah Menghindari terjadinya kesalahan pengertian antara peneliti dengan pembaca mengenai istilah-istilah yang digunakan, peneliti perlu menjelaskan arti istilah yang dipaparkan di bawah ini. 1. Analisis adalah mengurai atau memisahkan bagian-bagian dari

10 keseluruhannya (Nurgiyantoro, 2010: 30). 2. Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural (Sugihastuti, 2007: 10). 3. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2010: 177). 4. Novel adalah karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, suatu yang tidak ada dan sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya di dunia nyata (Nurgiyantoro, 2010: 2). 5. Mataraisa adalah novel karya Abidah El Khalieqy yang diterbitkan oleh Araska Yogyakarta.