BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas dan mampu

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Sardiman

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan masa depan. Demikian halnya dengan Indonesia yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang- undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Menurut Pasal 3 Undang- undang No.20 Tahun 2003 Pendidikan diupayakan untuk mencapai tujuan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab untuk mengembangkan fungsi tersebut, pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagai tercantum dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jabaran tentang proses pembelajaran menurut pp standar pendidikan nasional No 19 Tahun 2005, pasal 19 ayat 1 menyebutkan Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis pendidik. Penyelenggaraan sekolah dasar berpihak pada beberapa peraturan perundang undangan sebagai landasan yuridis penyelenggaraan sekolah dasar, yaitu undang undang dasar 1945, UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dan peraturan pemerintah No.20 tahun 1990 tentang pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. 1

2 Pendidikan bagi sebagian besar orang berani berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya menurut Jean Piaget dalam buku suparno (1997, hlm.114) Pendidikan sebagai pendukung dua sisi, di satu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang, perkembangan ini bersifat klausal. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya disekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan nasional harus mampu menjamin pengetahuan kesempatan pendidikan, peningkatan murni dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Istilah pembelajaran dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang salah satu sudut pandang yang dianggap paling awal menyajikan konsepsi pembelajaran adalah sudut pandang behavioristik berdasarkan pandangan teori ini, pembelajaran sering dikatakan sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa melalui pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, dan sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik sebagai murid. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dikelas, bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberi dorongan kepada siswa bila penyampaiannya menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat.

3 Pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 merupakan pembelajaran berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Pembelajaran yang demikian diawali dengan pembentukan sikap yang baik pada diri siswa. Atas dasar sikap positif dalam belajar ini, selanjutnya siswa beraktivitas melalui mempraktikan keterampilan tertentu yang berhubungan dengan mata pelajaran yang dipelajarinya. Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Dari aspek kualitas, pendidikan kita memang belum bias dikatakan sangat baik dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain dari segi pengajaran. Hasil hasil pengajaran dan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan di SDN 043 Cimuncang masih banyak peserta didik yang nilainya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada Pelestarian hewan dan tumbuhan langka. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan dikelas III SDN 043 Cimuncang adalah 75, tetapi dalam kenyataannya masih ada peserta didik yang nilainya dibawah KKM. Dari 26 Peserta didik hanya 8 orang atau 30% yang tuntas mencapai KKM, dan Peserta didik yang tidak tuntas mencapai KKM adalah 18 orang atau 70%. Hal ini disebabkan karena peserta didik kurang memahami dan kurang mengerti pada subtema pelestarian hewan dan tumbuhan langka dan proses pembelajaran yang cenderung membosankan dan tidak menarik. Beberapa penyebab lainnya adalah masih digunakannya metode ceramah tersebut mengakibatkan peserta didik menjadi tidak aktif pada saat proses pembelajarn, serta mengurangi tingkat kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran, model pembelajaran tidak menarik, kurangnya media yang digunakan saat pembelajaran berlangsung, materi yang diajarkan lebih menekankan pada aspek kognitif saja berupa hafalan dan bukan pengembangan keterampilan berfikir dan sikap peserta didik. Oleh karena itu perlu dikembangkan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik menjadi lebih aktif, proses pembelajaran yang menarik dan

4 menyenangkan sehingga dapat meningkatkan pemahaman perserta didik khususnya meningkatkan pemahaman peserta didik pada subtema pelestarian hewan dan tumbuhan langka. Melalui penggunaan model pembelajaran two stay two stray dapat meingkatkan tanggung jawab serta pemahaman pada subtema pelestarian hewan dan tumbuhan langka. Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengangkat permasalahan tersebut kedalam Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul Meningkatkan Tanggung Jawab Serta Pemahaman Siswa Pada Subtema Pelestarian hewan dan tumbuhan langka Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative learning Two Stay Two Stray (TS-TS) (Penelitian tindakan kelas pada subtema perkembangbiakan dan daur hidup hewan di kelas III sekolah dasar Negeri Cimuncang 043 kota Bandung tahun pembelajaran 2017/2018) B. Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Dari 26 siswa kurang dari setengahnya belum memenuhi nilai KKM 75 2. Siswa kurang memahami materi pada subtema pelestarian hewan dan tumbuhan langka. 3. Siswa kurang mengerti pada materi subtema pelestarian hewan dan tumbuhan langka. 4. Siswa kurang berminat dalam kegiatan belajar mengajar yang disampaikan guru 5. Kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar 6. Siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar C. Perumusan Masalah dan pertanyaan penelitian 1. Rumusan masalah Atas latar belakang diatas maka permasalahan dari penelitian ini adalah Apakah pembelajaran dengan menggunanakan model pembelajaran Cooperative learning Two Stay Two Stray pada subtema pelestarian hewan dan

tumbuhan langka dapat meningkatkan tanggung jawab serta pemahaman siswa di kelas III SDN Cimuncang 043 Kota Bandung? 5 2. Pertanyaan penelitian a. Bagaimana perencanaan pembelajaran subtema pelestarian hewan dan langka dengan model Kooperatif Two stay Two Stray di kelas III SDN Cimuncang 043 Kota Bandung? b. Bagaiamana aktifitas guru dalam pembelajaran subtema pelestarian hewan dan tumbuhn langka dengan model Two stay Two Stray? c. Bagaimana tanggung jawab siswa pada pembelajaran subtema pelestarian hewan dan tumbuhan langka dengan model pembelajaran Two stay Two Stray? d. Bagaimana pemahaman siswa pada pembelajaran subtema pelestarian hewan dan tumbuhan langka dengan model Two Stay Two Stray? D. Pembatasan Masalah Penelitian dibatasi pada hal-hal sebagai berikut : 1. Tanggung jawab yang diteliti dibatasi pada indikator Tanggung jawab. 2. Pemahaman siswa dibatasi pada pemahaman yang mencakup indikator. 3. Model pembelajaran yang diteliti dibatasi pada model pembelajaran Cooperative Learning Two Stay Two Stray. 4. Objek penelitian dibatasi pada siswa kelas III di SDN 043 Cimuncang Kabupaten Bandung tahun ajaran 2017/2018 E. Tujuan Penelitian 1. Secara Umum : Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan tanggung jawab serta pemahanam siswa kelas III SDN 043 Cimuncang dengan model two stay two stray. 2. Secara Khusus :

6 1) Dengan model two stay two stray ingin meningkatkan tanggung jawab materi pelestarian hewan dan tumbuhan langka pada siswa kelas III smt 1 SDN 043 Cimuncang 2) Dengan model two stay two stray ingin meningkatkan pemahaman siswa materi pelestarian hewan dan tumbuhan langka pada siswa kelas III smt 1 SDN 043 Cimuncang 3) Apakah melalui model two stay two stray dapat meningkatkan tanggung jawab pelestarian hewan dan tumbuhan langka pada siswa kelas III smt 1 SDN Cimuncang? 4) Mampukah melalui model two stay two stray dapat meningkatkan pemahaman materi pelestarian hewan dan tumbuhan langka pada siswa kelas III smt 1 SDN 043 Cimuncang sehingga siswa dapat memenuhi nilai KKM? F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa meningkatkan Tanggung jawab serta pemahaman siswa dengan menggunakan model Two Stay Two Stray di kelas III SDN Cimuncang 043 pada subtema pelestarian hewan dan tumbuhan langka Manfaat dari segi kebijakan Memanfaatkan hasil penelitian sebagai wadah untuk lebih mengembangkan pembelajaran cooperative learning sebagai pendukung kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. 2. Manfaat Praktis 1. Bagi Guru

7 a) Sebagai suatu alat pengembangan proses belajar mengajar yang bervariasi untuk pengembangan bahan ajar dan kompetensi siswa, dan b) Sebagai bahan masukan pada para guru khususnya di SDN 043 Cimuncang dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang terstruktural, khususnya dalam pembelajaran yang berupaya meningkatkan tanggung jawab serta pemahaman siswa dengan model two stay two stray. 2. Bagi Siswa a) Menambah Pengetahuan siswa berupa pengalaman ilmiah dalam belajar dengan model two stay two stray, dan b) Meningkatkan aktifitas berfikir kritis dan aktif, serta memberikan umpan balik kepada siswa dalam mengevaluasi pola belajar yang selama ini mereka lakukan. 3. Bagi Sekolah a) Sebagai salah satu bahan kajian dalam pengembangan model pembelajaran, dan b) Sebagai bukti aktifitas akademik dan sebagai pertisipasi aktif sekolah dalam salah satu penelitian ilmiah Sekolah Dasar. 4. Manfaat dari segi isu dan aksi sosial Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan pencerahan pengalaman hidup, yakni mengetahui kemampuan siswa dalam pemahaman materi serta tanggung jawab siswa dalam lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakatnya. G. Definisi Operasional Untuk mengatasi ketidakjelasan makna dan perbedaan pemahaman mengenai istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka istilah tersebut perlu dijelaskan adapun istilah yang diginakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

8 1. Meningkatkan Kata meningkatkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata kerja dengan arti antara lain: 1). Menaikkan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi; memperhebat (produksi dsb); 2). Mengangkat diri; memegahkan diri. Sedang Menurut Moeliono seperti yang dikutip Sawiwati, peningkatan adalah sebuah cara atau usaha yang dilakukan untuk mendapatkan keterampilan atau kemampuan menjadi lebih baik. Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam makna kata meningkatkan tersirat adanya unsur proses yang bertahap, dari tahap terendah, tahap menengah dan tahap akhir atau tahap puncak. Sedangkan meningkatkan atau peningkatan yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah meningkatkan tanggung jawab serta pemahaman siswa yang mendapat nilai rendah, ditingkatkan agar hasil belajarnya lebih tinggi atau memuaskan dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray Pada subtema Perkembangbiakan dan daur hidup hewan. 2. Tanggung jawab Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab disini ialah mengenai suatu kegiatan belajar mengajar dalam subtema perkembangbiakan dan daur hidup hewan di SDN 043 Cimuncang kelas III. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003, hlm. 1139) tanggung jawab mempunyai pengertian adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. 3. Pemahaman Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Zul, Fajri & Senja, 2008, hlm. 607-608) Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya 1) pengertian; pengetahuan yang banyak, 2) pendapat, pikiran,

9 3) aliran; pandangan, 4) mengerti benar (akan); tahu benar 5) pandai dan mengerti benar. Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak. 4. Model Pembelajaran Menurut Slavin (2009), model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaanya. Sedangkan menurut Trianto (2009) model pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya. 5. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dua tinggal dua tamu dikembangkan oleh Kagan (1990). Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Model TS-TS merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab,saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Model ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. Jaromilek dan parker dalam Isjoni (2009) mengatakan pembagian kelompok dalam pembelajaran Cooperative Two Stay Two Stray memperhatikan kemampuan akademis siswa. Guru membuat kelompok yang heterogen dengan alasan memberi kesempatan siswa untuk saling mengajar ( peer tutoring ) dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi ras, etnik, dan gender serta memudahkan pengelolaan kelas karena masing-masing kelompok memiliki siswa yang berkemampuan tinggi, yang dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kelompok. Memperhatikan definisi operasional diatas maka, dimaksud dengan upaya meningkatkan Tanggung Jawab serta pemahaman siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray pada penelitian ini adalah, upaya untuk membuat lebih dalam menyampaikan maksud, hasrat, perasaan,

10 pengeetahuan dan pengalaman dari orang yang satu ke orang yang lain, pada pokoknya prilaku di mana suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan berupaya mempengaruhi prilaku penerima tersebut, serta untuk membuat perubahan yang mengakibatkan siswa berubah dalam sikap dan tingkah laku yang lebih baik dengan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain. H. Sistematika skripsi Bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika skripsi. Latar belakang penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan alasan peneliti melaksanakan penelitian, pentingnya masalah itu untuk diteliti dan pendekatan untuk mengatasi masalah. Identifikasi masalah menjelaskan mengenai penemuan permasalahan yang berhubungan dengan judul penelitian yang ditunjukkan oleh data empirik. Perumusan masalah menjelaskan tentang rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya. Tujuan penelitian menyajikan mengenai hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan, tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat kerja operasional. Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi dunia pendidikan, siswa, guru, sekolah, dan bagi peneliti itu sendiri. Definisi operasional menjelaskan tentang pembatasan dari istilah- istilah yang diberlakukan dalam penelitian serta penyimpulan terhadap pembatasan istilah dalam penelitian yang memperlihatkan makna penelitian sehingga mempermudah peneliti dalam memfokuskan pembahasan masalah. Bab II berisi kajian teori dan kerangka pemikiran. Kajian teori berisi deskripsi teoritis yang memfokuskan kepada hasil kajian atas teori, konsep, kebijakan dan peraturan yang ditunjang oleh hasil penelitian terdahulu. Kerangka pemikiran yang menjelaskan keterkaitan dari variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian. Bab III berisi penjelasan yang rinci mengenai metode penelitian. Metode penelitian menjelaskan rangkaian kegiatan pelaksanaan penelitian. Komponen

11 metode penelitian terdirii dari desain penelitian, subjek dan objek penelitian, pengumpulan data dan instrumen penelitian, teknik analisis data serta prosedur penelitian. Bab IV berisi hasil penelitian dari temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, serta pembahasan temuan penelitian untu menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Bab V berisi tentang simpulan dan saran yang menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Penafsiran kesimpulan dapat dilakukan dengan simpulan butir demi butir atau dengan cara uraian padat. Saran dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, pengguna, atau kepada peneliti berikutnya, dan kepada pemecah masalah di lapangan. Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan dalam penelitian skripsi. Lampiran berisi seluruh dokumen yang digunakan dalam penelitian. Untuk memahami alur pikir dalam penulisan skripsi ini, maka perlu adanya sistematika skripsi yang berfungsi sebagai pedoman penyusunan laporan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: Sistematika Penulisan Skripsi Antara lain : HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah C. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

12 D. Pembatasan masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian G. Definisi Operasional H. Sistematika Skripsi BAB II : Kajian Teori A. Teori dan Konsep (yang mendukung variabel Penelitian) 1. Model Pembelajaraan Cooperative Two Stay Two Stray 2. Tanggung jawab 3. Pemahaman B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu C. Kerangka Pemikiran D. Asumsi dan Hipotesis Tindakan BAB III : METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Desain Penelitian C. Subjek dan Objek Penelitian D. Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian E. Teknik analisis Data F. Prosedur Penelitian BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian B. Pembahasan Temuan Penelitian BAB V : SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13