BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENYADAPAN DATA PRIBADI PENGGUNA INTERNET MELALUI MONITORING AKTIVITAS KOMPUTER DIHUBUNGKAN DENGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NASKAH PUBLIKASI KEDUDUKAN ALAT BUKTI DIGITAL DALAM PEMBUKTIAN CYBER CRIME DI PENGADILAN

JURNAL ILMIAH KENDALA POLDA DIY DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI INTERNET DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

berjalan jauh dan bertatap muka secara langsung. Inilah yang dikenal orang

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. atau tanpa memasang alat atau perangkat tambahan pada jaringan

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

PENERAPAN PASAL-PASAL KUHP ATAU UU ITE DALAM KEJAHATAN CARDING SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hubungan global. Peningkatan teknologi informasi dan telekomunikasi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perubahan hukum baru. Perkembangan teknologi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita Negara Indonesia yang telah dirumuskan para pendiri negara yaitu

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM memberikan. sosialisasi HKI secara sistemik dan continue;

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya.

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR ALGORITMA KRIPTOGRAFI PADA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi suatu masyarakat global (global society). Selanjutnya, global

BAB I PENDAHULUAN. media dan komunikasi misalkan komputer,handphone, facebook, instagram,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

Informasi Elektronik Sebagai Bukti dalam Perkara Pidana

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Kehadiran teknologi telah memberikan nuansa baru bagi kehidupan

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perpustakaan LAFAI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

15 Februari apa isi rpm konten

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kategori kejahatan kemanusiaan (crime of humanity),apalagi

BAB III PENUTUP. 1. Upaya Penegakan Hukum terhadap Cybercrime terkait pembuktian. pembuktian terhadap perkara dibidang cybercrime tidak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NCB Interpol Indonesia - Fenomena Kejahatan Penipuan Internet dalam Kajian Hukum Republik Indonesia Wednesday, 02 January :00

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak terhadap perilaku sosial masyarakat, termasuk juga perkembangan jenis kejahatan di dalamnya. Perdagangan dan interaksi sosial semakin meluas tidak hanya melalui dunia nyata, tetapi juga melaui internet yang disebut dengan istilah dunia maya. Masyarakat Indonesia semakin familiar dengan penggunaan internet yang berawal dari perkembangan teknologi informasi elektronik. Penggunaan teknologi komputer, telekomunikasi, dan informasi tersebut mendorong berkembangnya transaksi melalui internet di dunia. Perusahaanperusahaan berskala dunia semakin banyak memanfaatkan fasilitas internet. Sementara itu tumbuh transaksi-transaksi melalui elektronik atau on-line dari berbagai sektor dalam berbagai kepentingannya. Perkembangan yang pesat dalam pemanfaatan jasa internet juga mengundang terjadinya kejahatan. Cyber crime yang merupakan perkembangan dari computer crime serta seiringnya perkembangan teknologi informasi yang berkaitan dengan transaksi perdagangan di dunia maya, berbagai jenis kejahatan pun timbul dikemudian hari yang berkaitan dengan teknologi internet. Pada awalnya penipuan hanya terjadi di dunia nyata dan pengaturan hukumnya tertulis dalam KUHP serta berbagai peraturan

2 perundang-undangan lainnya. Beberapa tahun belakangan berbagai jenis penipuan berkembang ke dunia maya, termasuk juga di Indonesia. Kecanggihan teknologi komputer telah memberikan kemudahankemudahan, terutama dalam membantu pekerjaan manusia. Perkembangan teknologi komputer menyebabkan munculnya jenis kejahatan-kejahatan baru, yaitu dengan memanfaatkan komputer sebagai modus operandi. Penggunaan komputer untuk tindak pidana ini memiliki karakter tersendiri. Perbuatan atau tindakan, pelaku, alat bukti dalam tindak pidana biasa dapat dengan mudah diidentifikasi namun tidak demikian halnya untuk kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan komputer Begitu luasnya perkembangan kejahatan melalui internet saat sekarang ini harus diimbangi dengan perkembangan perangkat hukumnya agar dapat ditarik dan dirumuskan kedalam peraturan pidananya. Sebagai contoh kasus carding yang paling sering terdengar pada tahun 2000-an awal, sejak bergesernya cara berbelanja dari dunia nyata ke dunia maya, terjadi banyak kontroversi mengenai perumusan tindak pidananya dengan tindak pidana pencurian yang diatur dalam KUHP. Mulai dari perumusan tindak pidananya, pembuktian dan pengakuan alat-alat buktinya dalam KUHAP, hingga pada cara pemeriksaannya dalam proses peradilan. Kerancuan dalam perumusannya saja sudah mengundang banyak perdebatan, ada yang mengatakan bahwa carding masuk dalam kategori penipuan, ada yang mengatakan masuk dalam kategori pencurian dan sebagainya, melihat dari unsur-unsur tindak pidana yang dipenuhinya

3 Penipuan melaui internet juga mengundang perdebatan dan kesulitan bagi aparat hukum dalam menanganinya, berbeda dengan penipuan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 378 KUHP yang berbunyi : Barang siapa dengan maksud menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan mempergunakan sebuah nama susunan kata-kata bohong, menggerakkan seseorang untuk menyerahkan suatu benda, untuk mengadakan perjanjian hutang ataupun untuk meniadakan piutang, karena salah telah melakukan penipuan, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun. Berbicara tentang keterbatasan atau kelemahan hukum pidana yang mengatur tentang cyber crime, maka dibentuklah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, karena KUHP dan KUHAP tidak lagi dapat menjangkau atau mengantisipasi kemungkinan kejahatan yang berkembang dewasa ini. Tentunya dalam penerapan Undang- Undang Informasi dan transaksi Elektronik menghadapi hal-hal yang baru dalam cara pembuktiannya bagi aparat penegak hukum. Untuk mengimbangi perkembangan kejahatan tersebut, maka dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dikembangkan beberapa alat bukti baru yang sebelumnya tidak dikenal dalam KUHAP. Alat bukti yang digunakan dalam penanganan tindak pidana melalui teknologi berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik sesuai Pasal 44, Pasal 1 angka 1 dan angka 4 serta Pasal 5 ayat (1), (2) dan ayat (3). Pada pasal 1 angka 1 berisi bahwa alat bukti yang dapat digunakan untuk penyidikan kasus pidana tersebut

4 merupakan informasi elektronik yaitu, sekumpulan data elektronik, tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, elektronik data interchange (EDI), surat elektronik, telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbol tau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Angka 4 berisi tentang alat bukti berjenis dokumen elektronik, yaitu setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya yang dapat dilihat, ditampilkan dan atau didengar melalui computer atau system elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1, Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dapat disimpulkan bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi adalah ketika terkait dengan penyampaian informasi, komunikasi atau transaksi secara elektronik dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem elektronik. Sistem elektronik adalah sistem komputer dalam arti luas, yang tidak hanya mencakup perangkat keras dan perangkat lunak komputer, tetapi juga mencakup jaringan telekomunikasi dan atau sistem komunikasi

5 elektronik. Perangkat lunak atau program komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi tersebut. Polisi sebagai institusi penegak hukum yang pertama kali berhadapan dengan kejahatan dihadapkan dengan perkembangan kejahatan yang kini merambah ke dunia maya, hal ini tidak dapat semata-mata ditanggulangi Polri tanpa adanya pengembangan keahlian dan kemampuan khusus dalam mengungkapkannya. Beberapa kegiatan dilakukan Polri untuk menambah skill personilnya, seperti misalnya dengan mengadakan pelatihan khusus berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi, melakukan kerjasama dengan Depkominfo dan merubah kurikulum dalam pendidikan kepolisian. Melalui upaya-upaya tersebut diharapkan kemampuan Polri dalam menangani cyber crime dan khususnya dalam mengungkap tindak pidana penipuan melalui internet diharapkan dapat mengimbangi perkembangan kejahatan seiring perkembangan jaman. Berdasarkan hal tersebut, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara langsung tentang KENDALA POLDA DIY DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI INTERNET DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti, yaitu : 1. Apa yang menjadi kendala Polda DIY dalam mengungkap tindak pidana penipuan melalui internet di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Bagaimana cara Polda DIY menghadapi kendala dalam mengungkap tindak pidana penipuan melalui internet di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian hukum ini adalah : 1. Untuk mengetahui kendala Polda DIY dalam mengungkap tindak pidana penipuan melalui internet di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Untuk memperoleh data tentang bagaimana cara Polda DIY menghadapi kendala dalam mengungkap tindak pidana penipuan melalui internet di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Kegunaan Penelitian ini adalah :

7 1. Kegunaan Teoritis, yaitu sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan hukum pidana, khususnya dalam mengungkap tindak pidana penipuan melalui internet di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Kegunaan Praktis, yaitu sebagai bahan acuan dalam membantu kepolisian dalam mengungkap tindak pidana penipuan melalui internet yang semakin marak di Indonesia. E. Keaslian Penelitian Sejauh pengamatan dan sepengetahuan peneliti, belum ada penelitian yang secara khusus menganalisis mengenai Kendala Polda DIY Dalam Mengungkap Tindak Pidana Penipuan Melalui Internet Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga penelitian ini masih asli, merupakan karya peneliti dan bukan merupakan plagiasi ataupun duplikasi dari karya peneliti lain. F. Batasan Konsep 1. Kendala Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu arti kendala adalah halangan / rintangan. 1 2. Polda DIY 1 KBBI Daring, 2008, Kendala, Diakses dari http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, Tanggal akses 21 Februari 2013.

8 Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia pada Pasal 34 Ayat (1) ; Kepolisian Daerah disingkat Polda adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah Provinsi yang berada di bawah Kapolri. Berdasarkan peraturan tersebut, jadi pengertian Kepolisian Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berada di bawah Kapolri. 3. Tindak Pidana Penipuan Pasal 378 KUHP Barang siapa dengan maksud menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan mempergunakan sebuah nama susunan kata-kata bohong, menggerakkan seseorang untuk menyerahkan suatu benda, untuk mengadakan perjanjian hutang ataupun untuk meniadakan piutang, karena salah telah melakukan penipuan, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun. 4. Internet Berdasarkan data dari Wikipedia, Internet (kependekan dari kata interconnection-networking) secara harfiah ialah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar

9 Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. 2 5. Tindak Pidana Penipuan Melalui Internet Istilah yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan disebut juga cyber crime. Cyber crime didefenisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet sebagai media utama dengan kecanggihan computer. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Berdasarkan judul proposal penelitian hukum yang peneliti ajukan, yaitu Kendala Polda DIY Dalam Mengungkap Tindak Pidana Penipuan Melalui Internet Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka jenis penelitian yang dilakukan ialah penelitian hukum normatif, yang pada dasarnya penelitian ini berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai data utamanya. Data sekunder meliputi : 2 Wikipedia, 2013, Internet, Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/internet, Tanggal akses 21 Februari 2013.

10 a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif Indonesia yang berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan obyek penelitian yang sifatnya mengikat, yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana pada Pasal 1 Ayat (1) Pasal 183 dan Pasal 184 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 42 dan Pasal 28 (1). 3. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 34 Ayat (1) dan Ayat (2). 4. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 378. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai Kendala Polda DIY Dalam Mengungkap Tindak Pidana Penipuan Melalui Internet Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti pendapat hukum, buku-buku ilmiah, hasil penelitian ataupun makalah seminar, data dari internet dan hasil wawancara dengan narasumber. c. Bahan Hukum Tertier

11 Bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Studi Kepustakaan Pengumpulan data dalam penelitian hukum ini salah satunya dengan mencari, menemukan dan mempelajari bahan yang berupa buku-buku yang berkaitan dengan obyek penelitian hukum ini untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian hukum ini. b. Wawancara Selain dengan studi kepustakaan, pengumpulan data dalam penelitian hukum ini juga dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada narasumber untuk mengetahui fakta-fakta, informasi maupun pendapat yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian hukum ini. 4. Metode Analisis Data Dalam penelitian hukum normatif digunakan analisis kualitatif, yang maksudnya melakukan analisis dengan menggunakan ukuran kualitatif.

12 Dalam penarikan kesimpulan, proses berpikir/prosedur bernalar digunakan secara deduktif.