BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas agar dapat dimanfaatkan dan digunakan. mempertahankan eksistensi bangsa di era yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan sarana dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN MENGHADAPI PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. keadaan aktif dan berulang yang terjadi pada setiap individu (Salam dkk,

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. mencari data, tidak lepas bahwa data di internet selalu akurat dan up to date.

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Jiwa. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Jawa Tengah.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang mampu menyadari berbagai keadaan aktivitas otak, salah

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Internet singkatan dari Interconected networking yang apabila di artikan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus. dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berlangsung dari minggu ke-1 hingga minggu ke-13, trimester kedua dari

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu kondisi adanya tekanan dalam diri akibat tuntutan yang berasal dari dalam diri maupun lingkungan (Rathus & Nevid, 2002). Menurut data WHO, sebanyak 450 juta penduduk di dunia mengalami gangguan kesehatan akibat stres. Supriyantoro (dalam Kompas, 29 September 2011) menyatakan, bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan depresi dan stress. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa di Jawa Tengah tercatat 608.000 orang mengalami stres data tersebut menunjukkan bahwa stres bersifat universal, yaitu semua orang dapat merasakannya tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Stress dapat terjadi dimanapun dan pada siapapun, juga pada mahasiswa. Mahasiswa dengan kesulitan menyesuaikan diri dapat merupakan stressor tersendiri yang akan menghambat proses belajar mengajar sehingga mempengaruhi proses belajar. Keberhasilan proses belajar mengajar sebagai tujuan utama pendidikan tidaklah semata-mata ditentukan oleh 1

faktor-faktor yang bersifat akademik, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non akademik. Faktor eksternal dapat berupa dukungan maupun hambatan lingkungan, fasilitas, sistem sosial ekonomi, kondisi alam dan lain sebagainya. Adapun faktor internal dapat berupa kondisi kesehatan jasmani maupun kondisi kesehatan psikis atau emosional. Faktor internal memegang peranan yang paling menentukan dalam keberhasilan proses belajar karena kesehatan psikis seorang mahasiswa dapat berubah dengan adanya perubahan lingkungan (Purwanto, 2009). Menurut Wendy Green (2009) faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya adalah faktor psikologis (stres), lingkungan tidur, gaya hidup, kondisi medis, masalah kesehatan mental, kelainan tidur, tindakan pengobatan, obat-obat reaksi. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah stres. Insomnia adalah gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif. Penderita insomnia mengalami ngantuk yang berlebihan di siang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup (Perry & Potter 2006). Menurut Andri, Sp. KJ, psikiater di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang, penelitian terbaru menunjukkan 30-45% orang dewasa di seluruh dunia mengalami insomnia (http//tribunnews.com di akses tanggal 5 Oktober 2014). Penderita insomnia tergolong cukup besar. Berdasarkan data di Amerika kasus insomnia mencapai 25 % hingga 35 % dari populasi untuk insomnia jenis

transient, sedang untuk insomnia kronis mencapai 10 % hingga 15 %. Hasil survei Warwick Medical School dari Inggris terhadap Negara Negara di Afrika dan Asia diperoleh sekitar 150 juta orang dewasa mengalami gangguan tidur. Rata rata 16,6 % kasus insomnia. Angka ini mendekati Negara Negara di barat yaitu sekitar 20% (http//detik.com diakses tanggal 5 Oktober 2014). Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Pada tahun 2011 survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep Foundation dengan melibatkan 1.508 responden, dimana responden dibagi dalam 4 kelompok usia yakni usia 13-18 tahun, 19-29 tahun, 30-45 tahun, 40-64 tahun. Sebagian besar responden mengaku tidak pernah atau jarang tidur pulas pada hari kerja atau sekolah, dengan persentase tertinggi sekitar 51% pada usia 19-29 tahun (Sulistiani.C, 2012). Menurut National Sleep Foundation di Amerika, lebih dari sepertiga (36%) dewasa muda usia 18-29 tahun dilaporkan mengalami kesulitan untuk bangun pagi (dibandingkan dengan 20% pada usia 30-64 tahun dan 9% diatas 65 tahun). Hampir seperempat dewasa muda (22%) sering terlambat masuk kelas atau bekerja karena sulit bangun (dibandingkan dengan 11% pada usia 30-64 tahun dan 5% diatas 64 tahun). Sebesar 40% dewasa muda juga mengeluhkan kantuk saat bekerja sekurangnya 2 hari dalam seminggu atau lebih (dibandingkan dengan 23% pada usia 30-64 tahun dan 19% pada usia diatas 64 tahun) (Sulistiani.C, 2012).

Di Indonesia, menurut Nurmiati Amir, dokter spesialis kejiwaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Insomnia menyerang 10 persen dari total penduduk di Indonesia atau sekitar 28 juta orang. Dari total angka kejadian insomnia itu, 10-15 persennya merupakan gejala insomnia kronis (http://www.tempo.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2014). Seseorang dapat mengalami insomnia transien akibat stres situasional seperti masalah keluarga, kerja atau sekolah, jet lag, penyakit, atau kehilangan orang yang dicintai. Insomnia temporer akibat situasi stres dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup, mungkin disebabkan oleh kekhawatiran, stres, dan kecemasan (Perry & Potter 2006). Belajar merupakan suatu proses biasanya mencakup tiga komponen yaitu input, proses dan output. Input sebagai masukan biasanya terdiri dari mahasiswa, materi perkuliahan, sarana dan fasilitas perkuliahan, dosen, kurikulum, dan manajemen yang berlaku di Perguruan Tinggi tersebut. Sedangkan proses terdiri dari strategi perkuliahan, media instruksional, cara mengajar dosen, dan cara belajar mahasiswa. Output merupakan hasil dari proses belajar yaitu prestasi (Nurhidayah, 2009). Untuk mencapai prestasi belajar mahasiswa sebagaimana yang diharapkan maka perlu diperhatikan beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yang mencakup aspek fisik, misalnya kesehatan organ tubuh,cukup tidur,stres, aspek psikis, misalnya intelektual, emosional, motivasi, dan aspek sosial, misalnya kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Faktor eksternal, misalnya variasi

dan derajat kesulitan materi yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, budaya belajar masyarakat dan sebagainya (Anni, 2004). Sedangkan, Dalyanto (1997) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: 1 Faktor internal mencakup kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar. 2 Faktor eksternal mencakup keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Studi tersebut membuktikan bahwa masalah psikologis,masalah tidur dengan prestasi belajar memiliki kaitan yang cukup erat. Susanto (2013) mengungkapkan bahwa 79,9% mahasiswa Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto mengalami insomnia. Lestarianto (2014) mengungkakan bahwa Sebanyak (58,3%) mahasiswa mengalami stres ringan, (27,1%) mahasiswa mengalami stres sedang, (14,6%) mahasiswa mengalami stres berat. Wawancara awal peneliti lakukan kepada 10 orang mahasiswa S1 Keperawatan, dan didapatkan informasi bahwa 60% mahasiswa keperawatan mempunyai nilai IPK di bawah 2,75 dan 90% mahasiswa keperawatan mengalami tanda tanda stres berupa pikiran kacau,mudah marah, sulit konsentrasi, dan tidak bersemangat. Sedangkan 80% mahasiswa mengalami gangguan tidur seperti sulit tidur jam tidur berkurang atau bertambah bangun terlalu pagi dan mimpi buruk. Yang melatar belakangi karena mengerjakan tugas ataupun skripsi hingga larut malam. Akibat dari minimnya waktu tidur akan mengakibatkan kelelahan, mengantuk, sulit berkonsentrasi, penurunan daya ingat, menurunnya prestasi belajar atau pekerjaan, serta penurunan produktifitas, bahkan dapat menyebabkan kematian karena kecelakaan. Mahasiswa yang mengalami

insomnia sering mengalami penurunan prestasi akademik, hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Puspito pada tahun 2009. Penelitian yang dilakukan di fakultas kedokteran tersebut menyatakan bahwa jika angka insomnia naik maka prestasi belajar akan menurun. Berdasarkan uraian di atas membuat penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang Adakah Hubungan Antara Tingkat Stres Dan Insomnia dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Keperawatan. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah: Adakah Hubungan Antara Tingkat Stres Dan Insomnia Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Keperawatan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dan insomnia dengan Prestasi Belajar pada mahasiswa Keperawatan. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :. a. Mengidentifikasi tingkat stres pada mahasiswa Keperawatan. b. Mengidentifikasi kejadian insomnia pada mahasiswa Keperawatan. c. Mengidentifikasi Prestasi Belajar pada mahasiswa Keperawatan. d. Membuktikan hubungan antara tingkat stres dengan prestasi belajar pada mahasiswa keperawatan.

e. Membuktikan hubungan antara insomnia dengan kejadian prestasi belajar pada mahasiswa keperawatan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa program studi keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. a. Untuk mengetahui dampak dari Stres dan insomnia bagi prestasi belajar. 2. Bagi program studi ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. a. Untuk menambah kepustakaan tentang, stres, insomnia dan Prestasi Belajar. 3. Bagi penulis a. Menambah pengetahuan dan pengalaman terutama yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu tingkat stress dan insomnia pada mahasiswa yang dikaitkan dengan Prestasi Belajar. 4. Bagi peneliti lainnya a. Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan insomnia. E. Penelitian Terkait Penelitian yang terkait dengan judul penelitian diatas diantaranya adalah : 1. Ulumuddin.B. (2011) dengan judul penelitian Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif studi korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro angkatan tahun 2009 dan 2010 dan memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu sebanyak 145 responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik Fisher-Exact.Hasil penelitian ini adalah: 34 responden (23,4%) mengalami stres ringan, 31 (21,4%) responden mengalami stres sedang, 3 responden (2,1%) mengalami stres berat, 1 responden (0,7%) mengalami stres sangat berat, dan 62 responden (42,8%) mengalami insomnia. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. 2. Lestarianto, (2014) Hubungan Antara Internet Addiction Dan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecanduan internet dan tingkat stres dengan insomnia. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian ini mengambil populasi dari mahasiswa prodi keperawatan. Sampel dalam penelitian ini yaitu 612 mahasiswa prodi keperawatan yang dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu incidental sampling. Metode penelitian menggunakan desain deskriptif analitik

dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Dengan hasil penelitian: Angka kejadian internet addiction pada mahasiswa keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yaitu sebanyak (72,9%) mengalami internet addiction. Sebanyak (58,3%) mahasiswa mengalami stres ringan, (27,1%) mahasiswa mengalami stres sedang, (14,6%) mahasiswa mengalami stres berat. sebanyak (41,7%) mahasiswa mengalami insomnia ringan, (52,1%) mahasiswa mengalami insomnia sedang, (6,2%) mahasiswa mengalami insomnia berat. Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 3. Susanto.J. (2013) meneliti tentang Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa S1 Keperawatan Angkatan 2009 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Metode penelitian menggunakan desain deskriptif studi korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto angkatan 2009 dan memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu sebanyak 117 responden. Dengan hasil penelitian : 28 responden (23,9%) mengalami stres ringan, 72 responden (61,5%) mengalami stres sedang, 17 responden (14,5%) mengalami stres berat, 90 responden (76,9%) mengalami insomnia. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto.