KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DI TAMAN NASIONAL SEBANGAU, KALIMANTAN TENGAH. (Diversity of Mammals in Sebangau National Park, Central Kalimantan)

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM INVENTARISASI POTENSI KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DI RESORT HABARING HURUNG, TAMAN NASIONAL SEBANGAU,

PENYUSUNAN INDEKS KINERJA POLISI KEHUTANAN BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG, SULAWESI SELATAN

STUDI KEANEKARAGAMAN MAMALIA PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI STASIUN PENELITIAN PONDOK AMBUNG TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING KALIMANTAN TENGAH

POTENSI KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DALAM RANGKA MENUNJANG PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

HARNIOS ARIEF 1. Diterima 29 Juli 2010/Disetujui 7 Oktober 2010 ABSTRACT

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEANEKARAGAMAN MAMALIA DI PEGUNUNGAN SCHWANER, KALIMANTAN BARAT BIDANG KEGIATAN: PKM AI.

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGARUH KEBERADAAN AKTIVITAS KAWAH RATU TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Inventarisasi spesies mamalia di Hutan Konservasi Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Solok Selatan, Sumatera Barat

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

OWA KELAWAT (Hylobates muelleri) SEBAGAI OBYEK WISATA PRIMATA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

Inventarisasi Mamalia di Hutan Harapan Sumatera Selatan. An inventory of mammalian species at The Harapan Rainforest, South Sumatera

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KELIMPAHAN JENIS MAMALIA MENGGUNAKAN KAMERA JEBAKAN DI RESORT GUNUNG BOTOL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN MAMALIA DI DESA NIPAH PANJANG KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

BAB IV METODE PENELITIAN

HARNIOS ARIEF 1) Institut Pertanian Bogor. Diterima 8 Juni 2011/Disetujui 27 Juli 2011 ABSTRACT

LAPORAN KEGIATAN INVENTARISASI DAN MONITORING KEANEKARAGAMAN MAMALIA HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

Analisis Populasi Kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

KEANEKARAGAMAN JENIS TUPAI (TUPAIIDAE) DI DALAM KAWASAN HUTAN TEMBAWANG DESA SOMPAK KECAMATAN SOMPAK KABUPATEN LANDAK

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:

KEANAKARAGAMAN JENIS DAN PENYEBARAN MAMALIA DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR. Species Diversity and Distribution of Mammals in IPB Dramaga Campus, Bogor

STRUKTUR VEGETASI DAN KOMPOSISI JENIS PADA HUTAN RAWA GAMBUT DI RESORT HABARING HURUNG, TAMAN NASIONAL SEBANGAU, KALIMANTAN TENGAH

KEANEKARAGAMAN JENIS PRIMATA DIURNAL DI DALAM AREAL IUPHHK-HT PT. BINA SILVA NUSA KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

HARNIOS ARIEF 1) Bagian Manajemen Kawasan Konservasi, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

BAB III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 19/Menhut-II/2010 TENTANG PENGGOLONGAN DAN TATA CARA PENETAPAN JUMLAH SATWA BURU

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

Inventarisasi Jenis-jenis Mamalia di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas dengan Menggunakan Camera Trap

STATUS POPULASI DAN KONSERVASI SATWALIAR MAMALIA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, JAWA BARAT*)

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

Jenis Satwa Liar dan Pemanfaatnya Di Pasar Beriman, Kota Tomohon, Sulawesi Utara

: Inventory, Population density, diversity, dominance

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

I.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai: 1. Kondisi habitat mamalia di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

2 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik I

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Morfologi Umum Primata

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. benua dan dua samudera mendorong terciptanya kekayaan alam yang luar biasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM. Edy Hendras Wahyono

II. TINJAUAN PUSTAKA. Distribusi populasi babi hutan meliputi benua Eropa, Afrika Utara, Mediterania

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara)

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

BERSAMA LESTARIKAN NUSANTARA

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

Laporan Survei Lutung Merah (Presbytis rubicunda) dan Owa-owa (Hylobates meulleri) Di Hutan Lindung Sungai Wain

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

Jenis - Jenis Mamalia Di Koto Baru Nagari Paninggahan Kabupaten Solok Sumatera Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

PENGENALAN KUCING CONGKOK (Prionailurus bengalensis) BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA di TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (TNWK)

BAB III METODE PENELITIAN

KELIMPAHAN JENIS MAMALIA MENGGUNAKAN KAMERA JEBAKAN DI RESORT GUNUNG BOTOL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK AGUS SETIAWAN

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

BAB I PENDAHULUAN. Perburuan satwa liar merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DI TAMAN NASIONAL SEBANGAU, KALIMANTAN TENGAH (Diversity of Mammals in Sebangau National Park, Central Kalimantan) ABDUL HARIS MUSTARI 1), HADI SURONO 2), DIENA NURUL FATIMAH 3), AGUS SETIAWAN 4) DAN RIEMA FEBRIA 5) 1) Bagian Ekologi dan Manajemen Satwaliar, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga Bogor 16680 Bogor; E-mail: haris.anoa@yahoo.com 2,3,4,5) Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga Bogor 16680 Bogor. Diterima 15 September 2010/Disetujui 9 November 2010 ABSTRACT Sebangau National Park located in central Kalimantan is the largest peat swamp ecosystem on the island. The national park is habitat of many wildlife species that have been adapted with the unique yet fragile ecosystem, peat swamp forest. Mammals species plays important role in ecosystem especially for forest regeneration; the animals are agents for seeds distribution and keep the forest healty and ecologically function. This study aimed to reveal mammals biodiversity in the national park, that was conducted in August 2010. A total of 46 species of mammals recorded during the study, and 37 of the species encountered have been protected by Indonesian Government Regulation No.7 of 1999, and are listed as endangered species by the IUCN such as orang utan and gibbon. Keywords: mammals, diversity, Sebangau National Park. PENDAHULUAN Mamalia merupakan salah satu kelas dalam kerajaan Animalia yang memiliki beberapa keistimewaan baik dalam hal fisiologi maupun susunan saraf dan tingkat intelegensianya sehingga taksa ini memiliki sebaran hidup yang luas. Salah satu sebaran mamalia terbanyak di dunia terdapat di Indonesia. Kekayaan jenis mamalia di Indonesia mencapai 515 jenis dan 36% diantaranya endemik Indonesia. Dari bangsa primata, terdapat 36 jenis dan 18% diantaranya endemik Indonesia. Kekayaan jenis mamalia di pulau-pulau besar seperti Kalimantan lebih besar daripada pulau-pulau kecil lainnya. Hal ini sejalan dengan teori biogeografi pulau yang menyatakan bahwa jumlah spesies yang terdapat di suatu pulau akan ditentukan oleh luas pulau dan angka imbang antara kepunahan lokal dan migrasi. Saat ini Kalimantan memiliki 222 jenis mamalia dan 44 jenis diantaranya endemik. Jenis primata endemik diantaranya adalah orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), owa-owa (Hylobates agilis), dan bekantan (Nasalis larvatus). Salah satu lokasi yang masih mendukung keberadaan primata tersebut adalah Taman Nasional Sebangau. Taman Nasional Sebangau (TNS) memiliki luas kawasan 568.700 hektar, terletak di antara Sungai Sebangau dan Sungai Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. TNS memiliki ekosistem gambut terluas di Indonesia yang di dalamnya terdapat keanekaragaman jenis flora dan fauna. Namun, saat ini banyak terjadi kerusakan yang akan berdampak buruk terhadap keberlangsungan hidup mamalia khususnya mamalia penting yang terdapat di dalam TNS. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan inventarisasi kekayaan jenis mamalia dan kebijakan mengenai konservasi mamalia khususnya mamalia penting tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis mamalia yang terdapat di Taman Nasional Sebangau dan status perlindungannya. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Resort Habaring Hurung, Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 7-14 Agustus 2010. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah binokuler, kompas, meteran, kamera, GPS, drywet thermometer, senter, live trap, Buku Panduan Lapangan Pengenal Jenis-jenis Mamalia oleh Payne et al. (2000) dan Buku Panduan Lapang Primata Indonesia oleh Supriatna dan Wahyono (2000), plastik, dan tali rafia. Bahan yang digunakan adalah alkohol. Data yang dikumpulkan yaitu jenis dan jumlah individu jenis mamalia meliputi penyebaran, waktu perjumpaan, azimuth, jarak satwa yang ditemukan dengan jalur pengamatan, aktivitas dan penggunaan habitat. Metode yang digunakan di lapangan yaitu sampling dengan metode jalur transek (strip transect) menggunakan garis lurus dan lebar jalur sebagai batas. Panjang jalur yang digunakan adalah 1 km dengan lebar kanan dan kiri, sehingga model dari metode ini berbentuk persegi panjang (Gambar 1). Jumlah jalur pengamatan sebanyak 8 jalur. 115

Keanekaragaman Jenis Mamalia di Taman Nasional Sebangau T o P1 S 1 S2 Arah lintasan T Gambar 1. Inventarisasi mamalia dengan metode jalur. Keterangan : To = titik awal jalur pengamatan, Ta = titik akhir jalur pengamatan, P = posisi pengamat, r = jarak antara pengamat dengan tempat terdeteksinya satwa liar, S = posisi satwa liar. Selain itu, metode lain yang digunakan adalah motode wawancara. Wawancara dilakukan pada warga sekitar kawasan yang aktivitas kesehariannya berada di dalam kawasan. Kondisi Habitat HASIL DAN PEMBAHASAN Kawasan hutan yang termasuk ke dalam Resort Habaring Hurung memiliki tipe vegetasi hutan rawa gambut sekunder dengan tegakan yang cukup baik. Tegakan di lokasi ini terdiri dari beberapa jenis pohon dominan yaitu jambu-jambuan (Syzygium sp.), terepis (Polyalthia glauca), mendarahan (Myristica iners), pantung (Dyera polyphylla), hangkang (Palaquium leiocarpum), kempas (Koompasia malaccensis), nyatoh (Palaquium sp.), meranti bunga (Shorea parvifolia), meranti batu (Shorea teysmannian), renghas (Gluta renghas), pelawan putih (Tristaniopsis whitheana), bintangur (Palaquium rostratum), dan pona (Tetramerista glabra). Selain pohon-pohon tersebut, terdapat juga pohon yang menjadi pakan satwa yaitu kapur naga (Calophyllum inophyllum), hangkang (Palaquium leiocarpum) dan pona (Tetramerista glabra). Selain kondisi pakan yang melimpah, terdapat pula air minum yang cukup yang dapat dikonsumsi oleh satwa. Kondisi hutan ini masih cukup baik sebagai habitat satwa karena banyak dijumpai sarang atau tempat berlindung (cover) satwa. Kondisi tanah gambut tertutupi oleh serasah dan kayu lapuk. Terdapat jalan sarad yang memudahkan masyarakat untuk mengakses hutan. Selain itu kondisi habitat berupa tegakan yang didominasi oleh pohon pada tingkat permudaan semai dan pancang yang sangat rapat. Keadaan topografi lokasi relatif datar dengan rata-rata ketinggitan 47 m dpl. Suhu rata-rata di Habaring Hurung mencapai 37 C. Suhu tersebut merupakan suhu panas, berarti satwa memerlukan adaptasi yang berbeda dengan kondisi yang lainnya. kelembaban udara mencapai 53%. Keanekaragaman Jenis Hasil penelitian baik dari hasil observasi lapang maupun wawancara dengan masyarakat teridentifikasi 46 jenis mamalia di kawasan hutan Resort Hanbaring Huru Taman Nasional Sebangau (Tabel 1). Beberapa jenis mamalia tersebut teridentifikasi di satu tipe habitat, yaitu hutan rawa gambut sekunder. Dari 46 jenis mamalia yang teridentifikasi tersebut, diketahui bahwa mamalia yang ditemukan secara langsung berjumlah 10 jenis, hasil observasi jejak ditemukan 4 jenis mamalia, sedangkan dari hasil wawancara dapat diidentifikasi sebanyak 32 jenis mamalia. Jenis mamalia yang ditemukan secara langsung dan jejak jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan hasil wawancara. Banyaknya aktivitas manusia yang terjadi di kawasan tersebut diduga berpengaruh terhadap keberadaan dna/atau aktivitas satwa di kawasan itu, sehingga satwa menjadi tidak mudah ditemukan secara langsung. Ditinjau dari status perlindungannya, maka sebagian besar dari jenis-jenis mamalia tersebut termasuk ke dalam satwa yang dilindungi baik menurut IUCN, CITES maupun Peraturan Pemerintah RI No 7 Tahun 1999 seperti ditunjukkan pada Tabel 1. 116

Tabel 1. Keanekaragaman jenis dan status perlindungan mamalia di Resort Habaring Hurung Taman Nasional Sebangau Status Pelindungan No. Famili Jenis Mamalia Nama Latin PP No. IUCN CITES 7/1999 Tupaiidae Tupai tanah Tupaia tana LC APP II - Tupaiidae Tupai Indah Tupai splendidula LC APP II - Tupaiidae Tupai ramping Tupaia gracilis LC APP II - Tupaiidae Tupai kecil Tupaia minor LC APP II - Tupaiidae Tupai akar Tupaia glis LC APP II - Tupaiidae Tupai ekor kecil Dendrogle melanura - - - Bajing Kelapa Callosiciurus notatus - - - Bajing Ekor Pendek Sundasciurus lowii LC - - Bajing tiga warna Callosciurus prevostii LC - - Bajing tanah bergaris tiga Lariscus insignis LC - Bajing Kinabalu Callosciurus baluensis LC - - Bajing tanah moncong runcing Rhinosciurus laticaudatus NT - - Bajing kerdil dataran rendah Exilisciurus exilis DD - - Jelarang bilarang Ratufa affinis NT APP II - Muridae Tikus Belukar LC - - Muridae Nyingnying besar Chiropodomys major DD - - Erinaceidae Cucurut Babi Hylomys suillus LC - - Soricidae Munggis Hitam Suncus ater DD - - Hystricidae Landak Raya Hystrix branchyura - - Molossidae Kalong Besar Pteropus vampyrus NT APP II - Molossidae Kalong kecil Pteropus hypomelanus LC APP II - Kerivoulinae Lenawai coklat terawang Kerivoula hardwichii - - - Cynochepalidae Kubung Malaya Cynochepalus variegatus - - - Manidae Trenggiling Manis javanica EN APP II Felidae Kucing kuwuk Felis bengalensis LC APP I Felidae Macan dahan Neofelis nebulosa VU APP I Ursidae Beruang Madu Helarctos malayanus VU APP I Viverridae Linsang Linsang Prionodon linsang LC APP III Mustelidae Teledu Sigung Mydaus javanensis LC - Mustelidae Paradoxurus Musang Luwak hermaphroditus - - - Mustelidae Tenggalung Malaya Vivera tangalunga - - - Mustelidae Binturong Arctictis binturong VU APP III Mustelidae Sero ambrang Aonyx (Amblonyx) dinerea - - - Tragulidae Pelanduk Kancil Tragulus javanicus DD - 35. Tragulidae Pelanduk Napu Tragulus napu LC - 117

Keanekaragaman Jenis Mamalia di Taman Nasional Sebangau No. Famili Jenis Mamalia Nama Latin Status Pelindungan PP No. IUCN CITES 7/1999 Suidae Babi berjenggot Sus barbatus VU - - Cervidae Kijang kuning Muntiacus atherodes LC - - Cervidae Rusa sambar Cervus unicolor VU - - Tarsidae Krabuku ingkat Tarsius bancanus VU APP II Lorisidae Kukang Nycticebus coucang VU APP I Cerchopitechidae Monyet Ekor Panjang Macaca fascicularis LC APP II - Cerchopitechidae Lutung merah Presbytis rubicunda LC APP II - Cerchopitechidae Monyet Beruk Macaca nemestrina VU APP II - Cerchopitechidae Lutung kelabu Presbytis cristata - - - Hylobatidae Owa-owa Hylobates agilis EN APP I Pongidae Orangutan Kalimantan Pongo pygmaeus EN APP I Keterangan : NT = Near Threatened, LC = Least Concern, DD = Data Deficien, VU = Vulnerable, EN = Endangered. Nilai kekayaan jenis merupakan suatu nilai yang menunjukkan banyaknya keberadaaan jenis mamalia dalam area pengamatan tersebut. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, nilai kekayaan jenis Taman Nasional Sebangau Resort Habaring Hurung adalah 9,81. Semakin tinggi nilai kekayaan jenis di suatu tempat, maka kekayaan biodiversiti pada tempat itu menunjukkan nilai yang tinggi. Namun, populasi yang ditemukan masih sangat minim. Hal ini dikarenakan banyaknya aktivitas manusia yang dapat mengganggu kesejahteraan satwa (Alikodra 2002). Selain itu, nilai kekayaan jenis juga dipengaruhi oleh ancaman kerusakan habitat yang dilakukan oleh masyarakat sekitar akibat dari perburuan dan penebangan pohon. Keanekaragaman jenis merupakan suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas (Soegianto 1994). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman mencapai nilai 3,12 atau termasuk kategori cukup tinggi sebagaimana pernyataan Shanon-Wiener bahwa nilai indeks >3 merupakan keanekaragaman jenis cukup tinggi. Hal ini, akan menciptakan ekosistem yang stabil (Ludwig dan Reynold 1998). Keadaan ekosistem stabil akan berdampak positif karena transfer energi dan materi dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, perlu adanya pengelolaan habitat yang lestari untuk menjaga kestabilan lingkungan. Menurut Alikodra (2010) pengelolaan habitat dapat dilakukan dengan mengatur produktivitas makanan, sumber-sumber air, sumbersumber garam mineral, tempat-tempat berlindung satwa, mencegah terjadinya pencemaran, serta mencegah kerusakan yang diakibatkan faktor lain. Keberadaan jenis mamalia yang cukup tinggi akan mendorong terciptanya kestabilan lingkungan. Dengan luasan Resort Habaring Hurung yang cukup luas yakni kurang lebih 17.000 ha, perlu pengelolaan yang cukup intensif. Dilihat dari kelompok Famili, maka hasil identifikasi jenis mamalia tersebut di atas termasuk ke dalam 22 Famili, yang didominasi oleh Famili yakni 8 jenis mamalia. merupakan mamalia dari tingkat ordo Rodentia (pengerat). Rodentia saat ini tidak hanya dikenal sebagai hama, namun juga dapat berfungsi sebangai penyeimbang ekosistem. Selain nilai kekayaan dan keanekaragaman jenis, nilai kemerataan juga perlu diperhitungkan. Nilai indeks kemeratan merupakan ukuran keseimbangan ke arah suatu komunitas satu dengan yang lainnya. Nilai ini dipengaruhi oleh jumlah jenis yang terdapat dalam suatu komunitas (Ludwig & Reynolds, 1988). Semakin tinggi nilai keanekaragaman jenis di suatu habitat maka keseimbangan komunitasnya juga akan semakin tinggi. Hasil penelitian ini diketahui bahwa nilai kemerataan jenis bernilai 0,81. Hal ini menunjukkan bahwa kemerataan jenis mamalia di Resort Habaring Hurung tidak merata. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi habitat, seperti ketersediaan pakan yang kurang merata, air minum yang kurang sesuai, disamping faktor ganguan pada tempat berlindung atau cover (Tilson 1994). Kelimpahan Relatif Kelimpahan relatif suatu jenis dapat menunjukkan dominansi jenis tersebut pada suatu habitat. Kelimpahan ini menujukkan banyaknya jumlah suatu jenis disban- 118

dingkan jumlah individu dari jenis lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah individu yang melimpah yakni bajing kelapa dengan nilai 24,49%. Secara umum diketahui bahwa kondisi kelimpahan suatu jenis di suatu habitat dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya faktor kesesuaian habitat terhadap semua jenis, keberhasilan dalam menerapkan strategi adaptasi, dan toleransi terhadap gangguan. Status Perlindungan Dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati, Indonesia telah meratifikasi lima konvensi terkait keanekaragaman hayati. Kelima konvensi tersebut mencakup: Konvensi RAMSAR, CITES, Konvensi Keanekaragaman Hayati, Protocol Kyoto, dan Konvensi Bio-safety (Noerdjito et al. 2005). Disamping itu, pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa peraturan perundang-undangan dalam mendukung upaya konservasi sumberdaya alam dan kehutanan. Sebagaimana disebutkan di atas, ternyata diketahui bahwa hampir semua jenis mamalia yang terdapat di Taman Nasional Sebangau Resort Habaring Hurung termasuk dalam kategori jenis-jenis satwa dilindungi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dari 46 jenis mamalia yang teridentifikasi tersebut, terdapat 37 jenis mamalia termasuk dalam daftar jenis mamalia yang telah dilindungi oleh IUCN dengan kategori berturut-turut 3 jenis mamalia berstatus genting (endangered) dan mendekati terancam (near threatened), 19 jenis mamalia berstatus mendekati terancam (near threatened), 9 jenis mamalia berstatus rawan (vulnerable) dan 4 jenis mamalia bestatus data belum lengkap (data deficient). Selain itu terdapat 21 jenis mamalia yang dilindungi menurut CITES, masingmasing 5 jenis mamalia masuk kategori Appendix I, 14 jenis mamalia masuk Appendix II dan 2 jenis mamalia masuk Appendix III. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, terdapat 16 jenis mamalia yang dilindungi, yakni bajing tanah bergaris tiga (Lariscus insignis), landak raya (Hystrix branchyura), trenggiling (Manis javanica), linsang linsang (Prionodon linsang), beruang madu (Helarctos malayanus), teledu sigung (Mydaus javanensis), binturong (Arctictis binturong), kucing kuwuk (Felis bengalensis), macan dahan (Neofelis nebulosa), pelanduk kancil (Tragulus javanicus), pelanduk napu (Tragulus napu), rusa sambar (Cervus unicolor), krabuku ingkat (Tarsius bancanus), kukang (Nycticebus coucang), owa ungko (Hylobates agilis), orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). KESIMPULAN Keanekaragaman jenis mamalia di Taman Nasional Sebangau Resort Habaring Hurung terlihat dari teridentifikasinya 46 Spesies yang terdiri dari 22 famili yang dapat diidentifikasi. Dari 46 jenis mamalia yang teridentifikasi keberadaannya, terdapat 37 jenis mamalia yang termasuk dalam daftar jenis mamalia yang telah dilindungi baik oleh IUCN. Dari 37 jenis mamalia yang tercantum dalam IUCN tersebut, terdapat 3 jenis mamalia berstatus genting (endangered) dan 3 mendekati terancam (near threatened), 19 jenis mamalia berstatus tidak terperhatikan (least consern), 8 jenis mamalia berstatus rawan (vulnerable), dan 4 jenis mamalia bestatus data belum lengkap (Data Deficient).Selain itu, terdapat 5 spesis tergolong Appendix I, 14 spesies Appendix II, dan 2 spesies Appendix III CITES. Sedangkan menurut PP No. 7 Tahun 1999 terdapat 16 spesies yang dilindungi. DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan. Alikodra HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bogor: IPB Press. CITES. 2000. Summary of The Status of Wild Populations of Species Listed on CITES Appendix I and The Difficulty of Keeping or Breeding Specimens of These Species in Captivity. http://www.cites.org/common/com/ac/ 16/E16-Inf- 15.pdf. [18 Februari 2010]. Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. New York: John Wilwy and Sons. Noerdjito M, Maryanto I, Prijono SN, Waluyo EB, Ubaidillah R, Mumpuni, jakrawidjaja AH, Marwoto RM, Heryanto, Noerdjito WA dan Wiriadinata H. 2005. Kriteria Jenis Hayati yang Harus Dilindungi oleh dan Untuk Masyarakat Indonesia. Bogor: Pusat Penelitian Biologi-LIPI dan World Agroforestry Centre-ICRAF. Payne J, Francis CM, Philips K, Kartikasari SN. 2000. Panduan Lapang Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak, Brunei Darussalam. Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuntitatif : Metode Analisa Populasi dan Komunitas. Surabaya: Usaha Nasional. Supriatna J, dan Wahyono EH. 2000. Panduan Lapang Primata Indonesia. Yayasan obor Indonesia. Jakarta. Tilson R. 1994. Population Biology and Analysis for Sumatran Tigers. In Sumatran Tiger Population and Habitat Viability Analysis Report eds, Departemen Kehutanan. 2003. 119