BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, setiap kegiatan industri menghasilkan suatu permasalahan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh industri pertambangan batu bara adalah air asam tambang (AAT). AAT merupakan hasil dari oksidasi batuan yang mengandung pirit (FeS 2 ) dan mineral sulfida lainnya yang terdapat pada batu bara dan terpapar oleh oksigen dengan kehadiran air (Elberling et al., 2003). Kegiatan pertambangan seperti pengupasan lapisan penutup (overburden) dan penggalian batu bara mempercepat proses terbentuknya AAT karena kegiatan tersebut meningkatkan terpajannya mineral sulfida oleh udara, air, dan mikroorganisme (Simate & Ndlovu, 2014). AAT memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan sering ditandai dengan nilai ph yang rendah di bawah 5 (Gautama, 2012). Selain itu, AAT tersebut akan mengikis tanah dan batuan yang mengakibatkan larutnya berbagai logam seperti besi (Fe), kadmium (Cd), mangan (Mn), dan seng (Zn). Oleh karena itu, selain memiliki ph yang rendah, AAT juga mengandung logam-logam dengan konsentrasi tinggi sehingga dapat berakibat buruk pada kesehatan lingkungan maupun manusia (Santosa, 2006). Menurunnya kualitas air tersebut, terutama jika dialirkan ke sungai secara langsung, akan berdampak pada biota yang ada di perairan dan masyarakat yang tinggal sekitar daerah aliran sungai. Dampak kesehatan bagi masyarakat yang menggunakan air yang tercemar AAT adalah timbulnya penyakit seperti iritasi kulit dan gangguan sistem pencernaan akibat dari keasaman air dan logam yang ada di dalamnya (Widowati dkk., 2008). Berbagai kasus akibat AAT terjadi di Indonesia. Hasil penelitian Riza dkk. (2012) juga menunjukkan bahwa perairan anak-anak Sungai Singingi yang merupakan badan air penampung limbah pertambangan batu bara dinyatakan tercemar sedang dan tercemar berat. Dilihat berdasarkan nilai kualitas air terukur yang dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, parameter
yang melebihi nilai ambang batas adalah TSS, DO, ph, BOD 5 dan COD. Begitu juga hasil penelitian Kaharapenni (2014) menunjukkan bahwa Sungai Patangkep tercemar karena mengandung unsur logam berat seperti besi 3,10 mg/l dan mangan 3,815 mg/l serta adanya unsur mineral sulfida yaitu asam sulfat 390,61 mg/l yang melebihi nilai ambang batas yang sudah ditentukan. Hal ini terjadi karena air yang berasal dari dalam pit pertambangan batu bara tidak dilakukan penanganan secara optimal sebelum dibuang ke badan sungai sehingga menimbulkan pencemaran terhadap kualitas air. Kontaminasi terhadap air tanah dan air permukaan tersebut disebabkan oleh kesalahan dalam pemantauan, pengumpulan, dan pengolahan AAT sehingga berdampak kepada ekosistem, manusia, dan struktur bangunan (MEND Program, 1997). Untuk mencegah terjadinya dampak, salah satunya dampak kesehatan akibat pencemaran limbah pertambangan batu bara, pemerintah mewajibkan setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan melakukan pengolahan air limbah yang berasal dari kegiatan penambangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan pengolahan/ pencucian batu bara melalui kolam pengendapan (pond) (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003). Pemerintah juga telah menetapkan baku mutu lingkungan cair tambang batu bara melalui Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 8 Tahun 2012 dengan parameter yang diamati adalah angka ph 6-9, residu tersuspensi 300 mg/l, besi (Fe) total 7 mg/l, mangan (Mn) 4 mg/l. Oleh karena itu, prinsip utama pengelolaan asam tambang adalah sedapat mungkin mencegah terbentuknya air asam tambang atau disebut dengan upaya preventif (Gautama, 2012). Pengolahan air asam tambang pada umumnya digolongkan menjadi dua yaitu pengolahan aktif (active treatment) dan pengolahan pasif (passive treatment) (Johnson & Hallberg, 2005) Salah satu kontraktor pertambangan batu bara yang berusaha melakukan pengelolaan limbah air asam tambang batu bara secara baik adalah PT Pamapersada Nusantara. Pertambangan ini memiliki salah satu situs operasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Dalam kewajiban mengelola lingkungan, karena PT Pamapersada Nusantara merupakan kontraktor tambang batu bara, maka sistem pengelolaan lingkungan tertuang dalam kontrak dengan owner. PT Pamapersada Nusantara juga memiliki pedoman internal dalam mengelola lingkungan, tertuang dalam Kebijakan K3LH, terdapat pada poin lingkungan hidup yaitu salah satunya memastikan semua dampak terhadap lingkungan dikelola dengan efektif. Oleh karena itu, PT Pamapersada Nusantara berusaha mengelola limbah AAT dengan baik. Hasil survei peneliti yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2014, PT Pamapersada Nusantara telah melakukan pengolahan limbah air asam tambang yang bersumber dari sump (kolam penampung yang terletak di dasar penggalian) dialirkan ke masing-masing IPAL atau disebut juga Kolam Pengendap Lumpur (KPL) dan melakukan pemberian kapur tohor sebagai upaya penetralisasian keasaman limbah. Data pemantauan oleh bagian Safety, Health, and Environmental (SHE) pada tahun 2014 menunjukkan bahwa semua parameter (TSS, ph, Fe, dan Mn) telah memenuhi baku mutu. Data BLH Muara Enim pada tahun 2014 mengenai kualitas air Sungai Enim sebagai badan air penerima limbah juga menunjukkan data yang cukup bagus. Parameter TSS, Fe, dan Mn secara umum telah memenuhi nilai baku mutu pada 4 kali pemantauan selama tahun 2014 yaitu pada bulan Maret, April, Mei, dan Oktober. Pengelolaan air asam tambang menjadi pusat perhatian agar air yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan. Banyak industri tambang batu bara yang masih belum baik mengelola AAT sehingga limbah yang dihasilkan masih di bawah baku mutu. Dampaknya, kesehatan masyarakat yang menggunakan air sungai sebagai badan penerima akan terganggu. Sebaliknya, PT Pamapersada Nusantara berusaha mengelola AAT yang hasil limbahnya memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan kajian pengelolaan AAT yang dilakukan PT Pamapersada Nusantara yang menghasilkan air limbah sesuai dengan nilai baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah sehingga tidak mencemari Sungai Enim.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana pengelolaan AAT yang dilakukan PT Pamapersada Nusantara sehingga menghasilkan air limbah sesuai dengan nilai baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah sehingga tidak mencemari Sungai Enim. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam pengelolaan limbah AAT yang dilaksanakan oleh PT Pamapersada Nusantara Tanjung Enim, Sumatera Selatan. 2. Tujuan khusus a. Menggali lebih dalam aspek manajemen pengelolaan AAT PT Pamapersada Nusantara Tanjung Enim yang meliputi kelembagaan, SDM, biaya, prosedur pelaksanaan, proses operasional, dan prasarana. b. Mengetahui pengolahan AAT yang dilakukan oleh PT Pamapersada Nusantara Tanjung Enim. c. Mengetahui hasil pengujian laboratorium air limbah sebelum dan setelah diolah. d. Mengetahui hasil pengujian laboratorium air Sungai Enim penerima air limbah. e. Mengetahui kondisi masyarakat daerah aliran Sungai Enim yang tinggal sekitar saluran outlet pengolahan limbah. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini : 1. Sebagai sumber informasi, masukan, dan pertimbangan pengelolaan limbah AAT bagi pelaksana usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara sehingga dapat menghasilkan limbah yang baik dan tidak mencemari lingkungan masyarakat.
2. Sebagai gambaran pengelolaan AAT yang telah dilakukan oleh PT Pamapersada Nusantara dan memberikan rekomendasi perbaikan jika ditemukan kekurangan dalam pengelolaan AAT sehingga menjadi lebih baik. 3. Sebagai gambaran tentang kualitas air Sungai Enim sebagai badan penerima limbah sehingga masyarakat mengetahui bagaimana kualitas air sungai di daerahnya. 4. Sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi mahasiswa dalam memperlajari pengelolaan air asam tambang. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berkaitan tentang penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah: 1. Alfiansyah (2004) meneliti tentang kualitas lingkungan kolam pengendap lumpur pada lahan penimbunan tanah di luar areal pertambangan. Tujuannya yaitu mengevaluasi kualitas fisik dan kimia air serta kualitas air pada Sungai Tabu dan untuk mengetahui persepsi masyarakat desa Sirah Pulau mengenai kualitas air yang berasal dari KPL. Persamaan dengan penelitian ini yaitu objek penelitian (KPL). Perbedaan utama adalah jenis dan rancangan penelitian serta lokasi penelitian. 2. Harfani (2007) meneliti tentang evaluasi pengelolaan lingkungan PT Bukit Baiduri Energi di Kalimantar Timur. Tujuannya yaitu mengevaluasi pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PT Bukit Baiduri Energi di Kalimantan Timur. Persamaannya dengan penelitian ini adalah metode pengumpulan data (observasi dan wawancara). Perbedaan utama dengan penelitian ini pada jenis dan rancangan penelitian (deskriptif), tujuan, dan lokasi penelitian. 3. Astuti (2009) meneliti tentang manajemen pengelolaan air limbah di Balai IPAL Sewon, Bantul, Yogyakarta. Tujuannya yaitu mengevaluasi pengelolaan air limbah termasuk aspeknya yang meliputi kelembagaan, sumber daya manusia, dana, metode (SOP), dan peralatan dalam pengelolaan air limbah di Balai IPAL. Persamaannya dengan penelitian ini adalah
rancangan penelitian dan metode pengumpulan data (observasi dan wawancara). Perbedaan utama dengan penelitian ini pada tujuan, subjek penelitian, dan lokasi penelitian. 4. Kaharapenni (2014) meneliti tentang parameter kualitas air yang tercemar akibat pembuangan air limbah yang berasal dari dalam pit penambangan batu bara, serta bagaimana kualitas air Sungai Patangkep ditinjau dari sisi parameter kimia sebagai persyaratan untuk kualitas air minum. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan status mutu air Sungai Patangkep, serta mengkaji tingkat bahaya dari penggunaan air sungai, dan melakukan upaya pengelolaan terhadap sumber pencemar tersebut. Persamaan dengan penelitian ini yaitu objek penelitian (air sungai penerima limbah). Perbedaannya adalah tujuan, jenis dan rancangan penelitian serta lokasi penelitian. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah diuraikan, perbedaan utama yang dapat disimpulkan dengan penelitian ini adalah tujuan (menggali lebih dalam pengelolaan limbah AAT yang dilaksanakan oleh PT Pamapersada Nusantara Tanjung Enim, Sumatera Selatan), rancangan penelitian (mix method), dan instrumen penelitian (panduan wawancara mendalam dan checklist observasi) serta lokasi penelitian.