PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

dokumen-dokumen yang mirip
penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

BAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Berbudaya dan Terintegrasikannya sistem e-government menuju smart. regency (kabupaten cerdas) pada tahun 2021.

BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta Gambaran Umum Wilayah Sleman

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Adanya perubahan Undang-Undang Otonomi daerah dari UU

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya.pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB III PUSAT SENI KERJANINAN BAMBU DI DESA WISATA BRAJAN Kondisi Administratif Kabupaten Sleman

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ' 00" Bujur Timur, 7 34' 51" dan 7 47' 30" Lintang Selatan yang

BAB IV VISI DAN MISI

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN. 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi

Berdasarkan pernyataan Visi yang diinginkan sebagai tersebut diatas selanjutnya misi Polres Sleman adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Sleman. Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no.

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB III TINJAUAN TENTANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DAN KAWASAN CA/TWA GUNUNG GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia bisnis kini berkembang sangat pesat di jaman yang maju dan

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2011

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk membiayai

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. penelitian, dan perdebatan bertahun-tahun, akhirnya hari jadi Kabupaten Dati

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Sleman merupakan salah satu dari 5 wilayah atau Kabupaten di

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. a. Letak Wilayah Kabupaten Sleman secara geografis terletak diantara dan

BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN

Tabel 7.3 CAPAIAN KINERJA PROGRAM INDIKATOR

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat tinggi, akan tetapi banyak potensi pajak yang hilang atau tidak diperhatikan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar bagi negara untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Negara yang kuat adalah negara yang memiliki daerah-daerah yang makmur. Dalam sebuah negara besar yang memiliki banyak pulau seperti Indonesia, otonomi harus benarbenar dilaksanakan. Melalui otonomi ini, interaksi daerah-daerah yang berada dalam satu negara dengan dunia luar menjadi sangat penting. Saat ini, lokasi perkembangan bisnis tidak lagi hanya terjadi di daerah yang strategis. Lokasi yang terpencilpun bisa menjadi potensi pertumbuhan ekonomi yang besar. Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menciptakan iklim yang merangsang investor menanamkan modalnya di daerah dan mendukung dunia usaha untuk dapat meningkatkan daya saing baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Pajak memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber pendapatan utama daerah, dan hasil pendapatan dari pajak digunakan untuk merancang APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang berfungsi untuk memenuhi semua kebutuhan daerah. Namun potensi ini belum digali secara optimal oleh pemerintah daerah karena kurangnya kebijakan dan peraturan yang mendukung. Selain itu kesadaran masyarakat dalam membayar pajak yang masih rendah, serta

2 profesionalisme aparat pemungut pajak yang masih kurang baik. Kajian terhadap potensi penerimaan PAD (Pendapatan Asli Daerah) memegang peranan yang sangat penting, khususnya dalam merencanakan dan menghitung pendapatan daerah secara tepat. Upaya peningkatan kemampuan daerah senantiasa dilakukan sejalan dengan kebijaksanaan pelaksanaan otonomi daerah yang semakin nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab. Berbagai alokasi dana pembangunan juga diarahkan untuk mengurangi kesenjangan antar daerah. Daerah yang kurang maju semakin dipacu untuk mengejar ketertinggalannya, sementara daerah yang lebih maju diupayakan untuk ditingkatkan. Otonomi daerah membawa dampak yang positif bagi setiap daerah. Pemerintah daerah diberikan kebebasan dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerahnya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan daya saing adalah dengan mengoptimalkan efisiensi dan efektivitas pendapatan daerah, yaitu antara lain melalui rasionalisasi pungutan daerah baik berupa pajak daerah maupun retribusi daerah. Rasionalisasi terhadap pajak daerah dan retribusi daerah mengarah kepada sistem perpajakan dan retribusi daerah yang sederhana dan efisien serta dapat menggerakkan masyarakat dalam membiayai pembangunan daerah. Dengan rasionalisasi tersebut, diharapkan dapat mengurangi jumlah jenis pajak dan retribusi, mengefektifkan jenis-jenis pajak dan retribusi yang potensial, dan meningkatkan efisiensi dalam pemungutannya, Upaya tersebut pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan daerah, baik di dati I maupun dati II dan

3 mendukung penciptaan iklim yang menarik investor untuk menanamkan modal di daerah khususnya kabupaten. Pendapatan asli daerah sendiri (PADS) meliputi : hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan daerah, dan lain-lain usaha daerah yang sah. Dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, pajak daerah merupakan pungutan yang sangat penting yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan perbaikan sarana dan prasarana yang dimiliki daerah, dan juga berfungsi sebagai pengaturan anggaran untuk pembangunan daerah. Untuk mendukung perkembangan pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab, maka pembiayaan pemerintahan, pembangunan daerah dan kemasyarakatan yang bersumber dari pendapatan asli daerah khususnya yang berasal dari pajak daerah perlu ditingkatkan dan pengaturannya perlu disesuaikan. Hasil dari pajak daerah pada akhirnya akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Pajak daerah ini merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk daerah. Selain pajak dearah, terdapat retribusi daerah yang merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang harus diperhatikan dan dikelola dengan baik agar hasil yang diperoleh maksimal, dan mendatangkan keuntungan bagi daerah. Implementasi elemen pajak daerah berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain, tetapi tetap mengacu pada undang-undang nomor 34 tahun 2000. Pemerintah daerah harus mampu mengelola dan mengalokasikan dana seefektif dan seefisien mungkin agar terjadi keseimbangan antara rencana dan tujuan pencapaian dari pungutan pajak yang berasal dari masyarakat. Pajak sebagai penyumbang terbesar

4 bagi pendapatan daerah selain mempunyai fungsi pokok yaitu fungsi budgeter dan fungsi reguler, pajak juga mempunyai fungsi tambahan yang tidak kalah pentingnya yaitu fungsi demokrasi, dimana pajak yang dipungut dari masyarakat harus diimbangi dengan pemenuhan hak masyarakat untuk menerima pelayanan yang baik dari pemerintah. D.I.Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang potensial dalam menghasilkan pajak. Hal ini disebabkan perkembangan D.I.Yogyakarta sangat pesat baik dalam dunia pendidikan, wisata maupun dalam dunia hiburan. Perkembangan ini membawa pengaruh yang sangat besar terhadap daerah tingkat II yang merupakan bagian dari propinsi D.I.Yogyakarta. Banyaknya pendatang dari luar Yogyakarta, baik yang ingin liburan ataupun para pendatang yang ingin studi di D.I.Yogyakarta, membuat peluang bisnis yang besar bagi para pengusaha. Diantaranya membuka usaha dibidang perhotelan, tempat kost, warung makan, bengkel, rental motor dan mobil, toko komputer, toko buku, shorum motor, warnet, rental VCD, mall, cafe, diskotik dan lain-lain. Salah satu fenomena yang nyata di D.I.Yogyakarta dan sangat berpengaruh terhadap pajak yang merupakan dampak dari besarnya pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya kebutuhan akan sepeda motor. Hal ini sangat menguntungkan pemerintah daerah maupun masyarakat setempat. Tingginya kebutuhan terhadap sepeda motor mengakibatkan pajak kendaraan bermotor semakin meningkat, dan juga mengakibatkan tingginya pendapatan dari pajak dan retribusi parkir. Banyaknya masyarakat yang liburan ke Yogyakarta, mengakibatkan pendapatan dari pajak Hotel semakain meningkat. Setiap aktivitas yang dilakukan masyarakat sangat behubungan

5 dengan pajak dan sangat membantu pemerintah daerah dalam memaksimalkan sumber pendapatan. Segala pemasukan yang bersumber dari pajak daerah maupun retribusi daerah hendaknya dikelola dengan baik dan jangan sampai biaya pemungutan pajak daerah lebih tinggi daripada pajak daerah yang dipungut. 1.1.1. Profil Wilayah. Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 107 15' 03" dan 107 29' 30" Bujur Timur, 7 34' 51" dan 7 47' 30" Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi D.I.Yogyakarta. Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta 3.185,80 Km2,dengan jarak terjauh Utara - Selatan 32 Km,Timur - Barat 35 Km. Secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun. 1.1.2. Visi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2005-2010 menetapkan visi yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai, yaitu Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera lahir dan batin tahun 2010.

6 Perwujudan keadaan masyarakat yang maju dan tercukupi kebutuhan lahiriah dan batiniah yang ditandai dengan meningkatnya kualitas hidup dan kehidupan masyarakatnya. Visi ini dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi yang akan menjadi tanggungjawab seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Sleman yang terdiri dari aparatur pemerintah daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, organisasi politik, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan tokoh masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita masa depan. 1.1.3. Misi. Menjaga terselenggaranya tata pemerintahan yang baik Misi ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Sleman dalam terus menjaga cita-cita mulia yang memerlukan dukungan dari seluruh komponen masyarakat dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan yang mengedepankan partisipasi, transparansi, responsibilitas, berorientasi pada konsensus bersama, adil, efektif, efisien, akuntabel, dan penegakan supremasi hukum sebagai sarana untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat serta kehidupan bermasyarakat yang demokratis. Penegakan supremasi hukum dilakukan untuk menjaga norma/kaidah hukum dalam masyarakat serta mempertahankan nilai-nilai sosial dan rasa keadilan masyarakat. Misi ini menjiwai implementasi misi-misi yang lain.

7 Menjaga keberlanjutan kegiatan perekonomian masyarakat. Misi ini merupakan upaya pencapaian tujuan pembangunan Kabupaten Sleman dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat, terutama kesejahteraan di bidang ekonomi yang dicapai melalui pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan dengan mekanisme pasar yang berlandaskan persaingan sehat serta memperhatikan nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, dan berwawasan lingkungan. Meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat. Misi ini merupakan upaya Kabupaten Sleman dalam membangun sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif, kompetitif, dan berakhlak mulia sebagai kunci dari keberhasilan pelaksanaan misi yang lainnya. Upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan akses, pemerataan, relevansi mutu pelayanan dasar. 1.1.4. Potensi Wilayah. Berdasarkan karakteristik sumber daya yang ada, wilayah Kabupaten Sleman terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu : Kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang menghubungkan kota Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan (ringbelt) sampai dengan puncak gunung Merapi. Wilayah ini merupakan sumber daya air dan ekowisata yang berorientasi pada kegiatan gunung Merapi dan ekosistemnya.

8 Kawasan Timur yang meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Berbah. Wilayah ini merupakan tempat peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih. Wilayah Tengah yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa. Wilayah Barat meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan dan Moyudan merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia cukup air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu serta gerabah. 1.1.5. Peta Wilayah Sleman.

9 Kabupaten Sleman merupakan daerah yang sangat potensial dalam menghasilkan pajak. Pajak daerah yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten Sleman telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak dan retribusi daerah. Adapun pajak daerah kabupaten Sleman yang sesuai dengan kriteria tersebut antara lain: a. Pajak Hotel. b. Pajak Restoran. c. Pajak Hiburan. d. Pajak Reklame. e. Pajak Penerangan Jalan. f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. g. Pajak Parkir. Pendapatan yang bersumber dari pajak daerah, jika pemungutannya dilakukan dengan baik maka secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Perkembangan teknologi, kebudayaan dan kemajuan tingkat sosial ternyata telah menimbulkan berbagai kegiatan perekonomian yang beraneka ragam. Dan ini sangat membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan Pajak Daerah. Berdasarkan urain latar belakang diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sleman. Penelitian ini akan mengkaji aspek-aspek yang berhubungan dengan pajak daerah dan pendapatan asli daerah.

10 1.2. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah: Bagaimana tingkat pertumbuhan Pajak Daerah kabupaten Sleman? Bagaimana kontribusi Pajak Daerah terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Sleman? Bagaimana trend pajak daerah kabupaten Sleman? 1.3. Tujuan Penelitian. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: Mengumpulkan data realisasi penerimaan Pajak Daerah untuk menganalisis tingkat pertumbuhan pajak daerah kabupaten Sleman. Menganalisis kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah kabupaten Sleman. Menganalisis trend pertumbuhan Pajak Daerah kabupaten Sleman. Menganalisis pertumbuhan Pajak Daerah kabupaten Sleman dimasa yang akan datang.

11 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu: Bagi penulis, untuk menganalisis dan mengetahui besarnya pertumbuhan serta kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Sleman dan pengalaman ini digunakan sebagai bekal saat terjun ke dunia kerja. Bagi pihak lain, sebagai referensi untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dan juga memberikan masukan bagi pemerintah daerah agar Pajak Daerah dapat dipungut dan memberikan hasil yang maksimal. Bagi universitas, sebagai bahan masukan untuk peningkatan mutu pendidikan di Universitas Kristen Duta Wacana khususnya mengenai Pajak Daerah. 1.5. Batasan Penelitian. Dalam penelitian ini, penulis hanya melakukan penelitian pada objek Pajak Daerah di Kabupaten Sleman karena daerah sangat potensial dalam menghasilkan pajak daerah. Tempat atau lingkup penelitian dilakukan di Kabupaten Sleman. Penelitian dan pengamatan dilakukan pada bulan Januari hingga Juni 2007. Data yang digunakan lamanya 8 tahun, mulai tahun 1999-2006