BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dari makhluk-makhluk lain (Poerwadarminta, 2005: 106).

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tidak akan pernah luput dari komunikasi antarsesama, baik

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizqi Aji Pratama, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gio M. Johan, 2013

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi Kasus: TK Al-Hidayah 06 Candisari Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. individu lain yang berasal dari daerah atau wilayah lain. Oleh karena itu, bahasa. Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU DALAM BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT MINANG PERANTAU DI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa. Bahasa sebagai alat yang digunakan untuk berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

I. PENDAHULUAN. hubungan antarbahasa sehingga timbul penyerapan bahasa-bahasa asing ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

INTERFERENSI BAHASA PERTAMA DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX MTs PIDUA MERANJAT

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. lain. Penggunaan suatu kode tergantung pada partisipan, situasi, topik, dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan,

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa guna

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat mereka bergaul dan beranak pinak. Bentuk yang dihasilkan dari komunikasi mereka adalah bahasa. Dari sinilah bahasa itu memiliki peranan penting dalam kehidupan seorang manusia, tidak hanya manusia yang menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kehidupan hewan sebagai makhluk Tuhan. Mereka berbicara dengan menggunakan bahasa meskipun tak bisa dimengerti bahasa yang diucapkannya oleh manusia normal seutuhnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengarkan aneka ragam bahasa yang dihasilkan oleh suatu kelompok masyarakat baik secara lisan maupun secara tertulis. Dengan implementasi seperti ini, dapat kita jumpai bahwa aneka ragam bahasa yang dihasilkan oleh masyarakat adalah bahasa yang pertama dan kedua. Bahasa adalah suatu sistem perisyaratan (semiotik) yang terdiri dari unsur-unsur isyarat dan hubungan antar unsur-unsur itu (Nababan, 1991:1). Secara tradisional bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan. Jadi, fungsi bahasa yang paling mendasar adalah sebagai 1

2 alat komunikasi, yakni sebagai alat pergaulan antarsesama dan alat untuk menyampaikan pikiran. Indonesia merupakan negara yang wilayahnya sangat luas, penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa dengan berbagai bahasa daerah serta berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena alasan tersebut, Indonesia disebut negara yang kaya akan budaya. Salah satu di antara kekayaan budaya Indonesia adalah adanya bahasa daerah. Berdasarkan peta bahasa yang dibuat oleh pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, ada sekitar 726 buah bahasa daerah dengan jumlah penutur setiap bahasa berkisar antara 100 orang (ada di Irian Jaya) sampai yang lebih dari 50 juta (penutur bahasa Jawa) (Chaer dan Agustina, 2008: 294). Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah dengan jumlah penutur yang besar, hal ini dapat dilihat dari bahasa Jawa yang digunakan di daerah Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur kecuali Madura. Bahasa Jawa termasuk dari sekian banyak bahasa daerah yang mendukung keutuhan dan kelanjutan kehidupan kebudayaan Indonesia. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang bilingual atau dwibahasa, yaitu masyarakat yang menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi. Dalam proses komunikasi masyarakat Indonesia menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional selain bahasa daerah masing-masing. Kedua bahasa tersebut kadang digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara bersamaan, baik secara lisan maupun tulis. Situasi semacam ini memungkinkan terjadinya kontak bahasa yang saling mempengaruhi. Saling pengaruh itu dapat

3 dilihat pada pemakaian bahasa Indonesia yang disisipi oleh kosa kata bahasa daerah atau sebaliknya. Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting di lingkungan sekolah di daerah Tambaksari, karena di samping sebagai bahasa ibu dan bahasa dalam pergaulan, juga berfungsi sebagai bahasa pengantar saat mereka berada dalam kelas. Kebiasaan dalam penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari seringkali bercampur aduk saat mereka menggunakan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, tidak mustahil jika dalam pemakaiannya terjadi interferensi bahasa. Menurut Mackey (dalam Tarigan 1988:3), seorang dwibahasawan adalah orang yang menggunakan bahasa secara bergantian, tetapi titik tempat seseorang sesungguhnya menjadi dwibahasawan memang sukar bahkan tidak mungkin ditentukan. Di Indonesia terdapat banyak sekali sekolah tingkat dasar, antara lain sekolah dasar negeri Tambaksari 03. SD Negeri Tambaksari 03 merupakan sekolah tingkat dasar yang terletak di daerah Kedungreja, Kabupaten Cilacap. Mayoritas siswa dan siswinya adalah penduduk Jawa yang setiap hari masih berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa, sehingga tidak menutup kemungkinan dalam penyampaian informasi atau berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur terdapat ketidakpatuhan pemakaian atau penyimpangan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia. Interferensi merupakan fenomena penyimpangan kaidah kebahasaan yang terjadi akibat seseorang menguasai dua bahasa atau lebih. Aslinda (2010:

4 65) berpendapat bahwa Interferensi sebagai penyimpangan karena unsur yang diserap oleh sebuah bahasa sudah ada padanannya dalam bahasa penyerap. Jadi, manifestasi penyebab terjadinya interferensi adalah kemampuan penutur dalam menggunakan bahasa tertentu. Dari segi kebahasaan, interferensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu interferensi bentuk dan interferensi arti. Interferensi bentuk meliputi unsur bahasa dan variasi bahasa, sedangkan interferensi bahasa meliputi interferensi leksikal, morfologi, dan sintaksis. Pembahasan tentang interferensi sangat luas cakupannya, namun dalam penelitian ini hanya akan dibahas tentang interferensi fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik bahasa Jawa dalam pemakaian bahasa Indonesia yang terdapat pada tuturan siswa di SD negeri Tambaksari 03, Kedungreja Kabupaten Cilacap. Siswa SD yang terletak di daerah pedesaan dalam kehidupan sehari-hari di rumah maupun di lingkungan sekolah dalam berkomunikasi dengan teman dan orang tua ia selalau menggunakan bahasa daerahnya (BI). Bahasa daerah (Jawa) yang mereka gunakan dalam berkomunikasi/berbicara dengan lawan tuturnya selalu digunakan saat mereka berada dilingkungan sekolah, ketika siswa berada di kelas maupun di luar kelas saat menggunakan bahasa kedua selalu tersisipi bahasa pertama. Selain kontak bahasa, faktor penyebab timbulnya interferensi adalah masih kurangnya kosakata bahasa kedua yang dikuasai oleh siswa SD. Nababan (1991: 35), interferensi merupakan kekeliruan yang terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Seperti halnya

5 ketika peneliti mengantarkan saudara yang berjualan di kantin sekolah SD Negeri Tambaksari 03, peneliti menemukan fenomena siswa yang menggunakan dua bahasa saat berbicara dengan temannya di kantin, yaitu dengan menggunakan bahasa Indonesia namun sering tersisipi bahasa daerah (Jawa). Fenomena yang kedua saat peneliti mengantarkan keponakan untuk berenang. Peneliti melihat anak-anak SD yang sedang berenang dan berbincang-bincang dengan teman sebayanya menggunakan dua bahasa, dan ketika salah satu guru dari SD tersebut berbicara dengan siswa, maka siswa tersebut menjawab dengan bahasa Indonesia yang terkadang tanpa sadar tersisipi oleh bahasa Jawa (daerah). Fenomena selanjutnya peneliti temukan ketika siswa sedang berada di luar kelas saat mereka bermain dengan temannya. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Fenomena itu bukan hanya terjadi di luar kelas, tetapi saat proses pembelajaran di kelas pun siswa tanpa sadar menggunakan dua bahasa saat mereka menjawab pertanyaan dan bertanya dengan gurunya. Untuk mengetahui fenomena yang peneliti lihat dan dengar, maka peneliti mengadakan penelitian tentang fenomena tersebut dengan penelitian secara empiris. Sejalan dengan peran bahasa daerah terhadap perkembangan bahasa Indonesia, siswa sebagai pembelajar bahasa Indonesia justru seringkali tanpa sadar telah merusak dan menghambat perkembangan bahasa Indonesia dengan cara memakai istilah-istilah dalam bahasa daerah yang kurang sesuai dengan norma bahasa Indonesia yang ada. Namun kenyataan ini tidak bisa kita pungkiri dikarenakan siswa SD sebagai

6 pembelajar bahasa Indonesia sebelumnya telah terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam lingkungannya setiap saat. Oleh karenanya sudah pasti di dalam proses pendwibahasawannya banyak dipengaruhi bahasa daerah. Secara umum siswa SD di Indonesia menggunakan bahasa lebih dari satu, misalnya di Lampung siswa SD menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yaitu bahasa Lampung sebagai bahasa ibu, siswa SD di Cilacap menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pertama dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Demikian pula halnya dengan siswa SD Negeri di Tambaksari 03, Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap. Siswa dapat dikatakan kedwibahasaan karena memiliki dan menggunakan bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari sebagai bahasa pertama dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua cara yang berbeda berdikari dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak, mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi, ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga

7 memperoleh bahasa, kemampuan memperoleh bahasa bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa. Menurut Nababan (1991) sosiolinguistik memandang pertama-tama bahasa (language) sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Pemakaian bahasa (language use) adalah bentuk interaksi sosial, yang terjadi didalam situasi-situasi yang kongkrit, ini berarti bahwa dengan pendekatan sosiolinguistik kita pelajari bahasa dalam kontek sosio-kultural serta situasi pemakainya. Dengan demikian, kita memandang bahasa tidak saja dari sudut penuturnya tetapi dari sudut pendengarnya. Seperti halnya saat peneliti sedang melaksanakan observasi. Di sini peneliti menemukan gejala interferensi bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa kedua, antara si penutur dengan mitra tutur, saat menggunakan bahasa kedua di dalam kelas. Penggunaan bahasa pada hakekatnya merupakan proses interaksi yang bersifat verbal antara penutur dan pendengarnya. Seperti dalam contoh berikut: Guru Murid 1 Guru Murid 2 Guru Valen : Coba kipasnya dinyalakan. : ada sing sakit pak. : siapa yang sakit? : Valen pak sing sakit : coba Valen istirahat di ruang UKS : malas lah pak, saya wedi ada setan

8 Berdasarkan permasalahan tersebut maka untuk mengetahui bagaimana sebenarnya interferensi bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa kedua, penulis akan mengadakan penelitian dengan judul Interferensi Bahasa Pertama Terhadap Penggunaan Bahasa Kedua Siswa Kelas V dan VI SD Negeri Tambaksari 03 Kedungreja Cilacap. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah: Bagaimanakah Interferensi Bahasa Pertama Terhadap Penggunaan Bahasa Kedua Siswa Kelas V dan VI SD Negeri Tambaksari 03 Kedungreja Cilacap?. Secara khusus rumusan masalah ini adalah: (1) Bagaimanakah interferensi fonologi bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa kedua siswa SD Negeri Tambaksari 03 Kedungreja Cilacap? (2) Bagaimanakah interferensi morfologi bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa kedua siswa SD Negeri Tambaksari 03 Kedungreja Cilacap? (3) Bagaimanakah interferensi sintaksis bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa kedua siswa SD Negeri Tambaksari 03 Kedungreja Cilacap? (4) Bagaimanakah interferensi semantik bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa kedua siswa SD Negeri Tambaksari 03 Kedungreja Cilacap? (5) Apa sajakah faktor penyebab terjadinya interferensi? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah Bagaimanakah Interferensi bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa

9 kedua siswa kelas V dan VI SD Negeri Tambaksari 03 Kedungreja Cilacap. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) untuk mendeskripsikan interferensi fonologi bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa kedua siswa SD Negeri Tambaksari 03 Kedungreja Cilacap. (2) untuk mendeskripsikan interferensi morfologi bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa kedua siswa SD Negeri Tambaksari 03 Kedungreja Cilacap. (3) untuk mendeskripsikan interferensi sintaksis bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa kedua siswa SD Negeri Tambaksari 03 Kedungreja Cilacap. (4) untuk mendeskripsikan interferensi semantik bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa kedua siswa SD Negeri Tambaksari 03 Kedungreja Cilacap. (5) untuk mendeskripsikan apa sajakah faktor terjadinya interferensi. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah sumbangan materi kajian sosiolinguistik khususnya mengenai interferensi yang meliputi bidang fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. b. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan referensi komunikasi bagi dunia pendidikan terutama guna meningkatkan keefektifan dalam pengajarannya menggunakan bahasa Indonesia secara efektif dan efisien

10 supaya siswa dapat lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar dan akan lebih termotivasi sehingga akan lebih mudah dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. c. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah penelitian sosiolinguistik 1.4.2 Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperlancar komunikasi khususnya siswa dan guru, dengan memahami prinsip bahasa yang meliputi prinsip kerja sama dan kesatuan yang terinci dalam bentuk-bentuk komunikasi. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat sebagai pengguna bahasa bahwa dengan memahami prinsip bahasa kualitas komunikasi menjadi meningkat. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis maupu pembaca supaya dapat menggunakan bahasanya dengan baik yaitu sesuai dengan prinsip bahasa yang berlaku.