Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentuk berdasarkan undang-undang RI tahun 1999 tentang pembentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizqi Aji Pratama, 2013

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai salah satu tempat interaksi bahasa berlangsung,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA OGAN DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA MURID SEKOLAH DASAR. Oleh: Dewi Sri Rezki Cucu Sutarsyah Nurlaksana Eko Rusminto

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. hubungan antarbahasa sehingga timbul penyerapan bahasa-bahasa asing ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang pernah diteliti antara lain sebagai berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR GAMBAR... xviii. A. Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

BAB I PENDAHULUAN. Desa Lintidu adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Paleleh

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU DALAM BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT MINANG PERANTAU DI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tidak akan pernah luput dari komunikasi antarsesama, baik

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Amanda Putri Selvia, 2013

BENTUK-BENTUK CAMPUR KODE DI KALANGAN REMAJA MASJID DESA BILUANGO ARTIKEL OLEH ETON AYUBA NIM

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

INTERFERENSI BAHASA BATAK MANDAILING PADA PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI KELAS DI KELAS VII MADRASYAH TSANAWIYAH SWASTA

Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. pendiri bangsa Indonesia menyadari betul akan ancaman perpecahan bangsa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang relevan sebelumnya berkaitan dengan interferensi leksikal

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dipakai dalam interaksi antara dua orang atau lebih dan dapat

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seperti pendapat Kridalaksana (1982: 17) bahwa bahasa (language)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gio M. Johan, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode deskriptif. Data yang dianalisis dan hasil analisisnya berupa

ROSI SUSANTI NIM

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dari makhluk-makhluk lain (Poerwadarminta, 2005: 106).

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari bahasa. Bahasa menyerap masuk ke dalam pemikiran-pemikiran

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa. Bahasa sebagai alat yang digunakan untuk berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tersebut. Hasl ini disebabkan oleh adanya pemisahan wilayah Provinsi Gorontalo dari Provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa daerah Gorontalo adalah bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo memiliki dua bahasa lain salah satunya, adalah bahasa Suwawa. Bahasa Suwawa atau bonda merupakan bahasa daerah di tingkat II Gorontalo dan merupakan salah satu bahasa yang relatif kecil penuturnya dan bahasa itu akan terdesak, baik oleh bahasa Gorontalo maupun bahasa Indonesia (Tome, 1998 :1). Pada umumnya bahasa Suwawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Bone Bolango dalam bertutur. Akan tetapi, pada saat ini bahasa Gorontalo banyak mempengaruhi penggunaan bahasa Suwawa. Pengaruh ini terjadi karena adanya lingkungan pemakai bahasa yang hidup saling berdampingan. Pada kenyataannya, Bahasa Gorontalo (BG) lebih mendominasi pemakaian bahasa oleh masyarakat dalam berkomunikasi tidak terkecuali di lingkungan pemakai Bahasa Suwawa (BS). Kondisi ini akan menimbulkan dampak negatif terhadap BS. Jika ini terjadi maka dikhawatirkan seiring berjalannya waktu, BS akan terkikis oleh adanya BG sehingga BS tidak akan terpakai lagi. Buktinya saat ini BS mulai jarang terdengar dan makin terdesak ke arah timur Kabuaten Bone Bolango. Hal ini dapat diamati dari setiap wilayah Kecamatan sekabupaten Bone Bolango, banyak masyarakat yang hampir tidak menggunakan BS. BS hanya dapat didengar pada sebagian Kecamatan Suwawa dan sebagian

Kecamatan Bonepantai. Sebagian besar penduduk Kecamatan Suwawa dan Kecamatan Bone Pantai memilih bercakap-cakap dalam Bahasa Gorontalo (BG) dan Bahasa Melayu Dialek Manado (BMDM). Keengganan menggunakan BS oleh masyarakat terlihat juga pada anak-anak dan para remaja karena mereka tidak ingin dikatakan sebagai orang pedesaan. Seringkali anak-anak dan para remaja yang menggunakan BS atau Bahasa Bonda (BB) merasa malu karena saat mereka berbicara, nada suara mereka seperti berirama. Padahal fungsi bahasa daerah merupakan salah satu sarana sebagai landasan pengembangan perbendaharaan Bahasa Indonesia. Jika bahasa ini sudah punah, maka sumber perbendaharaan Bahasa Indonesia juga lenyap. Sesuai hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap pemakaian BS dalam berkomunikasi oleh masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango hampir sudah tidak ada. Penutur BS saat ini tinggal para orang tua sedangkan para remaja dan anak-anak lebih sering menggunakan BG atau Bahasa Melayu Dialek Manado (BMDM) dalam berkomunikasi. Hal ini dipengaruhi oleh adanya tindakan para orang tua yang tidak membiasakan anak-anaknya dalam berkomunikasi menggunakan BS sehingga bahasa ini semakin terkikis. Kenyataan ini dapat didengar dari kalimat-kalimat yang dituturkan oleh penutur dalam berkomunikasi hampir semua sudah tercampur dengan BG bahkan tak jarang setiap kalimat yang dituturkan hampir semuanya sudah menggunakan BG. Contoh kasus, kalimat yangn sempat disimak oleh peneliti yaitu, watiya bo he moqoti jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah saya hanya tertawa. Kalimat ini mengalami interferensi pada bentuk kata bo he. Bentuk kata bo he adalah bentuk kata BG yang diserap

oleh penutur ke dalam BS. Dalam bahasa suwawa bentuk kata bo he adalah bi yang berarti hanya dalam Bahasa Indonesia (BI), sedangkan moqoti merupakan bentuk kata dari BS yang berarti tertawa dalam BI. Kasus pencampuran bahasa ini terjadi karena adanya masyarakat penutur BG dan penutur BS yang hidup berdampingan. Adanya pemakaian bahasa yang saling bercampur aduk tidak lepas dari adanya kontak bahasa yang dilakukan oleh masyarakat penutur bahasa yang multilingual. Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur. Individu tempat terjadinya kontak bahasa disebut dwibahasawan, sedangkan peristiwa pemakaian dua bahasa atau lebih secara bergantian oleh seseorang disebut kedwibahasaan (Weinreich dalam Suwito, 1983:39). Kontak bahasa juga terjadi dalam situasi konteks sosial, yaitu situasi dimana seseorang belajar bahasa kedua dalam masyarakat. Pada situasi seperti itu dapat dibedakan antara situasi belajar bahasa, proses perolehan bahasa dan orang yang belajar bahasa. Dalam situasi belajar bahasa terjadi kontak bahasa, proses pemerolehan bahasa kedua disebut pendwibahasaan (bilingualisasi) serta orang yang belajar bahasa kedua dinamakan dwibahasawan (Diebold dalam Suwito 1983:39). Dari kedua pendapat diatas, maka jelaslah bahwa kontak bahasa meliputi segala peristiwa persentuhan antara beberapa bahasa yang mengakibatkan adanya kemungkinan pergantian pemakaian bahasa oleh penutur yang sama dalam konteks sosialnya, atau kontak bahasa terjadi dalam situasi kemasyarakatan, tempat seseorang mempelajari unsur-unsur sistem bahasa yang bukan merupakan bahasanya sendiri. Akibat dari kontak bahasa maka interferensi terhadap penggunaan bahasa pun sulit dihindari. Interferensi adalah istilah yang digunakan oleh Weinreich untuk menyebut

adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual (Chaer, 2010:120). Persentuhan BG dan BS mengakibatkan terjadinya interferensi. BG telah mempengaruhi pemakaian BS pada penuturnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) masyarakat penutur BG yang hidup berdampingan dengan masyarakat penutur BS, (2) pergaulan yang terjadi pada masyarakat penutur BG dan BS terutama pada anak-anak dan remaja, (3) penguasaan dua bahasa oleh penutur sehingga dalam bertutur dua bahasa ini saling mempengaruhi bahasa yang dikuasai dalam hal ini BS, (4) orang tua tidak lagi membiasakan anak-anaknya berkomunikasi dengan menggunakan BS, (5) para remaja enggan menggunakan BS. Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut terhadap penggunaan bahasa oleh masyarakat Kabupaten Bone Bolango Kecamatan Bone Raya. Untuk itu, peneliti menetapkan permasalahan dalam penelitian ini dengan judul Interferensi Morfologi Bahasa Gorontalo Terhadap Penggunaan Bahasa Suwawa (Bonda) Di Lingkungan Masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas masalah dalam penelitian diidentifikasi sebagai berikut: a. Bahasa Gorontalo lebih mendominasi pemakaian bahasa dalam berkomunikasi oleh masyarakat pemakai bahasa Suwawa

b. Pemakaian bahasa Suwawa oleh masyarakat asal Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango hampir sudah tidak ada. c. Sering terjadi Interferensi bahasa Gorontalo terhadap bahasa Suwawa pada masyarakat asal Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango. d. Kalimat yang diucapkan oleh penutur sudah tercampur dengan bahasa Gorontalo. e. Masyarakat penutur BG hidup berdampingan dengan masyarakat penutur BS. f. Pergaulan yang terjadi pada masyarakat terutama pada anak-anak, dan remaja telah menimbulkan percampuran bahasa. g. Para orang tua tidak lagi membiasakan anak-anaknya menggunakan BS dalam bertutur. h. Para remaja enggan menggunakan BS. 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka diperlukan batasan terhadap masalah yang diteliti. Dalam hal ini peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan pada Interferensi Morfologi yang di fokuskan pada morfem bahasa Gorontalo terhadap penggunaan bahasa Suwawa di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah bentuk interferensi morfem bahasa Gorontalo terhadap penggunaan bahasa Suwawa di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango? b. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi interferensi morfem bahasa Gorontalo terhadap penggunaan bahasa Suwawa di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango? c. Upaya-upaya apakah yang dapat dilakukan dalam meminimalisasi interferensi morfologi bahasa Gorontalo terhadap bahasa Suwawa di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dicapai: a. Untuk mendeskripsikan bentuk interferensi bahasa Gorontalo terhadap penggunaan bahasa Suwawa di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango b. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi interferensi morfem bahasa Gorontalo terhadap bahasa Suwawa di lingkungan masyarakat asal kecamatan Bone Raya kabupaten Bone Bolango c. Untuk mendeskripsikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi interferensi morfem bahasa Gorontalo di lingkungan Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango. 1.6 Manfaaat Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu:

1.6.1 Manfaat Teoritis Pada penelitian ini di temukan: a. Interferensi morfem yang berupa morfem morfem terikat, morfem dasar (morfem bebas) b. Factor-faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi yakni, factor lingkungan, factor bilungualisme, factor social, factor globslisasi. c. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meminimalisasi interferensi morfologi bahasa Gorontalo terhadap bahasa Suwawa 1.6.2 Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti a) Menambah pengetahuan peneliti tentang bahasa Suwawa b) Menambah pengetahuan peneliti tentang keberadaan penggunaan bahasa Suwawa pada saat ini. c) Melestarikan bahasa daerah yang ada di Gorontalo salah satunya yakni Bahasa Suwawa b. Bagi Masyarakat Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat Gorontalo khususnya masyarakat Bone Bolango, dapat meningkatkan pemakaian bahasa Suwawa dan tetap menjaga kelestarian bahasa agar tidak akan punah. 1.7 Definisi Operasional Judul dalam penelitian ini yakni Interferensi Morfologi Bahasa Gorontalo terhadap Penggunaan Bahasa Suwawa Di Lingkungan Masyarakat Kecamatan Bone

Raya Kabupaten Bone Bolango. Untuk menguraikan makna kata-kata dalam judul ini perlu dilakukan definisi operasional guna menghindari salah tapsir terhadap masalah yang diteliti. Secara operasional, defenisi kata-kata dalam judul penelitain diuraikan sebagai berikut: a. Interferensi morfologi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyusupan bentuk kata bahasa gorontalo terhadap bahasa suwawa dilihat dari bentuk morfologi meliputi kata, dan morfem. b. Bahasa Gorontalo yang dimaksud adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Gorontalo dalam berinteraksi. c. Bahasa Suwawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Bone Bolango dalam berinteraksi pada kehidupan sehari-hari. d. Lingkungan masyarakat yang dimaksud adalah lingkungan tempat penutur bahasa yakni, lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango. Jadi yang dimaksud dengan interferensi morfologi bahasa Gorontalo terhadap penggunaan bahasa Suwawa adalah penyusupan bentuk kata, morfem, afiks bahasa Gorontalo ke dalam bahasa Suwawa.