PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN TTW DAN TPS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DENGAN TPS

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PERBANDINGAN MODEL KOOPERATIF TIPE NHT DAN TPS DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DAN NHT

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW

PEMBELAJARAN TPS BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PENERAPAN GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA. Bahrudin 1, Rini Asnawati 2, Pentatito Gunowibowo 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write, Kemampuan Awal, Kemampuan Pemahaman Konsep.

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Mitra Bakti

ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN PEER LESSON DAN TTW DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CORE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 7 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

ARTIKEL. Oleh : RINI MELIA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

THE INFLUENCE OF THE INPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TOWARD STUDENTS MATHEMATICAL COCEPTUAL UNDERSTANDING

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

ABSTRACT. mathematical

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DISERTAI KUIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 14 PADANG

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII DI SMP N 3 JETIS

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung. Kelas X di SMK Muhammadiyah 2 Bandar Lampung terdiri

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK TALK WRITE DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD

I. PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI DENGAN PEMBELAJARAN TPS DAN TS KELAS X SMAN 15 BANDARLAMPUNG (J U R N A L) Oleh TIURMA LAERIS RULLITA.

Asmaul Husna. Pendidikan Matematika, Universitas Riau Kepulauan, Batam, Indonesia Abstrak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PRINGSEWU. STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONECTED MATHEMATICS PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FIND SOMEONE WHO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

47 l JURNAL INSPIRATIF p-issn : , e-issn :

(1) Achmad Fandir Tiyansyah, (2) Dwiyono Hari Utomo, (3) Sudarno Herlambang Universitas Negeri Malang

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

Transkripsi:

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW Tri Hendarti 1, Tina Yunarti 2, Rini Asnawati 2 Trihendarti33@gmail.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK The purpose of this research was to know the comparison of student s mathematical representations skill between think pair share and think talk write learning model. This research population was all students of grade 8 th of SMP Mitra Bakti Bandar Sribhawono in academic year of 2014/2015 that was distributed into four classes. This research samples were students of VIII A and VIII B class who were taken by purposive random sampling technique. The research data were obtained by test of mathematical representations skill. Based on result of research, it was concluded that student s mathematical representations skill in think talk write was higher than think pair share learning model. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan kemampuan representasi matematis siswa antara model pembelajaran think pair share dan think talk write. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Mitra Bakti Bandar Sribhawono tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam empat kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan VIII B yang diambil dengan teknik purposive random sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes siswa. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa siswa dalam model pembelajaran think talk write lebih tinggi daripada think pair share. Kata kunci: representasi matematis, think pair share, think talk write

PENDAHULUAN Dalam mempersiapkan sumber daya manusia, diperlukan peningkatan kualitas pendidikan antara lain dalam bidang matematika. Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang berhubungan dengan bidangbidang ilmu lainnya. Selain itu, matematika memiliki banyak peranan dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Belajar matematika tidak hanya sebatas menguasai perhitungan matematika tetapi juga untuk melatih kemampuan berpikir kritis, sistematis, dan kemampuan menyajikan masalah matematika ke dalam representasi. NCTM (2000: 67) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, koneksi, penalaran, dan representasi. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa representasi menduduki peranan penting dalam pembelajaran matematika. Dengan representasi matematis, siswa dapat mengembangkan dan memperdalam pemahaman mereka tentang konsep-konsep matematika dan membantu siswa mengkomunikasikan pemikiran mereka. Hasil TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 38 dari 42 negara dengan skor rata-rata 386. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia masih tergolong rendah. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan tersebut adalah siswa Indonesia pada umumnya kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti soal-soal pada TIMSS, yang substansinya kontekstual, menuntut penalaran, argumentasi, dan kreativitas dalam penyelesaiannya masalah (Wardhani & Rumiati, 2011: 2). Hal tersebut karena dalam proses pembelajaran siswa tidak menemukan konsep secara mandiri, tidak terlatih untuk berdiskusi dan mengemukakan pendapatnya, sehingga dalam menyelesaikan suatu soal siswa cenderung mengikuti cara yang biasa digunakan oleh gurunya. Oleh karena itu, siswa tidak dapat mengembangkan ide dan konsep yang dimiliki dalam berbagai bentuk representasi. Akibatnya, siswa tidak berkembang secara optimal.

Sejalan dengan hasil TIMSS, berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMP Mitra Bakti, terlihat bahwa sebagian besar siswa sekolah tersebut mengalami kesulitan jika dihadapkan dengan soal yang menuntut siswa menyajikan ulang suatu permasalahan ke dalam bentuk gambar, grafik, dan persamaan. Kesalahan yang sering dialami oleh para siswa adalah ketidaktepatan dalam menerjemahkan soal tersebut dalam bentuk notasi matematis. Salah satu faktor yang menyebabkan masih belum berkembangnya siswa adalah proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru. Siswa terbiasa menerima informasi dari guru. Selain itu, dalam mengerjakan latihan-latihan soal siswa cenderung mengikuti langkahlangkah yang biasa digunakan oleh gurunya. Dengan proses pembelajaran seperti itu, siswa akan jarang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan representasinya. Akibatnya, tingkat pemahaman siswa terhadap materi ajar menjadi kurang optimal dan siswa menjadi pasif. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan usaha dari guru selaku fasilitator untuk menciptakan suasana belajar yang mampu meningkatkan siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif diharapkan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. Dengan model pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan dapat aktif berpikir dan bekerja secara kelompok dan saling mendukung agar setiap anggota kelompok dapat menyelesaikan masalahnya. Model pembelajaran tersebut antara lain model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TTW. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS menekankan siswa untuk bekerjasama dengan pasangannya dan saling membantu dalam memecahkan masalah. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini siswa akan melaksanakan tiga tahapan pembelajaran. Pada tahap pertama (thinking), siswa diberi kesempatan untuk mencari sendiri jawaban. Pada tahap kedua (pairing), siswa bertukar pikiran atau berdiskusi dengan teman sebangku. Pada tahap ketiga (sharing) guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas yang telah mereka diskusikan

(Trianto (2007: 61-62)). Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa dapat merepresentasikan ide-ide matematis yang ditemukan secara mandiri lalu mendiskusikan kembali bersama pasangannya. Solusi lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa adalah TTW. Model pembelajaran kooperatif tipe TTW adalah model Pembelajaran yang dimulai dengan berfikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, dan melaporkan (Ngalimun (2013: 170)). Pemilihan model pembelajaran ini didasarkan pada tiga tahap yang dapat menumbuhkembangkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi yang merupakan kemampuan dasar dari representasi matematis. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TTW menekankan pada pengembangan kemampuan siswa untuk mengonstruksi pemahamannya sendiri. Perbedaaan kedua model pembelajaran kooperatif ini terletak pada tahap terakhir. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa diminta untuk mempresentasikan apa yang telah diperoleh dari diskusi kelompok, sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe TTW menuntut siswa untuk menuliskan kembali hasil diskusi kelompok dengan menggunakan bahasa sendiri. Pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TTW dapat mendorong siswa untuk mengomunikasikan ide-ide yang ditemukan secara mandiri. Siswa dibiasakan untuk menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan mengungkapkannya kepada kelompok. Pembelajaran tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan representasi matematis. METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Mitra Bakti tahun pelajaran 2014/ 2015 terdiri dari empat kelas. Dari 4 kelas tersebut diambil 2 kelas sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive random sampling yaitu dengan

mengambil tiga kelas yang diajar oleh guru yang sama dari 4 kelas yang ada. Kemudian mengambil dua kelas secara acak sebagai sampel. Kelas VIII B menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan kelas VIII A menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Desain yang digunakan adalah pretest-posttest control design. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah tes. Tes diberikan sebanyak dua kali, yaitu tes sebelum perlakuan ( pretest) dan setelah perlakuan ( posttest). Tes yang diberikan sebelum perlakuan bertujuan untuk mengetahui kemampuan representasi matematis awal siswa, sedangkan tes yang diberikan sesudah perlakuan bertujuan untuk mengetahui kemampuan representasi matematis akhir siswa. Sebelum pengambilan data dilakukan, instrumen tes divalidasi oleh guru matematika SMP Mitra Bakti. Setelah semua soal dinyatakan valid, soal diujicobakan kepada siswa kelas VIII C SMP Mitra Bakti untuk mengetahui reliabilitas (r 11 ), daya pembeda (DP), dan tingkat kesukaran (TK). Data hasil uji coba disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Representasi Matematis No Soal 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4 r 11 DP TK 0,769 (Tinggi) 0,333 0,714 (Sangat Baik) 0,524 0,476 0,476 0,667 0,524 0,692 0,782 (Mudah) 0,718 (Mudah) 0,679 0,526 0,385 0,231 (Sukar) Berdasarkan perhitungan di atas, terlihat bahwa semua soal tes telah valid dan reliabel, sehingga semua instrumen layak digunakan dalam penelitian. Data penelitian ini merupakan data gain yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Analisis data dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan software SPSS Statistic 17.0. Berikut adalah hasil uji normalitas.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kelompok Penelitian Jumlah Siswa Shapiro- Wilk Statistic Probabili tas (Sig) TPS 28 0,955 0,265 TTW 28 0,949 0,184 Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa data gain kelas TPS dan TTW berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas, tahap selanjutnya adalah pengujian homogenitas varians. Hasil perhitungan uji homogenitas disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kelas TPS TTW Statistik Levena Sig 0,195 0,160 Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa nilai signifikansi uji homogenitas kedua kelas penelitian lebih dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data gain pada kedua kelompok penelitian memiliki varians yang sama. Karena data gain kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians sama, maka uji hipotesis dilakukan menggunakan uji t. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh data gain kemampuan representasi matematis siswa seperti tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Rangkuman Data Gain Kelas x maks x min s TPS 1,00 0,11 0,63 0,233 TTW 1,00 0,25 0,75 0,180 Selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata terhadap data gain. Berikut adalah data hasil uji kesamaan dua rata-rata. Tabel 5. Rangkuman Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Gain Kelas TPS TTW Sig (2-tailed) 0,019 Berdasarkan nilai sig sebesar 0,019. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TTW berbeda secara

signifikan dengan kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaraan kooperatif tipe TPS. Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa rata-rata skor gain kelas TTW sebesar 0,75 dan kelas TPS sebesar 0,63. Hal ini berarti rata-rata skor gain siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Dengan demikian, peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti TTW lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Salah satu alasan kemampuan representasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih rendah daripada siswa yang menggunakan TTW, yaitu pada kelas TPS siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Setelah siswa berhasil menemukan sendiri konsep yang diharapkan, siswa kesulitan mengaplikasikannya untuk menyelesaikan masalah, meskipun mereka berdiskusi namun banyak dari pasangan-pasangan diskusi yang belum sepenuhnya paham dengan konsep tersebut. Waktu belajar yang kurang maksimal mengakibatkan guru kurang memperhatikan apakah konsep yang dibangun siswa pada tahap share sudah tepat. Pada kelas TTW, karakter siswa lebih aktif dibandingkan kelas TPS. Siswa mudah mengungkapkan apa yang belum dipahami, sehingga guru lebih mudah memantau perkembangan proses belajar siswa. Tahap write ini juga membantu siswa memahami kembali yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya, seperti yang diungkapkan Shield & Swinson (Yamin dan Bansu, 2012: 87) yaitu dengan menuliskan kembali apa yang telah mereka pelajari, akan membantu siswa dalam memahami materi tersebut. Apabila dilihat dari kesiapan belajar, siswa pada kelas TTW lebih siap untuk belajar dan lebih mudah dikondisikan dibandingkan dengan kelas TPS. Hal ini disebabkan pada kelas TTW selalu mendapatkan jadwal yang tidak terputus dengan waktu istirahat, sedangkan pada kelas TPS mendapatkan jadwal yang

terputus karena waktu istirahat. Akibatnya siswa terpaksa mengulang kembali apa yang telah dipelajari sebelum istirahat dan pengulangan ini memerlukan waktu yang cukup lama. Kondisi kelas juga tidak efektif karena siswa sudah lelah dengan mata pelajaran sebelumnya. Apabila kondisi kelas efektif, maka model TPS ini dapat membangun komunikasi yang baik antar anggota kelompok, sesuai dengan pendapat Huda (2011: 136) bahwa model ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasinya kepada anggota kelompok. Secara keseluruhan, penerapan model pembelajaran TPS tidak memiliki pengaruh yang cukup baik apabila dilaksanakan di kelas yang kesiapan belajarnya rendah. Beberapa kelemahan dalam penelitian ini, yaitu terdapat beberapa siswa yang mengandalkan teman sekelompoknya, sehingga hasil diskusi menjadi tidak optimal. Tidak semua kelompok memahami dengan baik apa yang telah dikerjakan selama proses diskusi berlangsung. Pada kelas TPS, ada siswa memiliki sifat individualis yang tinggi. Siswa tersebut mengeluh apabila diadakannya pembelajaran berpasangan secara terus menerus, sehingga siswa tersebut kurang bersemangat untuk berdiskusi. Kelemahan selanjutnya adalah pengaturan waktu yang kurang optimal. Selain itu, pada kelas TPS masih ada siswa yang mengobrol saat ada kelompok yang sedang presentasi sehingga suasana kelas menjadi kurang kondusif. Pada kelas TTW, ada beberapa siswa yang menolak untuk menuliskan kembali hasil diskusi sehingga tahap terakhir tidak berjalan dengan baik. Kurangnya latihan soal yang mengarahkan siswa untuk memunculkan bentuk representasi suatu masalah untuk menemukan solusi yang diharapkan menyebabkan pencapaian indikator kemampuan representasi matematis kurang optimal. Berdasarkan beberapa kelemahan di atas, dapat diketahui bahwa TTW dan TPS baik diterapkan pada siswa yang memiliki kesiapan untuk belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga mampu memunculkan keterkaitan antara konsep-konsep yang ditemukan dan

memodelkannya. Selain itu, kedua model pembelajaran tersebut juga membutuhkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Tanpa keaktifan siswa, pembelajaran akan terhambat, karena siswa dituntut untuk menemukan konsep secara mandiri. Hal ini sesuai dengan teori belajar Piaget (Budiningsih, 2005: 98), adanya interaksi sosial siswa dengan kelompoknya dapat membuat perkembangan kognitif siswa menjadi lebih baik apabila dibandingkan dengan orang dewasa. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif tipe TTW dan TPS merupakan model pembelajaran yang baik karena menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran dan membuat siswa menjadi lebih aktif. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini menyebabkan kurang optimalnya pencapaian indikator kemampuan representasi matematis siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan representasi matematis siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis siswa dengan TPS pada siswa kelas VIII SMP Mitra Bakti Bandar Sribhawono. DAFTAR PUSTAKA Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. NCTM. 2000. Principle and Standards for School Mathematics: A Guide for Mathematicians. [Online]. Diakses di http://www. ams.org. pada 12 November 2013. Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Wardhani & Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: PPPPTK. [Online]. Diakses di http://p4-tkmatematika.org. pada 12 November 2013. Yamin, H.M. dan Bansu I, Ansari. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Jakarta: Prestasi Pustaka.