PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 01 TAHUN 2003 TENTANG PEMANFAATAN TANAH ULAYAT NAGARI

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 06 TAHUN 2003 TENTANG PAS DARI PENJUALAN TERNAK DENGAN RAHMAT ALLAH TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 08 TAHUN 2003 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA DAN PERKARA

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 09 TAHUN 2003 TENTANG PELANGGARAN HUBUNGAN SUAMI ISTRI DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LOKASI, PEMANFAATAN, DAN PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 07 TAHUN 2003 TENTANG PENYAKIT MASYARAKAT ( PEKAT )

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN FAKFAK

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI TANAH DATAR PROPINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 3 TAHUN 2005 KAWASAN INDUSTRI JELITIK SUNGAILIAT B U P A T I B A N G K A,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 2 TAHUN 2004 TENTANG FATWA PENGARAHAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan :

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : 17 TAHUN 2002 TENTANG TEMPAT PELELANGAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR : 33 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LOGAM TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 1 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

NO.2/C 19 AGUSTUS 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 30 TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

IJIN LOKASI DAN PENETAPAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

5. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 81 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR SUNGAI RENGAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEMAKAIAN PERTOKOAN MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG

S A L I N A N NO. 01/B, 2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 20 TAHUN 1997 (20/1997) Tanggal: 23 MEI 1997 (JAKARTA)

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

Menimbang : Mengingat :

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN T E N T A N G RETRIBUSI, IJIN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

PAJAK PENERANGAN JALAN

PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PERTOKOAN BULIAN BISNIS CENTER

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KOTA BLITAR PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENYEWAAN FASILITAS PASAR LEGI KOTA BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PARKIR

Transkripsi:

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 01 TAHUN 2003 TENTANG PEMANFAATAN TANAH ULAYAT NAGARI DENGAN RAHMAT ALLAH TUHAN YANG MAHA KUASA WALI NAGARI SUNGAI KAMUYANG Menimbang : a. bahwa salah satu aset yang dimiliki Nagari Sungai Kamuyang adalah adanya Tanah Ulayat Nagari ; b. bahwa Tanah Ulayat Nagari Sungai Kamuyang tersebut agar dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna bagi pembangunan Nagari dan memberikan kontribusi peningkatan kesejahteraan Anak Nagari dirasa perlu diciptakan aturan tentang pemanfaatannya ; c. bahwa dalam rangka mewujudkan sebagaimana dimaksud huruf a dan b tersebut diatas, dirasa perlu menetapkannya dengan suatu Peraturan Nagari sedemikian rupa. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 nomor 25) ; 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 25) ; 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 5. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 09 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari ; 6. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 01 Tahun 2001 Tentang Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2001 Nomor 1) ; 7. Keputusan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 291/BLK/2001 Tentang Pemberntukan Pemerintahan Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2001 Nomor 31) ; 8. Keputusan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Kewenangan Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2002 Nomor 38) ; 9. Keputusan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 62 Tahun 2002 Tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2002 Nomor 73) ; Dengan Persetujuan BADAN PERWAKILAN ANAK NAGARI SUNGAI KAMUYANG M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG TENTANG PEMANFAATAN TANAH ULAYAT NAGARI BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Nagari ini yang dimaksud dengan : a. Nagari adalah Nagari Sungai Kamuyang; b. Pemerintah Nagari adalah Pemerintah Nagari Sungai Kamuyang; c. Wali Nagari adalah Wali Nagari Sungai Kamuyang; d. Anak Nagari adalah Anak Nagari Sungai Kamuyang; e. Tanah Ulayat Nagari adalah Tanah Ulayat Nagari Sungai Kamuyang; f. Pertanian adalah kegiatan pertanian secara luas termasuk kegiatan berkebun, berladang, berternak dan melakukan usaha perikanan; g. Tanaman keras adalah Tumbuh-tumbuhan yang sekali ditanam dapat menghasilkan berkali-kali; h. Sipemanfaat adalah Anak Nagari, Kelompok atau Badan Usaha yang memanfaatkan Tanah Ulayat Nagari; i. Badan usaha adalah Setiap badan usaha yang berbadan hukum baik yang dimiliki swasta maupun pemerintah yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, Firma, Kongsi, Yayasan, atau organisasi sejenis, Lembaga serta Badan Usaha lainnya; j. Bunga tanah adalah istilah lain dari sewa tanah berupa iuran yang dipungut Pemerintah Nagari atas setiap pemanfaatan tanah ulayat Nagari oleh Anak Nagari atau Badan Usaha yang digunakan untuk pembangunan Nagari dan kesejahteraan seluruh Anak Nagari. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud diadakannya pengaturan tentang pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari ini adalah untuk menciptakan kejelasan dan kepastian hukum mengenai status kepemilikan Tanah Ulayat Nagari oleh Pemerintah Nagari dan pengaturan pemanfaatannya oleh Anak Nagari atau pihak lain sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.

Pasal 3 Tujuan diadakannya pengaturan tentang pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari ini adalah : a. Memberikan kejelasan dan kepastian hukum mengenai pemanfaatan tanah ulayat Nagari baik luas yang bisa diberikan maupun peruntukannya; b. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban di tengah-tengah masyarakat; c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna Tanah Ulayat Nagari. BAB III TANAH ULAYAT NAGARI Pasal 4 Tanah Ulayat Nagari adalah tanah harta kekayaan Nagari diluar tanah ulayat kaum dan suku yang dimanfaatkan untuk kepentingan anak Nagari. Pasal 5 Tanah Ulayat Nagari terdiri dari 3 (tiga) wilayah yakni : a. Sebagian Tanah milik Nagari yang telah diserahkan kepada Pemerintah sebagai Hak Pakai yakni yang terletak di Timur Batang Punago sampai ke Labuh Gunung; b. Tanah yang dikuasai penuh oleh Nagari yang terletak di Selatan Subaladung dan Madang Kadok yang berbatas sebelah Timur dengan Batang Punago, sebelah Barat dengan Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu di Polongan Tangah Lurah Lubuak serta sebelah Selatan dengan jalan Boswessent; c. Tanah yang dikuasai sepenuhnya oleh Nagari yang terletak di Barat Jorong Madang Kadok dan Rageh yang berbatas sebelah Baratnya dengan Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu di Lakuak Data. BAB IV PEMANFAATAN TANAH ULAYAT NAGARI DAN LUAS YANG DAPAT DIBERIKAN

Bagian pertama Pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari Pasal 6 (1). Pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari peruntukannya diutamakan bagi Anak Nagari baik secara perorangan sebagai Kepala Keluarga maupun secara kelompok oleh beberapa Kepala Keluarga; (2). Pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari disamping diperuntukan bagi Anak Nagari sebagaimana dimaksud ayat (1) juga dimanfaatkan oleh suatu Badan Usaha baik yang dimiliki Anak Nagari maupun oleh pihak lain; (3). Setiap Badan Usaha sebagaimana dimaksud ayat (2) yang melakukan usaha pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari wajib memanfaatkan tenaga kerja Anak Nagari dalam melakukan usahanya. Pasal 7 (1). Pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari oleh si Pemanfaat hanya dapat dilakukan untuk keperluan kegiatan pertanian; (2). Pengecualian pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari sebagaimana dimaksud ayat (1), maka khusus bagi anak Nagari juga dapat dimanfaatkan untuk tempat tinggal sementara (bangunan darurat). Pasal 8 (1). Setiap Anak Nagari yang akan memanfaatkan dan melakukan usaha pada Tanah Ulayat Nagari wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah Nagari yang telah diketahui oleh Mamak Kepala Waris atau Mamak Kepala Kaum; (2). Setiap Badan Usaha yang akan memanfaatkan dan melakukan usaha pada Tanah Ulayat Nagari Wajib mengajukan permohonan tertulis pada Pemerintahan Nagari dan realisasi permohonannya setelah ada rekomendasi / persetujuan LAN; (3). Terhadap setiap permohonan pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari akan diperiksa dan diteliti oleh Pemerintah Nagari;

(4). Bentuk, tata cara dan persyaratan pengajuan permohonan pemanfaatan tanah Ulayat Nagari selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari. Bagian Kedua Luas Yang Dapat Diberikan Pasal 9 (1). Luas Tanah Ulayat Nagari yang dapat diberikan untuk pemanfaatan oleh Anak Nagari maksimal 0,25 Ha (seperempat hektar) untuk setiap Kepala Keluarga termasuk untuk bangunan tempat tinggal sementara (lokasi lakuak nan gadang) dan 0,5 Ha (setengah hektar) lokasi Baling, Munggung, Tanah Taban dan Koto Tinggi; (2). Terhadap bangunan tempat tinggal yang didirikan oleh Anak Nagari pada Tanah Ulayat Nagari, maka apabila diperlukan demi kepentingan Nagari, Anak Nagari dimaksud bersedia membongkar bangunannya tanpa adanya ganti rugi; (3). Luas tanah untuk bangunan tempat tinggal dibatasi maksimal 100 M 2 (seratus meter persegi). Pasal 10 (1). Tanah Ulayat Nagari yang dapat diberikan untuk pemanfaatan bersama oleh Kelompok dengan syarat satu Kelompok terdiri dari kepala Keluarga Anak Nagari dengan jumlah minimal 10 KK; (2). Satu Kelompok sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat menggunakan Tanah Ulayat Nagari dengan luas maksimal 4 Ha (empat hektar) dan digunakan untuk keperluan pertanian. Pasal 11 Luas pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari oleh suatu Badan Usaha yang dapat diberikan oleh Pemerintah Nagari dilakukan berdasarkan perhitungan dari besar modal Badan usaha tersebut dan dengan luas maksimal 10 Ha (sepuluh hektar).

Pasal 12 (1). Tanaman keras dapat ditanam pada lahan kritis, batas tanah ulayat Nagari dengan tanah ulayat kaum/suku, batas tanah ulayat Nagari dengan hutan lindung serta batas antar Nagari, ditanam oleh Pemerintahan Nagari; (2). Tanaman yang dimaksud pada ayat (1) bisa ditanam pada kiri kanan jalan lingkar. Pasal 13 Bagi si Pemanfaat yang telah menggunakan Tanah Ulayat Nagari sebelum peraturan Nagari ini keluar dan telah memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan aturan-aturan terdahulu diberi kesempatan pertama untuk memanfaatkan tanah yang diusahakannya itu. BAB V HAK DAN KEWAJIBAN SI PEMANFAAT TANAH ULAYAT NAGARI H A K Pasal 14 (1). Sipemanfaat selama mengelola tanah mendapat perlindungan dari Pemerintah Nagari; (2). Bagi Anak Nagari yang memanfaatkan tanah ulayat Nagari diberi batas waktu maksimal 5 (lima) tahun; (3). Sipemanfaat mendapat pembinaan dan penyuluhan dari Pemerintah Nagari dalam mengelola tanah tersebut. KEWAJIBAN Pasal 15 (1). Setiap pemanfaat Tanah Ulayat Nagari wajib membayar Bunga Tanah kepada Nagari; (2). Besarnya Bunga Tanah yang harus dibayar si Pemanfaat dihitung berdasarkan jenis si Pemanfaat dan luas tanah;

(3). Sipemanfaat wajib memelihara tanaman keras yang telah ditanam Pemerintahan Nagari. Pasal 16 Besarnya bunga tanah sebagaimana dimaksud Pasal 14 ayat (2) ditetapkan sebagai berikut : a. Besarnya bunga tanah untuk pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari untuk kepentingan bangunan tempat tinggal sebagaimana dimaksud Pasal 9 (3) ditetapkan sebesar Rp. 50.000,-/tahun (lima puluh ribu rupiah pertahun); b. Untuk pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari oleh Anak Nagari secara perorangan sebagaimana dimaksud pasal 9 (1) si Pemanfaat wajib membayar bunga tanah sebesar Rp. 75.000,-/tahun (tujuh puluh lima ribu rupiah pertahun); c. Untuk pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari oleh kelompok Kepala keluarga sebagaimana dimaksud pasal 10 dan 11, maka si Pemanfaat wajib membayar bunga tanah sebesar Rp. 200.000,-/Ha/tahun, dan dibayar pada saat perjanjian di tanda tangani dengan Nagari; d. Untuk pemanfaatan Tanah Ulayat Nagari oleh Badan Usaha Anak Nagari sebagaimana dimaksud pasal 10 dan 11, maka si Pemanfaat wajib membayar Bunga Tanah sebesar Rp. 250.000,-/Ha/tahun, dan dibayar pada saat perjanjian dengan Nagari dibuat; e. Khusus bagi Badan Usaha diluar Anak Nagari atau badan usaha lain akan diadakan negosiasi sebelum kontrak ditanda tangani. Pasal 17 Bunga Tanah dibayar setiap tahun oleh si Pemanfaat dengan ketentuan sebagai berikut : a. Bagi si Pemanfaat yang baru memanfaatkan Tanah Ulayat Nagari maka Bunga Tanah dibayar pada saat Perjanjian pemanfaatan Tanah Ulayat dibuat dengan Nagari; b. Bunga tanah tahun kedua dan ketiga atau seterusnya wajib diserahkan si Pemanfaat kepada Nagari paling lambat pada akhir bulan ketiga atau akhir bulan Maret setiap tahun.

BAB VI KETENTUAN SANKSI Pasal 18 (1). Bagi si pemanfaat Tanah Ulayat Nagari yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud pasal 14, 15, 16, 17 dan 18 maka Ijin Pemanfaatan Tanah Ulayat berakhir dan dibatalkan serta tanah tersebut wajib diserahkan kembali kepada Nagari tanpa syarat; (2). Pada saat Tanah Ulayat Nagari tersebut diserahkan kembali ke Nagari, maka jika ada tanaman muda didalamnya yang ditanam si Pemanfaat akan diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat dengan Nagari; (3). Bagi si Pemanfaat yang menyalah gunakan pemanfaatan Tanah Ulayat selain yang telah diatur dalam perjanjian maka hak pemanfaatan yang telah dipunyainya dapat dicabut tanah tersebut dikembalikan pada Pemerintah Nagari. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 (1). Dengan berlakunya Peraturan Nagari ini maka segala peraturan yang sejenis dan ada sebelum ini mengenai Tanah Ulayat Nagari dinyatakan tidak berlaku lagi; (2). Segala hal yang belum diatur dalam Peraturan Nagari ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Wali Nagari; (3). Peraturan Nagari ini berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Nagari ini dengan penempatannya dalam Lembaran Nagari Sungai Kamuyang.

Ditetapkan di : Sungai Kamuyang Pada Tanggal : 05 April 2003 WALI NAGARI SUNGAI KAMUYANG ttd. H. LUZON LANJUMIN, B,Sc. Diundangkan di Sungai Kamuyang Pada Tanggal 7 April 2003 SEKRETARIS NAGARI ttd. MUSWAR MO Lembaran Nagari Sungai Kamuyang Tahun 2003 Nomor 01.