Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM : 1215151026 Abstrak Indonesia merupakah negara kepulauan yang memiliki banyak pulau yang luas wilayah lautnya adalah 96.079,15 km² dengan kekayaan biota laut dan air tawar, salah satunya adalah udang. Udang di Indonesia cukup banyak dibudidayakan selain menangkap dari alam yang memiliki kualitas Ekspor yang banyak diminati oleh negara - negara yang maju dan berkembang. Tujuan dalam penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari 4 faktor ekonomi yaitu Kurs Dollar Amerika Serikat, Luas Area Budidaya, Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) terhadap Ekspor Udang Indonesia baik secara simultan maupun parsial. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan periode Tahun 2000-2015. Dalam menganalisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan menggunakan program aplikasi SPSS. Hasil analisis data menunjukkan Jumlah produksi, kurs dollar amerika serikat, luas area budidaya dan IHPB secara bersama - sama berpengaruh signifikan terhadap ekspor udang tahun 2000-2015. Secara parsial variabel jumlah produksi dan luas area budidaya berpengaruh tidak signifikan tehadap ekspor udang tahun 2000-2015. Variabel IHPB dan kurs dollar Amerika Serikat berpengaruh positif signifikan terhadap ekspor udang 2000-2015. Variabel jumlah produksi dalam penelitian ini berpengaruh dominan dibandingkan dengan variabel lainnya. Kata kunci: Ekspor, Produksi, Lahan, Kurs, IHPB i
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 12 1.3 Tujuan Penelitian... 13 1.4 Kegunaan Penelitian... 13 1.5 Sistematika Penulisan... 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep... 15 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional... 15 2.1.2 Konsep Ekspor... 17 2.1.3 Konsep Produksi... 17 2.1.4 Konsep Luas Area Budidaya... 18 2.1.5 Konsep Kurs... 18 2.1.6 Konsep Indeks Perdagangan Besar... 19 2.1.7 Hubungan Jumlah Produksi dengan Ekspor... 19 2.1.8 Hubungan Luas Area Budidaya dengan Ekspor... 20 2.1.9 Hubungan Kurs Dollar Amerika dengan Ekspor... 20 2.1.10 Hubungan Indek Harga Perdagangan Besar dengan Ekspor... 21 2.2 Rumusaan Hipotesis Penelitian... 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 23 3.2 Lokasi Penelitian... 23 3.3 Objek Penelitian... 23 3.4 Identifikasi Variabel... 23 3.5 Definisi Operasional Variabel... 24 3.6 Jenis dan Sumber Data... 25 3.6.1 Jenis Data Menurut Sifatnya... 25 3.6.2 Jenis Data Menurut Sumbernya... 25 3.7 Metode Pengumpulan Data... 26 ii
3.8 Teknik Analisis Data... 26 3.8.1 Analisis Linier Berganda... 26 3.8.2 Uji Asumsi Klasik... 27 3.8.3 Uji Signifikansi... 30 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian... 39 4.1.1 Profil Udang... 39 4.1.2 Gambaran Umum Ekspor Udang... 39 4.2 Hasil Analisis Data... 40 4.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda... 40 4.2.2 Uji Asumsi Klasik... 40 4.2.3 Hasil Uji Hipotesis... 46 4.2.4 Analisis Standartdized Coefficients Beta... 53 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 54 5.2 Saran... 54 DAFTAR PUSTAKA... 56 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 59 iii
DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 4.1 Hasil Uji Pengaruh Produksi Udang, Luas Area Budidaya, Kurs Dollar Amerika Serikat, IHPB, Terhadap Ekspor Udang di Indonesia Periode 2000-2015... 40 4.2 Hasil Uji Normalitas... 41 4.3 Perhitungan Tolerance dan Variance Inflation Factor... 44 4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas... 44 iv
DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 1.1 Perkembangan Jumlah Produksi Udang 2000-2015... 3 1.2 Perkembangan Ekspor Udang Indonesia 2000-2015... 4 1.3 Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Tahun 2000-2015 6 1.4 Perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia 2000-2015... 8 1.5 Perkembangan Luas Area Budidaya Tambak Indonesia 2000-2015... 9 1.6 Perkembangan Ekspor Udang Malaysia 2000-2015... 10 1.7 Perkembangan Ekspor Udang Thailand 2000-2015... 11 1.8 Presentase Impor Udang Dilakukan Beberapa Negara Periode 2014...... 12 4.1 Daerah Hasil Pengujian Autokolerasi... 43 4.2 Daerah Hasil Penerimaan dan Penolakan Ho dengan Uji F... 46 4.3 Daerah Hasil Penerimaan dan Penolakan Ho Untuk Variabel Produksi (X1)... 48 4.4 Daerah Hasil Penerimaan dan Penolakan Ho Untuk Variabel Luas Area Budidaya (X2)... 49 4.5 Daerah Hasil Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Variabel Kurs Dollar Amerika Serikat (X3)... 51 4.6 Daerah Hasil Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Variabel Indeks Harga Perdagangan Besar (X4)... 52 v
DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1. Regresi Linear Berganda... 59 2. Uji Normalitas... 59 3. Uji Autokorelasi... 59 4. Hasil Uji Multikolinearitas... 60 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas... 60 6. Hasil Uji F... 60 7. Tabel Distribusi F... 61 8. Tabel Distribusi t... 62 9. Tabel Perkembangan Jumlah Produksi Udang Indonesia Tahun 2000-2015... 63 10. Tabel Perkembangan Ekspor Udang Indonesia 2000-2015... 64 11. Tabel Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat 2000-2015. 65 12. Tabel Perkembangan IHPB Indonesia 2000-2015... 66 13. Tabel Perkembangan Luas Area Budidaya Tambak Indonesia 2000-2015... 67 14. Tabel Perkembangan Ekspor Udang Malaysia 2000-2015... 68 15. Tabel Perkembangan Ekspor Udang Thailand 2000-2015... 69 16. Tabel Volume Impor Udang di Beberapa Negara Periode 2014... 69 vi
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dewasa ini cukup dikenal dalam perdagangan internasional, karena banyak komoditas yang bisa diekspor oleh negara ini. Kegiatan ini sangat penting bagi laju perekonomian suatu negara, Indonesia mendapatkan manfaat yang berguna untuk pendapatan yang akan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik, juga bermanfaat dalam melakukan pertukaran komoditas yang tidak dimiliki oleh Indonesia agar mendapatkan barang yang tidak dimiliki oleh negara dengan harga yang lebih terjangkau. Di dalam ekspor saat akan mengirimkan barang ke luar negeri harus menentukan kualitas, kuantitas, sistem pembayaran dan juga syarat ketentuan ekspor barang yang disetujui antara eksportir dan importir. Ekspor barang harus melalui campur tangan pemerintah yaitu melalui Bea Cukai agar barang sesuai dengan syarat ketentuan barang yang akan diekspor ke negara penerima. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang meningkat tiap tahunnya, sangat di pengaruhi oleh kegiatan perdagangan yang dilakukan. Menurut Hamdani (2003) secara garis besar, pengertian ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean Indonesia ke luar negeri. Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, tujuannya dalam kegiatan perdagangan. Pada dasarnya perdagangan internasional merupakan kegiatan yang menyangkut penawaran dan permintaan antar negara. Pada saat melakukan ekspor, 7
negara menerima devisa untuk pembayaran kegiatan perdagangan. Devisa inilah yang nantinya digunakan untuk membiayai impor. Ekspor suatu negara merupakan impor bagi negara lain, begitu juga sebaliknya (Boediono, 1999). Perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Setiap negara mempunyai perbedaan tingkat kapasitas produksi secara kuantitas, kualitas dan jenis produksinya dan dari perbedaan inilah akhirnya timbul transaksi perdagangan antar negara atau perdagangan internasional (Halwani, 2005). Keuntungan yang dapat dilihat dari nilai ekspor impor negara yang bersangkutan terlihat dalam neraca pembayaran. Masalah defisit pada neraca pembayaran harus dihindari oleh setiap negara, karena memiliki efek yang buruk bagi perekonomian baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Sukirno, 2002). Penjualan barang oleh eksportir harus melalui tahap berbagai ketentuan dan pembatasan serta syarat-syarat tertentu untuk komoditas tertentu termasuk dengan cara penanganan dan pengamanannya, ekspor komoditas perikanan mempengaruhi pendapatan dari negara Indonesia. Ekspor komoditas perikanan di Indonesia sudah sangat mudah karena tidak memiliki syarat dan ketentuan yang rumit untuk melakukan ekspor komoditas perikanan ke luar negeri. Udang adalah salah satu komoditas unggulan dalam perikanan, karena tingkat pertumbuhan jumlah ekspornya meningkat tiap tahun sehingga Indonesia melakukan ekspor terhadap komoditas ini, karena kebutuhan dari negara sendiri sudah terpenuhi baru bisa memenuhi kebutuhan negara lainnya. Pada tahun 2014 tingkat jumlah ekspor udang sangat tinggi yang dibuktikan dengan produksi udang yang sangat tinggi yang terlihat pada grafik 1.1, dan komoditas ini cukup dihandalkan untuk meningkatkan 8
pendapatan negara. Dalam memenuhi kebutuhan udang luar negeri, Indonesia melakukan ekspor komoditas yang di butuhkan oleh negara-negara lain. Udang termasuk dalam komoditas perikanan yaitu sektor tambak yang terdiri dari udang dan ikan. Udang merupakan salah satu komoditas yang menjadi primadona di subsektor perikanan yang diharapkan dapat meningkatkan devisa negara. Permintaan pasar luar negeri yang cenderung meningkat serta sumberdaya yang cukup tersedia di Indonesia memberi peluang yang cukup besar untuk dapat dikembangkan budidayanya (Nur Ansari, 2010). Berikut ini adalah Grafik 1.1 Perkembangan Jumlah Produksi Udang Indonesia. Grafik 1.1 Perkembangan Jumlah Produksi Udang Indonesia 2000-2015 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2001-2016 (data diolah) Berdasarkan Grafik 1.1 jumlah produksi udang tertinggi pada tahun 2013 yaitu 638.955 ton dan yang terendah terjadi pada tahun 2002 yaitu hanya 159.597 ton produksi udang. Perdagangan internasional adalah cara yang tepat untuk dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara karena tidak semua negara memiliki faktor produksi seperti sumber daya alam, sumber daya manusia dan peralatan produksi yang mencukupi baik dari segi kualitas dan kuantitas dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat (Todaro, 2000). 9
Menurut data perdagangan, Indonesia menguasai ekspor udang ke Amerika Serikat dengan nilai US$93,5 juta dan mendominasi pasar udang Amerika Serikat dengan menguasai pangsa pasar sebesar 22,7 persen sehingga Indonesia mengalahkan negara Malaysia dan Thailand yang juga mengekspor udangnya ke Amerika Serikat. Udang Indonesia yang di Ekspor ke Amerika Serikat cukup di minati oleh masyarakat di negara tersebut. Meningkatkan jumlah ekspor dari komoditas ini ke negara Amerika Serikat disebabkan oleh dibebaskannya bea masuk dari produksi udang indonesia ke Amerika Serikat di mulai pada tahun 2013 yang berdampak sangat besar sehingga pada tahun 2014 yang membuat Indonesia menguasai pangsa pasar udang di Negara Amerika Serikat (www.liputan6.com, 2015). Hasil produksi udang Indonesia dikonsumsi dalam negeri sehingga kebutuhan di dalam negeri sudah dipenuhi, maka baru melayani kebutuhan negara lain tiap tahunnya. Berikut ini adalah Grafik 1.2 mengenai Perkembangan Ekspor Udang Indonesia. Grafik 1.2 Perkembangan Ekspor Udang Indonesia 2000-2015 Sumber : comtrade.org, 2001-2016(data diolah) Ekspor udang kurun waktu 2000-2015 tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 166.163 ton dan yang paling rendah terjadi pada tahun 2010 dengan jumlah 10
113.937 ton udang. Ekspor udang mengalami fluktuasi setiap tahunnya kadangkala mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2009 produksi udang Indonesia menurun akibat dari kendala penyebaran virus yang menyebabkan kerugian di para pembudidaya udang di Indonesia sehingga ekspor udang di Indonesia mengalami penurunan, selain itu Indonesia memiliki beberapa negara pesaing dalam kegiatan ekspor udang dunia seperti negara negara tetangga yaitu Thailand dan Malaysia yang kegiatan ekspornya cukup tinggi, sehingga ekspor udang dari Indonesia mengalami pasang surut karena akibat dari berkurangnya tingkat produksi udang tersebut. Disamping pengaruh daya saing dari negara - negara penghasil udang, ekspor udang Indonesia juga sangat di pengaruhi oleh kurs dollar Amerika, Faktor kurs adalah yang juga mempengaruhi ekspor menurut Mankiw (2006). Kegiatan perdagangan internasional dipengaruhi oleh kurs, kurs mempengaruhi alat pembayaran dalam kegiatan perdagangan internasional, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap impor maupun ekspor, karena nilai tukar rupiah juga mempengaruhi jumlah ekspor komoditas udang ke luar negeri. Perkembangan kurs mata uang dalam negeri terhadap mata uang internasional yang menjadi mata uang yang dipergunakan berbagai negara untuk melakukan perdagangan luar negeri. Apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri, maka hal ini dapat meningkatkan ekspor, sebaliknya apabila kurs valuta asing mengalami penurunan terhadap mata uang dalam negeri maka hal ini dapat menurunkan ekspor dan lebih mengutamakan impor (Sanders, et al. 2002). Grafik Perkembangan kurs dolar Amerika Serikat tahun 2000-2015. 11
Grafik 1.3 Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Tahun 2000 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2001-2016 (data diolah) Berdasarkan Grafik 1.3 Perkembangan kurs dollar AS periode 2000-2015 terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar Rp 8.528, rupiah menguat dari tahun 2002 karena peristiwa kejadian Bom bali yang merusak pariwisata di Bali tidak berpengaruh signifikan dan membuat harga dolar naik walaupun peristiwa tersebut membuat turis manca negara enggan ke Indonesia, di tahun 2003 tersebut Rupiah menguat, Dollar mengalami kenaikan tertinggi yang terjadi pada tahun 2015 dengan jumlah Rp 13.795. Selama kurun waktu tersebut, Kurs Dollar Amerika Serikat ini mengalami fluktuasi yang cukup signifikan pengaruhnya terhadap ekspor. Disamping jumlah produksi dan perkembangan kurs dolar Amerika, ekspor udang Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh IHPB (Indeks Harga Perdagangan Besar). Lebih lanjut, dalam melakukan impor, negara akan memperhatikan dari nilai Indeks Harga Perdagangan karena faktor ini yang mempengaruhi ekspor udang di Indonesia. Indeks Harga Perdagangan Besar atau IHPB adalah suatu indeks yang kita gunakan sebagai indikator pertumbuhan atau laju. Sifatnya seperti 12
Indeks Harga Konsumen hanya saja IHK digunakan ke arah barang konsumsi. IHPB digunakan di barang-barang industri. Dari sini IHPB bisa digunakan untuk indikator harga (barang-barang) industri yang mempengaruhi keinginan impor. Kalau harga (barang-barang) industri naik nanti perusahaan lebih memilih impor agar murah (Apsari, 2015). Lebih lanjut dikatakan oleh Hariadi (2008) yang menyatakan bahwa naiknya IHPB akan membuat biaya produksi meningkat diikuti juga dengan peningkatan harga jual. Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator perubahan harga rata - rata barang yang diterima oleh produsen. Sebagai suatu indeks harga, IHPB tidak ubahnya sama dengan Indeks Harga Konsumen yang dapat digunakan untuk melihat tingkat inflasi yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Oleh karena terdapat perbedaan pada jenis - jenis barang yang diamati dalam pengukuran IHPB, maka tingkat inflasi yang ditunjukkan oleh IHPB dapat berbeda dengan IHK (Sukirno, 2000). Perkembangan IHPB tahun 2000-2015 mengalami fluktuasi yang terlihat di Grafik B.3, terendah pada tahun 2000 yaitu 100 dan tertinggi pada tahun 2013 yaitu 287,44 rata - rata perkembangan dari Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia adalah 5,36%, yang artinya adanya peningkatan dalam perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia. Mankiw (2012) berpendapat bila IHPB naik maka jumlah permintaan barang atau ekspor akan menurun yang mempengaruhi jumlah ekspor udang tersebut. 13
Grafik 1.4 Perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia Tahun 2000 2015 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2001-2016 Menurut Grafik 1.4 terlihat Perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia pada Tahun 2000-2015 mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu 209,36 karena pada saat itu negara - negara di dunia banyak mengalami kemunduran ekonomi dan yang terendah pada tahun 2015 yaitu senilai 130,78. Hariadi (2013) mengungkapkan bahwa naiknya IHPB akan memberikan dampak pada naiknya biaya produksi dan harga jual produk. Apabila hal tersebut terjadi, maka harga barang-barang yang diproduksi dalam negeri menjadi mahal sehingga permintaan akan impor meningkat. Maka dari itu, hubungan IHPB dengan impor adalah positif. Kenaikan IHPB sangat mempengaruhi jumlah ekspor maupun impor. Disamping kurs, produksi, Indeks Harga Perdagangan Besar, ekspor udang Indonesia dipengaruhi oleh luas area budidaya, awalnya budi daya udang hasilnya hanya untuk konsumsi kebutuhan dalam negeri sehingga areal budi daya udang 14
tidak mengalami pertambahan luas areal, namun setelah hasil budi daya udang ini mulai dikenal masyarakat luas, maka produksi udang meningkat dan pemilik tambak memperluas areal budidaya, hal ini terlihat dari Grafik 1.5. Grafik 1.5 Perkembangan Luas Area Budidaya Tambak Indonesia Pada Tahun 2000-2015. Sumber: Badan Pusat Statistik, 2001-2016 (data diolah) Perkembangan luas area budidaya terlihat pada Grafik 1.5 tertinggi pada tahun 2011 yaitu 749,220, dan yang terendah pada tahun 2007 yaitu 452,901, ini sangat berpengaruh dalam jumlah ekspor udang di Indonesia karena mempengaruhi produksi dari udang tersebut. Perkembangan dari luas area budidaya ini sangat positif yang tiap tahunnya mengalami peningkatan luas area budidaya dan cukup stabil, hal ini didukung penelitian dari Dewi (2010), yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah produksi akan mempengaruhi peningkatan pada ekspor, dan begitu pula sebaliknya. Untuk meningkatkan volume ekspor udang Indonesia harus meningkatkan areal budidaya dan akan menambah lapangan pekerjaan untuk masyarakat dalam membudidayakan udang. Semakin bertambahnya areal lahan 15
budidaya akan mempengaruhi jumlah produksi sehingga ekspor juga akan ikut meningkat (Ikhsan, 2013). Produksi udang Indonesia juga dipengaruhi oleh daya saing dari negara - negara penghasil komoditas udang, diantaranya adalah negara Malaysia dan Thailand, kedua negara ini masih dalam satu regional dengan Indonesia yaitu ASEAN. Indonesia, Thailand dan Malaysia adalah negara pengekspor udang yang cukup besar dan mempengaruhi besar jumlah udang yang di perdagangkan oleh Indonesia. Lebih lanjut Malaysia dan Thailand sudah mengekspor udang sebelum tahun 2000 dan ini terlihat dari Grafik 1.6 dan 1.7. Tingkat daya saing ditentukan oleh keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif dianggap sebagai keunggulan yang berasal dari faktor alamiah dan keunggulan kompetitif merupakan keunggulan yang berasal dari faktor yang bersifat dapat dikembangkan (Ragimun, 2012). Berikut ini perkembangan Ekspor Udang Malaysia tahun 2000-2015: Grafik 1.6 Perkembangan Ekspor Udang Malaysia Pada Tahun 2000-2015 Sumber: Comtrade.un.org, 2001-2016 (data diolah) 16
Berdasarkan Grafik 1.6 ekspor udang Malaysia mengalami kenaikan tertinggi dalam jumlah ekspor pada tahun 2010 dan yang terendah pada tahun 2002, rata-rata dalam setahun perkembangan ekspor udang Malaysia hanya 3%. Thailand juga memiliki perkembangan ekspor yang cukup signifikan yang bisa dilihat pada Grafik 1.7 berikut: Grafik 1.7 Perkembangan Ekspor Udang Thailand Pada Tahun 2000-2015 Sumber: Comtrade.un.org, 2001-2016 (data diolah) Perkembangan ekspor udang dari negara Thailand tertinggi pada tahun 2010, dan yang terendah pada tahun 2015, yang penurunannya sangat signifikan pada tahun 2014 yang terlihat pada grafik 1.7, yang terpaut cukup tinggi terhadap ekspor udang dari Malaysia dan Indonesia. Menurut Shenkar (2007) daya saing adalah kekuatan relatif yang diperlukan seseorang untuk memenangkan persaingan melawan pesaing- pesaingnya yaitu negara-negara yang memproduksi udang untuk di ekspor. Konsumen Amerika Serikat lebih banyak mengimpor udang yang terlihat dari presentase pengimpor udang beberapa negara, Amerika mengimpor 66% lebih 17
banyak udang, hal itu membuat Amerika menjadi tujuan utama ekspor udang dunia. Berikut adalah Grafik tentang presentase impor udang beberapa negara. Grafik 1.8 Presentase Impor Udang yang Dilakukan Beberapa Negara Periode 2014 Sumber: Comtrade.un.org, 2015 (data diolah) Grafik 1.8 menunjukan bahwa Amerika Serikat lebih banyak mengimpor udang dibandingkan negara seperti Spanyol dan Italia, 153.492 ton dan 63.218 ton pada tahun 2014. Konsumen Amerika sangat suka dengan komoditas perikanan udang untuk dikonsumsi dan dijual kembali. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Uraian yang sudah di sampaikan maka perumusan permasalahan adalah sebagai berikut : 1. Apakah Kurs Dolar Amerika, Luas Area Budidaya, Indeks Harga Perdagangan Besar, Jumlah Produksi secara Simultan dan Parsial berpengaruh terhadap Ekspor Udang Indonesia Tahun 2000-2015? 18
2. Manakah variabel yang dominan terhadap naik turunnya Ekspor Udang Indonesia Pada Tahun 2000-2015? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui Pengaruh Kurs Dolar Amerika, Luas Area Budidaya, Indeks Harga Perdagangan Besar, Jumlah Produksi secara simultan dan parsial Terhadap Ekspor Udang Indonesia Tahun 2000-2015. 2. Untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap naik turunnya Ekspor Udang Indonesia Pada Tahun 2000-2015. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, kegunaan penelitian adalah : 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang diterima selama perkuliahan pada kondisi yang sesungguhnya, khususnya yang terkait dengan Pengaruh Kurs Dolar Amerika, Luas Area Budidaya, Indeks Harga Perdagangan Besar, Jumlah Produksi Terhadap Ekspor Udang Indonesia Tahun 2000-2015. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam perdagangan internasional khususnya 19
yang terkait dengan ekspor udang dan daya saing negara-negara penghasil komoditas udang. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan laporan, metode penulisan, serta sistematika penyajian. Bab II Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan yang dibahas dalam laporan ini yaitu mengenai konsep perdagangan internasional, kurs valuta asing, konsep dari ekspor, hubungan variabel yang mempengaruhi volume ekspor dan teori dan konsep daya saing. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai objek penelitian, jenis data, metode penelitian serta teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Pembahasan Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini membahas mengenai simpulan yang diperoleh dari penyusunan laporan dan saran yang dapat diberikan sehubung dengan simpulan yang diperoleh. 20
21